Melihat pendarahan anaknya yang tidak berhenti dan malah mulai membusuk, Lona benar-benar kehilangan akal sehatnya. Dia menangis sambil berteriak, memaki semua orang di apotek dan bersumpah akan menutup apotek itu serta menyeret Rido dan Tabib Taufan ke penjara."Anakku! Anakku, gimana keadaanmu? Bangun, Sayang!" teriak Lona sambil mengguncang tubuh anaknya yang tergeletak tak sadarkan diri.Dia lalu menuding Rido dengan penuh amarah. "Kalian ini pedagang obat nggak bermoral! Kalau terjadi sesuatu sama anakku, suamiku akan menghancurkan keluargamu!"Mendengar ancaman itu, wajah Rido langsung pucat pasi. Dengan ekspresi cemas, dia berbalik dan menunjuk Harris sambil memaki, "Harris, ini semua salahmu! Obat ini dari kamu! Apa yang dikatakan Afkar tadi benar, obat ini bermasalah!"Lemak di wajah Harris bergetar saat dia panik. Namun, dia tetap mencoba membela diri. "Omong kosong! Obatnya ... obatnya pasti nggak bermasalah! Pasti cara pemakaian kalian yang salah!"Meski Harris mencoba memb
"Hehe, apa ini caramu memohon padaku?" tanya Afkar sambil tertawa dingin."Aku ... iya! Anggap saja aku memohon padamu. Cepatlah selamatkan anakku! Kalau kamu berhasil menyelamatkannya, aku akan memberimu 2 miliar ... nggak, 20 miliar!" ujar Lona sambil menggertakkan giginya.Afkar menggeleng pelan, merasa heran sekaligus kesal. Kenapa ada orang sebodoh ini? Sikapnya masih saja sesombong ini saat meminta pertolongan dari orang. Apa dia pikir uang bisa menyelesaikan segalanya?Dengan tenang, Afkar duduk di kursi di dekatnya dengan ekspresi datar. Dia menatap Lona yang masih berdiri dengan arogan. "Aku punya masalah di tulang leher, jadi aku nggak suka mendongak melihat orang. Paham maksudku?"Ekspresi Lona berubah, matanya berkedip ragu. Lona teringat kata-kata Afkar sebelumnya, bahwa Afkar akan memaksanya berlutut. Apakah ini artinya dia harus benar-benar berlutut sekarang?"Anak muda, kamu tahu siapa aku? Berani-beraninya kamu memintaku berlutut?" kata Lona dengan suara keras, jari te
"Bu Lona, ada perintah apa? Katakan saja, pasti akan kubantu! Nggak perlu minta tolong segala!" kata Rido sambil tersenyum menjilat."Anak itu, dia datang untuk membeli obat, 'kan? Aku mau kamu menahannya sebentar. Jangan biarkan dia pergi terlalu cepat!" kata Lona dengan ekspresi penuh dendam."Nggak masalah! Serahkan padaku, Bu Lona. Akan kupastikan dia nggak bisa kabur!" jawab Rido sambil menepuk dadanya. Dalam hatinya, dia tertawa licik membayangkan Afkar yang akan segera tertimpa masalah.Setelah memberikan instruksi kepada Rido, Lona keluar dari apotek dan menelepon suaminya."Sayang, aku dipermalukan! Hiks ... hiks .... Orang itu memaksaku untuk berlutut! Aku nggak mau hidup lagi, aku nggak bisa tahan lagi! Cepat bawa orang-orangmu dan beri pelajaran padanya!"Sementara itu, Harris yang mulai menyadari bahwa obat dalam kloter baru ini memang bermasalah pun langsung bertindak. Dia memerintahkan bawahannya untuk menarik kembali obat-obatan yang baru saja dikirim ke apotek tersebut
"Patahkan kakinya dan buat dia berlutut di hadapanku sambil memohon ampun!" teriak Lona sambil menunjuk ke arah Afkar dengan tatapan penuh dendam.Melihat kejadian ini, Rido yang berdiri di samping mereka tampak gembira. Sementara itu, Harris yang baru saja selesai memerintahkan anak buahnya untuk memuat kembali obat ke truk, memutuskan untuk tidak pergi. Dia memilih untuk tetap tinggal dan menikmati "pertunjukan"."Dasar sombong! Berani-beraninya buat Bu Lona berlutut. Lihat sekarang, kamu akan dapat balasannya," ujar Rido dengan nada mengejek."Si Afkar ini akhirnya kena batunya, ya?" Harris juga menimpali dengan senyum sinis, tampak menikmati drama yang sedang berlangsung.Setelah mendengar keluhan istrinya, Godric menatap Afkar dengan mata penuh kemarahan. Dia menunjuk Afkar dengan tongkat bisbol yang dipegangnya sambil berkata, "Bocah, kamu berani maksa istriku untuk berlutut? Kamu ini benar-benar sudah bosan hidup!""Tapi karena kamu menyelamatkan nyawa anakku, kuberi kamu satu k
Godric dan Lona benar-benar tidak menyangka bahwa membawa sekelompok preman bersenjata ke apotek justru berakhir dengan semua anak buah mereka terkapar. Melihat kemampuan Afkar yang luar biasa, mereka berdua ketakutan setengah mati.Namun, ketika Godric berteriak memanggil bantuan, seorang pria bertubuh kekar dengan bekas luka besar yang mencolok di wajahnya masuk bersama beberapa anak buahnya yang tampak tangguh dan berpengalaman. Pria itu adalah si Codet, salah satu mantan tangan kanan Aldo.Sebagai salah satu orang kepercayaan Aldo yang terkenal kejam, si Codet memiliki tubuh berotot dan kekuatan yang eksplosif. Kemampuan bela dirinya berada di tingkat tinggi, setara dengan praktisi bela diri berpengalaman. Anak buahnya juga bukan sekadar preman jalanan, tetapi para petarung yang bisa menghadapi sepuluh orang sekaligus.Melihat si Codet masuk dengan anak buahnya, wajah Lona dan Godric seketika berubah penuh kegembiraan."Bocah, habislah kamu hari ini!"seru Godric dengan nada penuh d
"Kumohon belas kasihanmu. Orang yang nggak tahu nggak boleh disalahkan ....," kata Codet dengan suara penuh ketakutan sambil membenturkan kepalanya ke lantai.Meski Afkar belum mengatakan atau melakukan apa pun, Codet sudah memohon ampun dengan panik. Dalam hati Codet diliputi rasa takut yang luar biasa. Dia tidak bisa melupakan kejadian di restoran hotpot waktu itu, ketika dia masuk dan menemukan mayat-mayat bergelimpangan, sementara Afkar dengan santai membersihkan darah dari tangannya.Yang paling menyeramkan lagi adalah, bos besar mereka meninggal beberapa hari kemudian di penjara. Kematian mereka disebut akibat serangan jantung mendadak, tetapi tidak ada yang percaya itu murni kebetulan. Meski tanpa bukti, semua orang tahu apa penyebab sebenarnya."Lihat saja bagaimana penampilanmu," ujar Afkar dengan suara dingin sambil melirik sekilas ke arah Godric dan Lona.Dengan gemetar, Codet berbalik ke arah Godric dan Lona. Matanya memancarkan niat membunuh yang dingin. Godric dan Lona la
"Jangan! Tolong hentikan!" Rido berlutut di lantai, menangis dan memohon.Dia menyaksikan anak buah Codet menghancurkan semua rak, meja kasir, dan seluruh isi apotek. Wajahnya penuh penyesalan dan dalam hatinya dia merasa ingin mati. Kalau tahu begini, kenapa dia harus ikut campur urusan orang lain? Padahal dia tidak punya dendam apa pun dengan Afkar.Sementara itu, Afkar menoleh ke arah Harris dan berkata dengan suara datar, "Pak Harris, ikut aku sebentar."Harris terkejut, tubuhnya gemetaran, tapi dia tidak berani melawan. Tanpa berkata apa-apa, dia mengikuti Afkar keluar dari apotek dengan wajah ketakutan."Pak Afkar, ada yang bisa kubantu?" tanya Harris dengan gemetaran."Siapa saja yang sudah menerima pengiriman obat-obatan yang bermasalah itu?" tanya Afkar dengan nada dingin."Pak Afkar, tenang saja. Apotek Rejuvenasi adalah yang pertama! Saya belum sempat mengirim ke apotek atau rumah sakit lain," jawab Harris sambil mengusap keringat dingin di dahinya. Dalam hatinya, dia merasa
"Bu, tenang saja! Masalah sudah selesai. Seorang pedagang grosir bahan baku dari Kota Magizta datang sendiri menawarkan kerja sama. Mereka tahu produk kita laku keras di pasaran. Sekarang produksi sudah kembali berjalan lancar dan kloter baru sudah dikirimkan! Hahaha ...."Mendengar hal itu, wajah Erlin langsung berbinar. "Oh? Kenapa kamu nggak bilang lebih awal?""Bu, aku nggak mau membuatmu terlalu khawatir. Percayalah, selama perusahaan ditangani sama Renhad, Ibu cuma perlu duduk santai dan menghitung keuntungan!" ujar Jesslyn dengan senyum penuh keyakinan."Benar, Nenek! Kalau perusahaan terus berkembang seperti ini, Nenek pasti akan jadi wanita terkaya di Kota Nubes, bahkan di seluruh provinsi!" tambah Viola, mencoba menyenangkan hati Erlin."Bagus! Bagus sekali! Kalau begitu, Keluarga Safira pasti akan keluar dari Kota Nubes dan menjadi salah satu keluarga terkemuka di provinsi ini!" Erlin akhirnya merasa lega setelah tertekan beberapa hari."Tentu saja! Oh ya, Bu, kamu pasti bel
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih