"Jangan! Tolong hentikan!" Rido berlutut di lantai, menangis dan memohon.Dia menyaksikan anak buah Codet menghancurkan semua rak, meja kasir, dan seluruh isi apotek. Wajahnya penuh penyesalan dan dalam hatinya dia merasa ingin mati. Kalau tahu begini, kenapa dia harus ikut campur urusan orang lain? Padahal dia tidak punya dendam apa pun dengan Afkar.Sementara itu, Afkar menoleh ke arah Harris dan berkata dengan suara datar, "Pak Harris, ikut aku sebentar."Harris terkejut, tubuhnya gemetaran, tapi dia tidak berani melawan. Tanpa berkata apa-apa, dia mengikuti Afkar keluar dari apotek dengan wajah ketakutan."Pak Afkar, ada yang bisa kubantu?" tanya Harris dengan gemetaran."Siapa saja yang sudah menerima pengiriman obat-obatan yang bermasalah itu?" tanya Afkar dengan nada dingin."Pak Afkar, tenang saja. Apotek Rejuvenasi adalah yang pertama! Saya belum sempat mengirim ke apotek atau rumah sakit lain," jawab Harris sambil mengusap keringat dingin di dahinya. Dalam hatinya, dia merasa
"Bu, tenang saja! Masalah sudah selesai. Seorang pedagang grosir bahan baku dari Kota Magizta datang sendiri menawarkan kerja sama. Mereka tahu produk kita laku keras di pasaran. Sekarang produksi sudah kembali berjalan lancar dan kloter baru sudah dikirimkan! Hahaha ...."Mendengar hal itu, wajah Erlin langsung berbinar. "Oh? Kenapa kamu nggak bilang lebih awal?""Bu, aku nggak mau membuatmu terlalu khawatir. Percayalah, selama perusahaan ditangani sama Renhad, Ibu cuma perlu duduk santai dan menghitung keuntungan!" ujar Jesslyn dengan senyum penuh keyakinan."Benar, Nenek! Kalau perusahaan terus berkembang seperti ini, Nenek pasti akan jadi wanita terkaya di Kota Nubes, bahkan di seluruh provinsi!" tambah Viola, mencoba menyenangkan hati Erlin."Bagus! Bagus sekali! Kalau begitu, Keluarga Safira pasti akan keluar dari Kota Nubes dan menjadi salah satu keluarga terkemuka di provinsi ini!" Erlin akhirnya merasa lega setelah tertekan beberapa hari."Tentu saja! Oh ya, Bu, kamu pasti bel
Malam itu, Afkar dan Felicia meninggalkan pabrik bersama-sama untuk menjemput Shafa di taman kanak-kanak.Meskipun Jarel dan Elang, anak buah Fadly, selalu menjaga Shafa di tempat yang tidak terlihat, Afkar selalu lebih memilih untuk menjemput putrinya sendiri jika dia punya waktu. Awalnya, mereka berencana makan malam bersama di luar.Namun, baru saja meninggalkan taman kanak-kanak, Felicia menerima telepon dari Gauri yang mengundang mereka makan malam di rumah dan mengatakan ada hal yang ingin dibicarakan.Akhirnya, Afkar mengantar Shafa pulang ke Vila Emperor lebih dulu. Dia meminta pengasuh Manda untuk menjaga Shafa, serta menyiapkan makan malam untuknya. Setelah itu, Afkar dan Felicia pergi ke rumah Harun dan Gauri.Afkar sempat mempertimbangkan untuk membawa Shafa, tetapi dia mengurungkan niatnya. Harun dan Gauri masih belum sepenuhnya menerima dirinya. Jika mereka mengucapkan sesuatu yang tidak pantas di depan Shafa, Afkar tidak ingin putrinya terluka oleh kata-kata tersebut.Ke
Renhad yang merebut hasil kerja keras Felicia dan Afkar, sekarang bahkan ingin mengadakan pesta syukuran dan memaksa keluarga Felicia hadir? Betapa tidak adilnya dunia ini!"Kamu ngomong apaan? Nenek memanggil semua anggota Keluarga Safira untuk menghadiri pesta. Bukankah wajar kalau kita juga hadir?" tegur Harun."Bukankah dia sudah mengusir kita dari keluarga? Kenapa sekarang malah memanggil kita? Apa hubungannya pesta syukuran itu sama kita?" balas Fadly dengan nada tidak puas."Itu artinya Nenek masih menganggap kita bagian dari keluarga! Ini mungkin sinyal bahwa dia mau kita kembali ke keluarga utama. Semua itu cuma masalah emosi sesaat! Nenek sedang memberi kita kesempatan untuk berdamai, paham?" Harun mengetuk meja dengan tegas."Jangan terlalu naif, Harun! Menurutku, ibumu nggak punya niat baik. Aku juga setuju bahwa kita nggak perlu datang. Felicia dan Fadly juga nggak mau pergi, jadi anggap ini keputusan terakhir kita. Sudahlah, makan saja!" potong Gauri sambil melirik Harun.
Satu malam kemudian di lantai atas Hotel Fajar milik Keluarga Safira, pesta syukuran pun dimulai.Seluruh anggota Keluarga Safira, baik yang merupakan keluarga utama maupun cabang, termasuk para penjaga, pelayan, dan keluarga mereka, semuanya hadir. Di aula besar yang berada di lantai atas, hampir seratus meja disiapkan, dengan jumlah tamu yang mencapai ribuan orang.Erlin duduk di meja utama yang terletak di tengah aula bersama keluarga Renhad. Selain itu, ada juga paman ketiga, keempat, dan bibi kecil Felicia. Namun, berbeda dengan Jesslyn dan Viola yang duduk di meja utama, keluarga paman ketiga dan keempat ditempatkan di meja lain yang berada di dekatnya.Meskipun masih berada di area utama, penempatan ini jelas menunjukkan bahwa status keluarga Renhad sekarang sudah jauh di atas mereka."Kak Renhad, kamu benar-benar membuat perusahaan farmasi ini berkembang pesat! Ke depannya, kamu harus bawa kesuksesan untuk keluarga kita!" ujar Paman Ketiga dengan penuh pujian."Benar, Kak Renha
"Duduk di luar sana! Kalian sekeluarga nggak berhak duduk di aula pesta!" jelas Erlin.Begitu ucapan ini dilontarkan, ekspresi Harun pun berubah drastis. Rasa haru yang ada di wajahnya sontak digantikan oleh keterkejutan dan kemarahan.Gauri murka hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Ekspresi Felicia dan Fadly juga sama-sama masam.Apa? Menyuruh mereka duduk di luar? Itu adalah tempat untuk para pelayan dan pengawal! Jelas sekali, ini adalah penghinaan bagi mereka!"Hahaha, cerdas sekali. Kalian sudah diusir dari Keluarga Safira. Ibu sudah berbelaskasihan karena masih mengundang kalian ke pesta syukuran. Kalian seharusnya merasa terhormat karena masih bisa duduk di luar," ejek Renhad."Benar. Lagian, kalian cocok duduk bersama para bawahan. Begini baru sesuai dengan status kalian. Hehehe ...." Viola juga tertawa.Di sisi lain, semua anggota Keluarga Safira menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda dan sibuk bergosip."Ternyata keluarga Harun merosot sampai seperti ini.""Hais ... yang harus
Setelah dibujuk Afkar dan Felicia, Gauri pun memaksakan diri untuk di luar. Amarah masih berkecamuk dalam hatinya.Saat merasakan tatapan para keluarga cabang, pelayan, dan pengawal yang dipenuhi ejekan, Felicia dan lainnya pun menjadi sangat murung. Harun sekalipun tidak bisa bersikap tenang seperti biasa. Ketika menatap Erlin, tatapannya dipenuhi kekecewaan dan kebencian.Harun bersumpah dalam hati, 'Aku sudah salah sangka. Ibuku bukan ingin mengajak kami baikan. Keluarga macam apa ini? Aku sendiri yang berharap terlalu tinggi. Istri dan anakku benar. Hais ....'"Afkar, kalau kamu nggak membantu kami mendapatkan kehormatan kami kembali, jangan harap kamu dan Felicia bisa mengadakan pesta nikah. Selain itu, aku nggak mau mengakuimu menantuku! Huh!" Setelah duduk, Gauri berkaca-kaca dan berkata dengan kesal."Tenang saja. Aku jamin sebentar lagi, Nenek dan Paman bakal memohon kepada kalian. Pokoknya kalian jangan cepat luluh nanti," hibur Afkar sambil tersenyum.Begitu mendengarnya, Ga
Renhad memberi tahu orang-orang bagaimana cara dia melewati krisis itu, bagaimana Afkar dan Felicia mencari masalah dengannya."Huh! Entah gimana pecundang itu bersekongkol dengan Sutopo. Mereka sepakat untuk nggak memasok bahan obat kepada Safira Farma lagi. Konyolnya, saat Pak Khaliq ingin menjadi supplier, pecundang itu bilang ada masalah dengan bahan obatnya! Jahat sekali!"Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang memandang ke arah Harun sekeluarga. Tatapan mereka dipenuhi ejekan dan kebencian.Sebagian besar orang di sini tidak memiliki saham di Safira Farma. Namun, sebagai anggota Keluarga Safira, mereka mendapat dividen. Besar kecilnya dividen tentu berkaitan dengan keuntungan yang didapat perusahaan. Jika Felicia dan Afkar mencari masalah dengan Renhad, itu berarti mereka merugikan seluruh Keluarga Safira."Mereka pantas diusir dari Keluarga Safira!""Enak sekali masih bisa duduk di luar! Mereka seharusnya diusir dari sini!"Begitu melihatnya, Erlin pun tersenyum puas. Renhad
Wanita cantik itu memiliki kulit yang sangat halus dan wajah yang benar-benar memukau. Afkar sudah terbiasa melihat kecantikan Felicia setiap hari dan standar estetikanya sudah cukup tinggi, tetapi dia tetap takjub saat melihat wanita ini.Hanya saja, wajah wanita itu tampak kurang bersahabat. Ekspresinya dingin, seolah-olah seseorang berutang miliaran padanya. Dari sorot matanya, terlihat jelas aura keangkuhan, seolah-olah tidak peduli pada apa pun di dunia ini."Kakek, Ayah!" Setelah keluar, Rose menyapa Varel dan Edbert dengan sopan."Hm, duduklah," kata Varel sambil mengangguk, menunjuk kursi kosong di sebelah Afkar, memberi isyarat kepada Rose untuk duduk di sana.Saat ini, Edbert tersenyum sambil memperkenalkan, "Pak Afkar, ini putriku, Rose. Kalian seumuran, mungkin bisa lebih sering berinteraksi."Kemudian, dia menoleh menatap Rose dan berkata, "Rose, tuangkan minuman untuk Pak Afkar."Rose mengernyit dan tampak enggan, tetapi tetap mengambil teko dan menuangkan minuman ke dala
Setelah kejadian semalam, hubungan antara Afkar dan Felicia kembali menjadi rumit. Keduanya sama-sama menjaga jarak, seolah-olah ada dinding yang memisahkan mereka.Namun, pada saat yang sama, ada benang tak kasatmata yang mengikat mereka berdua. Benang itu mungkin adalah Shafa atau mungkin sesuatu yang lain.Pagi ini, baik Afkar maupun Felicia tidak lagi membahas soal perceraian, seolah-olah masalah itu dikesampingkan untuk sementara waktu."Hahaha! Kehadiran Pak Afkar benar-benar membawa kehormatan bagi Keluarga Samoa!" Begitu memasuki ruang tamu utama, Edbert, langsung menyambut dengan senyuman lebar.Varel yang merasa punya status lebih tinggi, tidak ikut bangkit, tetapi tetap mengangguk ramah ke arah Afkar. Dengan ekspresi ramah, dia berkata, "Ini pasti Shafa, 'kan? Imut sekali.""Halo, Kakek!" sapa Shafa dengan sopan.Beberapa tetua Keluarga Samoa yang hadir juga ikut menyambut Afkar dengan ramah.Saat ini, Edbert memberi isyarat kepada seorang pemuda. "Kamu belum menyapa Pak Afk
Di sisi lain, David menerima kabar dari Qaila bahwa Hantu Senyap telah mati. Jadi, dia segera menyampaikan kabar ini kepada Noah."Apa? Pria tua berjubah merah itu mati? Kok bisa? Jadi, Afkar baik-baik saja?" tanya Noah dengan nada dingin."Ya, Pak, Afkar baik-baik saja! Bajingan itu benar-benar aneh! Tujuh hari yang lalu, Hantu Senyap jelas-jelas telah mencederainya, bahkan memberinya beberapa hari untuk mengurus kematiannya.""Siapa sangka, hanya dalam beberapa hari, Afkar malah membunuhnya! Ini ... benar-benar di luar nalar!"David tak kuasa berdecak, lalu menarik napas dalam-dalam dan meneruskan, "Pak, aku ... nggak berani tinggal di Kota Nubes lagi. Kali ini aku mencoba membunuh putrinya, dia pasti nggak akan membiarkanku hidup. Kalau sampai dia menemukanku, aku ... pasti mati!""Dasar pecundang! Penakut! Masa kamu ketakutan sampai seperti ini?" Noah menggertakkan gigi.David hanya bisa mengutuk dalam hati, 'Memangnya aku nggak boleh takut? Sialan, tentu saja aku takut! Afkar itu
"Sialan, Afkar ini benar-benar gila! Bahkan orang yang nggak bisa dibunuh dengan senapan runduk pun bukan tandingannya?" seru Raijin dengan takjub.Oloan juga tampak masih dipenuhi ketakutan, "Ya! Untung saja kita nggak menyerang Afkar secara terang-terangan sebelumnya. Kalau nggak, kita juga pasti sudah mati di tangannya!"Mengingat bagaimana mereka berdua sebelumnya terus mencari cara untuk membunuh Afkar, mereka merasa sangat beruntung karena belum sempat bertindak gegabah."Ketua, sekarang gimana? Afkar sehebat ini, gimana kita bisa membunuhnya?" tanya salah satu anggota senior dengan wajah cemas.Mendengar itu, Raijin sontak menempeleng orang itu. "Bunuh apanya? Kamu mau mencelakai kita semua, hah? Nggak jadi dibunuh! Nggak jadi!"Setelah berkata demikian, dia berdeham, lalu berbicara dengan ekspresi serius, "Bukan karena aku takut padanya, tapi membunuh itu adalah seni! Sekuat apa pun Afkar, aku punya banyak cara untuk menghabisinya!""Tapi, alasan aku nggak membunuhnya adalah ka
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek