Viola membawa Afkar dan Felicia menuju ke gudang pabrik. Mereka melihat Renhad dan Jesslyn yang menatap mereka dengan tatapan licik.Beberapa truk berhenti di depan gudang. Beberapa pekerja tampak menunggu di sana. Begitu melihatnya, Felicia dan Afkar bertatapan. Mereka sama-sama bisa menebak sesuatu."Oh, Felicia dan Afkar sudah datang?" panggil Renhad dengan wajah penuh senyuman."Paman, kenapa memanggil kami kemari?" tanya Felicia dengan ekspresi datar."Mau suruh kalian bantu lihat. Begini, aku berhasil mendapat supplier. Dia memasok banyak bahan obat untukku. Waktu kamu masih menjabat, kamu sering datang ke pabrik untuk lihat, 'kan? Kamu pasti tahu betul mana bahan obat yang berkualitas bagus. Ayo, bantu aku lihat. Hahaha," goda Renhad dengan puas.Setelah mendengarnya, wajah Felicia tampak suram. Tatapannya menjadi dingin."Eh? Kenapa? Kenapa wajahmu murung?" tanya Jesslyn dengan nakal."Paling-paling kesal karena kita dapat supplier baru! Hehehe." Viola terkekeh-kekeh dan meneru
Afkar terkekeh-kekeh, lalu menunjuk salah satu truk tersebut."Haha. Kamu bilang plum asap ini berkualitas rendah? Ayo, buka pintu belakang truk. Kita tunjukkan kasih dia," ujar penanggung jawab itu dengan penuh antusiasme. Dia tertawa tanpa merasa takut sedikit pun.Begitu pintu belakang dibuka, terlihat setumpuk plum asap. Renhad maju untuk melihat dengan saksama. Dia tersenyum kepada Afkar dan berujar, "Aku tahu kamu nggak suka melihat kami senang. Nggak ada masalah dengan plum asap ini. Kamu mau menakutiku supaya aku menolak bahan obat ini? Jangan mimpi!""Ya! Aku tahu kamu punya niat jahat! Kamu pasti iri melihat kami dapat bahan obat! Makanya, kamu sembarangan bicara!" Viola menggertakkan giginya."Sudahlah, nggak usah repot-repot. Kamu kira kami bakal percaya pada omong kosongmu?" ejek Jesslyn."Semua plum asap ini sudah melewati proses kimia dan dikeringkan dengan belerang. Makanya, kelihatannya normal saja. Tapi, masa kalian nggak mencium aromanya yang aneh? Plum asap yang nor
Wajah cantik Felicia menunjukkan kekhawatiran.Terlepas dari yang lainnya, hanya dengan muatan penuh plum asap berbau aneh tadi saja sudah menjadi masalah besar. Plum asap adalah bahan baku untuk arang plum yang memiliki khasiat menghentikan pendarahan dan merupakan salah satu bahan utama dalam Obat Luka Safira Farma.Jika terjadi masalah pada plum asap, kemungkinan besar Obat Luka Safira Farma akan kehilangan efektivitasnya. Ketika saat itu tiba, para korban yang sangat membutuhkan obat penghenti pendarahan tersebut mungkin akan kehilangan nyawa mereka.Mendengar pertanyaan Felicia, Afkar menatapnya dengan pandangan penuh apresiasi. Istrinya ini ternyata cukup baik hati. Dalam situasi seperti ini, yang pertama kali dia pikirkan bukanlah perselisihan dengan keluarga pamannya, melainkan apakah obat yang diproduksi akan membahayakan orang lain."Benar. Kalau obat ini sampai beredar di pasar, efek paling ringan adalah nggak memberikan manfaat, sementara yang parah bahkan bisa membahayakan
Begitu Afkar tiba di Apotek Rejuvenasi, alisnya langsung berkerut dalam.Di rak-rak apotek tersebut, terpajang produk Penghitam Rambut Safira Farma, salep penghilang bekas luka, Obat Luka Safira Farma, bahkan kapsul Cahaya Hati. Tak hanya itu, di pintu masuk apotek, terpampang iklan berbagai produk ini.Yang paling mencengangkan adalah harga satu kotak kapsul Cahaya Hati yang mencapai 40 juta rupiah!Amarah membara di hati Afkar. Obat yang dia ciptakan dengan tujuan membantu pasien leukemia sebagai obat murah, kini telah berubah menjadi obat mahal yang menguras harta masyarakat seperti yang dikatakan Sutopo!"Renhad, kamu benar-benar pedagang busuk! Kalau harga untuk Penghitam Rambut dan salep penghilang bekas luka naik, masih bisa kuterima. Tapi harga Cahaya Hati sampai setinggi ini benar-benar keterlaluan!" Afkar mengumpat dengan geram. Kini, tekadnya semakin bulat untuk merebut kembali kendali Safira Farma dari tangan mereka."Pak, Anda butuh apa?" Seorang pegawai apotek menghampiri
"Ini adalah obat yang baru diproduksi Safira Farma?" tanya Afkar dengan suara rendah dan serius."Betul! Begitu barang sampai, langsung aku kirim ke Pak Rido! Kenapa? Ada urusan apa sama kamu?" jawab Harris dengan anggukan puas. Sambil tersenyum dingin, dia menyempatkan diri berbasa-basi dengan Rido sebelum kembali mengejek Afkar.Rido tersenyum sambil mengangguk kepada Harris, lalu menatap Afkar dengan ekspresi tidak ramah. "Pak, kalau mau beli obat, silakan beli dan pergi. Jangan terlalu banyak bertanya, bikin orang kesal. Huh ...."Empat jenis obat baru dari Safira Farma memang sedang laris di pasaran saat ini. Harris, yang bisa menyediakan stok tersebut, jelas mendapat perlakuan istimewa dari Rido. Melihat Harris dan Afkar tampaknya tidak akur, Rido langsung berpihak pada Harris dan ikut menyindir Afkar dengan sinis.Mendengar hal itu, Harris tertawa terbahak-bahak dengan wajah penuh kemenangan. "Pak Rido, kamau benar! Tenang saja, pengiriman berikutnya kukasih tambahan 20% untukmu
Melihat situasi itu, Afkar langsung maju dan berkata dengan tegas, "Tunggu dulu! Jangan pakai yang baru dikirim hari ini. Apa nggak ada stok yang lama? Kloter obat ini bermasalah!"Mendengar peringatan Afkar, wajah Rido langsung berubah suram. "Anak muda, kalau kamu nggak mau beli obat, sebaiknya cepat pergi dari sini! Kalau kamu terus ngomong sembarangan, aku bisa tuntut kamu karena menyebar fitnah!"Wanita paruh baya itu pun langsung menunjuk Afkar dengan penuh kemarahan, "Dari mana datangnya bocah sok tahu ini? Berani-beraninya menghalangi pengobatan anakku! Aku bisa habisi nyawamu!"Afkar menatapnya dengan dingin. "Aku mengerti kamu panik karena anakmu terluka, jadi aku nggak akan permasalahkan ucapanmu kali ini. Tapi, sebaiknya jaga mulutmu!""Oh, apa yang kudengar barusan? Ada yang berani mengancamku di Kota Nubes ini? Siapa kamu sebenarnya?" tanya wanita itu dengan alis terangkat."Memangnya bisa siapa lagi? Bu Lona pernah dengar tentang Nona Besar Keluarga Safira?" Harris menye
Melihat pendarahan anaknya yang tidak berhenti dan malah mulai membusuk, Lona benar-benar kehilangan akal sehatnya. Dia menangis sambil berteriak, memaki semua orang di apotek dan bersumpah akan menutup apotek itu serta menyeret Rido dan Tabib Taufan ke penjara."Anakku! Anakku, gimana keadaanmu? Bangun, Sayang!" teriak Lona sambil mengguncang tubuh anaknya yang tergeletak tak sadarkan diri.Dia lalu menuding Rido dengan penuh amarah. "Kalian ini pedagang obat nggak bermoral! Kalau terjadi sesuatu sama anakku, suamiku akan menghancurkan keluargamu!"Mendengar ancaman itu, wajah Rido langsung pucat pasi. Dengan ekspresi cemas, dia berbalik dan menunjuk Harris sambil memaki, "Harris, ini semua salahmu! Obat ini dari kamu! Apa yang dikatakan Afkar tadi benar, obat ini bermasalah!"Lemak di wajah Harris bergetar saat dia panik. Namun, dia tetap mencoba membela diri. "Omong kosong! Obatnya ... obatnya pasti nggak bermasalah! Pasti cara pemakaian kalian yang salah!"Meski Harris mencoba memb
"Hehe, apa ini caramu memohon padaku?" tanya Afkar sambil tertawa dingin."Aku ... iya! Anggap saja aku memohon padamu. Cepatlah selamatkan anakku! Kalau kamu berhasil menyelamatkannya, aku akan memberimu 2 miliar ... nggak, 20 miliar!" ujar Lona sambil menggertakkan giginya.Afkar menggeleng pelan, merasa heran sekaligus kesal. Kenapa ada orang sebodoh ini? Sikapnya masih saja sesombong ini saat meminta pertolongan dari orang. Apa dia pikir uang bisa menyelesaikan segalanya?Dengan tenang, Afkar duduk di kursi di dekatnya dengan ekspresi datar. Dia menatap Lona yang masih berdiri dengan arogan. "Aku punya masalah di tulang leher, jadi aku nggak suka mendongak melihat orang. Paham maksudku?"Ekspresi Lona berubah, matanya berkedip ragu. Lona teringat kata-kata Afkar sebelumnya, bahwa Afkar akan memaksanya berlutut. Apakah ini artinya dia harus benar-benar berlutut sekarang?"Anak muda, kamu tahu siapa aku? Berani-beraninya kamu memintaku berlutut?" kata Lona dengan suara keras, jari te
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih