Mateo menghantamkan pukulan keras ke dada Yanto, membuatnya memuntahkan darah dan terlempar ke belakang."Tingkat gulita tahap akhir puncak?" Yanto bangkit dengan susah payah dan memuntahkan darah lagi, lalu berseru dengan nada terkejut."Hanya dengan kekuatanmu, kamu pikir bisa membunuhku?" Mateo mendengus dingin dengan penuh penghinaan. Auranya yang mencekam menyelimuti seluruh area."Bu Qaila, bawa Pak Namish dan Pak Reno lari! Aku bukan tandingannya. Aku hanya bisa mengorbankan diri untuk menahannya sesaat!" Yanto mengertakkan gigi. Meskipun tahu dirinya bukan lawan Mateo, dia tetap memaksakan diri untuk menyerang Mateo lagi.Anggota Keluarga Manggala terlihat benar-benar terkejut."Mana mungkin? Yanto benar-benar bukan tandingan tukang kebun ini?" Reno tidak berani percaya bahwa perkataan Afkar sebelumnya ternyata benar."Apa yang harus kita lakukan? Cepat lari saja!" seru Qaila dengan panik, wajahnya tampak ketakutan.Dengan ekspresi putus asa, Namish menoleh ke Afkar dan bertany
"Apa kamu bilang? Kekuatanku mengecewakan? Kamu cari mati! Akan kubunuh kamu!"Kata-kata itu seolah menjadi penghinaan besar bagi Mateo. Tanpa berpikir panjang, dia menyerang Afkar dengan penuh niat membunuh."Ayah, ini kesempatan kita untuk kabur! Kamu benar-benar percaya Afkar bisa menang?" kata Reno dengan gugup."Bocah itu terlalu sombong, malah berani provokasi Mateo! Biarkan saja dia mati, setidaknya bisa ngasih kita beberapa menit untuk melarikan diri. Ayo cepat pergi!" tambah Qaila."Pergi? Ke mana? Kalau masalah ini nggak selesai, mau lari sampai ke ujung dunia pun, kita tetap akan mati! Semoga saja Pak Afkar benar-benar sekuat itu."Saat itu, Mateo sudah berada di depan Afkar dan melayangkan pukulan ke kepala Afkar dengan kekuatan penuh.Kata-kata Afkar tadi tampaknya benar-benar membangkitkan niat membunuh Mateo. Pukulan itu membawa aura yang sangat kuat hingga menghasilkan suara ledakan kecil di udara dan mendekati kepala Afkar.Namun, tepat pada saat yang menentukan itu, A
Menghadapi teriakan dari Qaila, Afkar membentak dengan suara dingin, "Diam! Mau bunuh atau nggak, kamu nggak berhak merintahin aku!"Mendengar ucapannya, Qaila langsung marah. "Kalau kamu nggak mau bunuh dia, kami nggak akan bayar!"Reno juga ikut menimpali, "Kamu sendiri sudah bilang kamu kerja untuk orang yang membayarmu. Kalau kamu nggak bunuh dia, dia bakal kembali mencelakakan keluarga kami!""Berani nggak bayar? Coba saja!" Afkar memicingkan matanya yang menyiratkan kilatan dingin. Kemudian, dia bertanya sambil tertawa sinis. "Kalau begitu aku nggak mau uangnya lagi, kalian saja yang bunuh sendiri!"Qaila dan Reno langsung ketakutan mendengarnya dan mundur beberapa langkah.Yang benar saja? Jika Afkar tidak peduli lagi, Mateo tetap bisa menghancurkan keluarga mereka meski hanya dengan satu tangan yang tersisa."Ja ... jangan!" seru Reno sambil buru-buru melambaikan tangan.Pada saat ini, Namis tidak lagi memedulikan istri dan anaknya. Dia menatap Mateo dengan ekspresi ragu-ragu d
"Apa? Kamu bilang waktu Cantika putus denganku, dia sudah hamil? Ka ... kamu anakku?" Namish bergegas berlari ke arah Mateo.Mateo menatap Namish yang mendekat dengan tatapan galak. Dia sontak mencekik leher Namish. "Kamu ini manusia sialan! Aku akan membunuhmu!"Matanya Mateo merah dan penuh niat membunuh, seolah-olah dia akan segera mengakhiri hidup Namish. Namun, dia tidak mengambil tindakan selanjutnya.Ekspresinya berubah beberapa kali. Pada akhirnya, Mateo menendang Namish hingga terjatuh dan memekik, "Pergi sana! Aku bukan anakmu! Kamu nggak pantas jadi ayahku!"Namish bangkit, lalu menatap Qaila dengan emosional. "Aku nggak pernah menyuruh orang untuk membunuh Cantika! Nggak pernah! Siapa yang melakukannya? Qaila, beri tahu aku siapa orangnya. Apa itu kamu?"Namish memekik dengan marah dan putus asa. Mata Qaila berkedip beberapa kali. Dia merinding mendengar bentakan Namish. Pada akhirnya, dia menjawab dengan murka, "Ya! Aku! Kenapa? Siapa suruh jalang itu hamil anakmu!""Kalau
Setelah meninggalkan vila Keluarga Manggala, Afkar melihat sosok yang kesepian berjalan di depannya. Lengan kanan sosok itu terkulai lemas.Saat mendengar langkah kaki di belakangnya, Mateo menoleh. Ekspresinya berubah drastis."Kamu datang untuk membunuhku?" Mateo memaksakan diri untuk berwaspada. Dia menatap Afkar dengan marah."Nggak kok!" Afkar menggeleng."Oh ya? Kamu sangat kejam sampai membuatku cacat. Kupikir kamu akan mengejarku untuk membunuhku." Seketika, tatapan Mateo menjadi suram. Ketika memikirkan lengan kanannya yang lumpuh, amarah berkecamuk di hatinya.Afkar mengangkat alisnya karena merasakan emosi Mateo. Kemudian, dia tersenyum dan bertanya, "Apa rencanamu yang selanjutnya? Kamu masih mau menghancurkan keluarga mereka?""Aku nggak punya rencana apa-apa, juga nggak bisa kembali ke sekte lagi. Guruku menganggapku bodoh dan mengusirku. Kalau menghancurkan keluarga mereka, hehe ... apa gunanya ...."Afkar cukup terkejut mendengarnya. Mateo yang kelihatannya berusia 30-a
Setelah menggoyangkan lengannya, Mateo merasa lengannya bukan hanya sembuh, tetapi juga menjadi lebih kekar dan kuat! Ternyata kekuatannya ...."Ini ... aku sudah mencapai tahap revolusi? Bukan cuma sembuh, tapi juga menerobos?" Mateo membelalakkan matanya dengan ekspresi tidak percaya!Detik berikutnya, matanya memerah karena gembira. Air matanya mulai mengalir! Dia menangis karena terharu!"Terima kasih, Pak! Mulai hari ini, kamu adalah guruku! Aku akan menuruti perintahmu!" Mateo tiba-tiba berlutut di hadapan Afkar. Suaranya serak dan emosional.Afkar memanyunkan bibirnya dan merasa geli di dalam hati. Kenapa pria ini cengeng sekali? Dia menyahut, "Aku bukan gurumu. Sebaiknya kamu bekerja untukku!""Tapi ingat, aku bukan cuma bisa meningkatkan kekuatanmu, tapi juga bisa membuatmu cacat lagi! Kalau kamu berkhianat dariku, kamu tahu akibatnya!" Afkar melambaikan tangan dengan serius, lalu memberi peringatan.Usia Mateo lebih tua beberapa tahun darinya. Afkar tidak mungkin menerimanya
Pukul sembilan malam, Afkar tiba di Hotel Royal. Hotel ini milik Fadly dan bukan bagian dari aset Keluarga Safira.Fadly datang bersama dua orang kepercayaannya, yaitu Jarel dan Elang, yang sudah menunggu di depan."Kak Afkar!""Pak Afkar!"Begitu melihat Afkar, mereka langsung serentak menyapa."Gimana hotel ini? Suka nggak?" tanya Fadly yang menghampiri dan merangkul bahu Afkar."Bagus, cukup bagus." Afkar mengangguk."Kalau begitu, hotel ini untukmu! Mulai sekarang, kamu pemiliknya!" Fadly tertawa dan mengayunkan tangannya.Afkar tampak terkejut. "Untukku? Aku nggak mau! Aku nggak punya waktu untuk mengelolanya dan aku juga nggak bisa.""Memangnya aku menyuruhmu mengelolanya sendiri? Untuk apa ada manajer di sini? Kamu cuma perlu duduk dan menunggu uang mengalir!""Aku nggak mau tahu! Kamu harus terima! Kalau nggak ... aku akan bilang ke kakakku kamu diam-diam pergi ke tempat pijat!" ucap Fadly dengan tegas."Dasar berengsek! Kenapa kamu jadi jahat begini?" maki Afkar sambil tertawa
Wanita ini bernama Verica. Dia juga teman sekelas Afkar saat SMA. Sejak dulu, dia memandang rendah Afkar. Atau lebih tepatnya, sebagian besar teman sekelas saat itu meremehkan Afkar.Saat berusia 18 tahun, orang tua Afkar menghilang sehingga sumber keuangan terputus. Untuk membiayai sekolah dan hidupnya, Afkar menjadi pesuruh mereka. Bahkan celana dalam, sepatu kotor, dan kaus kaki beberapa siswa laki-laki pun dicuci olehnya. Hal ini membuat banyak teman sekelas memandang Afkar dengan sebelah mata.Namun, hal ini tidak berlaku untuk Wulan. Saat itu, Wulan tidak merendahkan Afkar dan malah sering membelikannya makanan. Itu sebabnya, ada rumor yang mengatakan Wanda tertarik pada Afkar.Namun, Afkar sangat minder saat itu. Meskipun diam-diam menaksir Wulan, dia sama sekali tidak berani menunjukkannya."Mungkin Jatmiko lupa! Afkar, kita teman sekelas, ikut saja. Sudah lama sekali kita nggak bertemu. Lagian, jarang-jarang bisa kumpul begini!" ajak Wulan dengan antusias. Tatapannya yang inda
Bandara Kota Palako.Pada saat ini, beberapa warga Negara Sakura yang tampak seperti wisatawan biasa keluar dari bandara.Pria yang berjalan paling depan berusia sekitar 40 tahun. Rambutnya diikat kuncir kuda dan wajahnya tampak tersenyum sopan. Hanya saja, di kedalaman matanya sesekali muncul kilatan dingin!Setelah keluar dari bandara dan naik ke mobil, kelompok ini awalnya berniat menuju Kota Nubes. Namun, mereka tiba-tiba menerima sebuah informasi."Orang yang membunuh Tiano dan Nobu akan segera tiba di ibu kota provinsi?""Kebetulan sekali! Sepertinya Dewa Agung diam-diam membantu kita dengan membuat pria dari Darsia yang menyebalkan itu datang mengantarkan diri!" kata Tanuri dengan nada licik.Di sisi lain, sebuah Ford Raptor baru saja memasuki Kota Nubes, lalu berhenti sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kota Palako. Di dalam mobil, terdapat dua orang kulit putih, seorang pria dan seorang wanita.Pria itu bertubuh tinggi dan ramping, dengan senyuman jahat dan misteriu
"Pergi! Mulai sekarang, enyahlah dari Kota Nubes!"Afkar memelototi Freya dan berkata dengan tegas, "Jangan pernah muncul di hadapanku lagi. Selain itu, kamu juga nggak boleh lihat Syifa lagi! Kalau kamu melanggarnya, aku nggak akan segan-segan menghabisimu!"Setelah berkata demikian, Afkar mendengus keras. Sebuah aura yang mengerikan langsung meledak dari tubuhnya dan menyebar ke seluruh ruangan.Brak! Brak! Brak!Dalam sekejap, seluruh perabotan dan peralatan elektronik di rumah itu hancur berkeping-keping.Merasakan tekanan yang mengerikan dari Afkar, Freya dan keluarganya terkejut bukan main."Baik! Baik! Kami akan segera meninggalkan Kota Nubes!" ujar Gordon buru-buru menyetujuinya.Anita juga mengangguk, "Kami akan pergi! Besok kami akan pergi dan nggak akan kembali lagi! Tolong ... jangan gegabah."Sementara itu, Afkar hanya menatap Freya dengan dingin untuk menunggu jawabannya. Tatapan Freya memancarkan keengganan dan kebencian. Namun, dia bisa merasakan betapa tidak stabilnya
"Afkar?" Freya membelalakkan matanya dan berseru kaget saat melihat orang yang muncul di rumahnya itu. Anita dan Gordon juga ikut terkejut seolah-olah baru saja melihat hantu yang muncul di hadapan mereka."Kamu ... bukannya kamu ....""Bukannya aku sudah mati ya? Benar begitu?"Afkar menyeringai dengan ekspresi jahat, lalu berkata dengan nada yang menakutkan, "Makanya, aku kembali sebagai arwah jahat untuk menuntut nyawa putrimu!"Saat berbicara, tatapan matanya yang tajam dipenuhi dengan niat membunuh yang dingin, serta kekecewaan dan kehampaan yang mendalam. Dia menatap Freya dengan penuh kebencian.Tubuh Freya bergetar hebat, wajahnya langsung pucat. "Af ... Afkar, kamu mau apa? Bukan aku yang membunuhmu! Balas dendam harus sama orang yang tepat! Cari saja orang yang bunuh kamu! Ini ... ini nggak ada hubungannya sama aku!""Benar, Afkar! Kalau kamu mau balas dendam, cari saja orang yang membunuhmu! Ke ... kenapa kamu malah datang cari kami?" tanya Gordon dengan wajah gemetar.Semen
Freya mengangkat gelasnya dan bersulang untuk semua orang.Kejadian tadi malam begitu heboh hingga hampir seluruh warga Kota Nubes mengetahuinya. Tentu saja, keluarga Freya juga melihat momen ketika Hantu Senyap datang mencari Afkar untuk membalas dendam.Namun, mereka hanya tahu bahwa Afkar akhirnya muncul di depan umum. Setelah itu, semua informasi telah diblokir oleh Daru dan Waldo, sehingga masyarakat awam tidak mengetahui detailnya.Namun, dalam pandangan Freya, Afkar pasti sudah tewas! Dia mendengar langsung dari David bahwa Afkar telah dilumpuhkan oleh pria tua berjubah merah itu. Sekarang dia terpaksa muncul ke publik, mana mungkin bisa selamat?"Hmm, bocah berengsek itu akhirnya tewas juga! Kalau bukan karena dia, putriku pasti sudah menemukan pasangan yang lebih baik dari dulu!" kata Gordon sambil menenggak segelas arak putih dan wajahnya penuh kegembiraan.Anita juga tertawa sinis, "Benar! Dasar orang nggak tahu diri! Putriku sudah kasih dia kesempatan, tapi dia malah menyia
Begitu Heru selesai bicara, ekspresi keterkejutan memenuhi wajah para anggota Keluarga Sanjaya. Mereka menatap kepala keluarga mereka dengan penuh ketidakpercayaan."Kakek, kamu ... nggak bercanda? Hanya karena satu Afkar, keluarga kita bisa menghadapi bencana besar?" tanya salah satu anggota inti generasi ketiga Keluarga Sanjaya dengan ekspresi kesal."Benar! Sekalipun Afkar itu kuat, apa dia benar-benar berani bertindak sesuka hati? Noah sudah melarikan diri, lalu dia bisa berbuat apa?" tanya Yuki sambil menggertakkan gigi dengan geram.Dengan ekspresi serius, Heru menimpali, "Kalau Keluarga Sanjaya nggak menunjukkan sikap yang tepat, mungkin Afkar yang marah akan menyeret seluruh keluarga ke dalam masalah!""Mungkin kalian belum tahu, Afkar memiliki lencana naga Yanura yang memberinya hak untuk melakukan pembalasan tanpa batasan. Siapa pun yang berani mengancamnya atau keluarganya, Afkar bisa membunuh mereka tanpa harus bertanggung jawab!""Kalaupun kita menggunakan koneksi kita di
"Target mereka juga adalah kamu! Tiano dan Nobu yang kamu bunuh sebelumnya adalah orang-orang dari Sekte Pedang Bayangan! Mereka datang untuk membalas dendam! Kamu nggak boleh anggap sepele!""Begini saja, untuk sementara waktu, bawa keluargamu ke wilayahku. Aku akan mengatur pasukan untuk melindungimu!""Aku yakin, sekalipun Dewa Duka dan Sekte Pedang Bayangan sangat arogan, mereka nggak akan berani bertindak semena-mena di wilayah pertahanan!"Mendengar ini, Afkar akhirnya mengernyit. Masalah ini terasa semakin merepotkan. Bukan hanya Dewa Duka, sekarang Sekte Pedang Bayangan juga turun tangan?Afkar tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri. Dengan kemampuannya sekarang, melawan seorang ahli tingkat pembentukan inti pun dia masih bisa menang.Namun, yang membuatnya khawatir adalah keselamatan orang-orang di sekitar. Dia tidak mungkin berada di sisi Shafa atau Felicia selama 24 jam, sedangkan para ahli dari Dewa Duka dan Sekte Pedang Bayangan bisa muncul kapan saja.Apakah dia harus teru
Alasan Edbert menjelaskan semuanya dengan begitu rinci kepada Afkar adalah karena dia berharap Afkar bersedia mewakili Keluarga Samoa dalam kompetisi!Menurut mereka, Afkar memiliki latar belakang yang sangat kuat. Meskipun berlatih sendiri di luar, kemungkinan besar dia tidak tertarik ikut serta sebagai pesilat independen.Diterima oleh kekuatan besar dari dunia misterius jelas bukan sesuatu yang menarik bagi Afkar. Sekarang, dugaan mereka terbukti benar!Afkar masih muda, tetapi sudah mencapai tingkat pembentukan fondasi tahap menengah. Walaupun bakatnya tampak tidak sebaik Rose, di usianya yang sekarang, itu tetap merupakan pencapaian yang luar biasa.Jika dia bersedia bertarung atas nama Keluarga Samoa, mereka memiliki peluang lebih besar untuk lolos dalam kompetisi.Ditambah dengan Rose, dua orang yang berhasil lolos sudah cukup untuk mempertahankan status Keluarga Samoa di Aliansi Seni Bela Diri Kuno!Namun, setelah mendengar tawaran itu, Afkar hanya tersenyum tipis tanpa memberi
Setelah itu, Afkar tidak berminat meladeni Rose lagi. Dia hanya menoleh ke Edbert dan bertanya, "Pak Edbert, sebenarnya aku ingin tanya sesuatu. Dari mana kalian mendapatkan giok spiritual dan sumber daya kultivasi lainnya?"Dia menambahkan, "Oh, kalau pertanyaan ini sulit untuk dijawab, anggap saja aku nggak pernah tanya."Namun, dalam hatinya, Afkar merasa penasaran.Dari yang dia lihat, Keluarga Samoa tidak memiliki tambang giok spiritual atau sumber daya alam yang luar biasa. Mereka juga tidak terlihat membudidayakan tanaman langka atau harta karun lainnya.Jadi, dia benar-benar ingin tahu dari mana Keluarga Samoa memperoleh sumber daya kultivasi mereka.Di sisi lain, Rose menggigit bibirnya dengan ekspresi kesal saat melihat Afkar mengabaikannya. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini!Edbert tertawa ringan dan menjawab, "Nggak ada yang perlu dirahasiakan. Semua sumber daya kultivasi kami berasal dari Aliansi Seni Bela Diri Kuno."Dia menjelaskan lebih lanjut kepada Afkar, "Ali
Mendengar kata-kata Rose, ekspresi canggung langsung muncul di wajah Edbert dan yang lainnya."Rose, apa yang kamu bicarakan?" tegur Varel dengan ekspresi galak.Edbert tampak malu, lalu buru-buru meminta maaf kepada Afkar, "Pak Afkar, jangan marah! Anakku ini terlalu dimanja sejak kecil. Dia nggak bermaksud seperti itu!"Afkar hanya melambaikan tangan dengan santai. "Aku tahu, nggak masalah."Namun, Rose malah mendengus dingin. "Aku memang bermaksud seperti itu. Kenapa? Apa aku salah? Kakek, Ayah, gimana bisa kalian terpikir menjodohkanku dengannya?""Menurutku, dia cuma orang biasa yang kebetulan punya latar belakang kuat! Dengan sumber daya kultivasi yang begitu baik, dia malah baru mencapai tingkat pembangunan fondasi tahap menengah. Orang seperti ini nggak pantas menjadi suamiku!""Suami yang kuinginkan harus punya bakat luar biasa! Kalaupun nggak memiliki latar belakang kuat, setidaknya dia harus bisa membuktikan dirinya sendiri! Bukan seseorang yang hanya mengandalkan perlindung