"Pak Khaliq ini memang cerdas, nggak seperti Sutopo dan para supplier bodoh itu. Masa mereka menolak rezeki?" cela Viola sambil tersenyum.Dengan demikian, keluarga yang beranggotakan tiga orang ini tampak sangat lega karena merasa masalah mereka telah teratasi.Saat ini, Jesslyn tiba-tiba teringat pada sesuatu. "Menurut kalian, gimana reaksi Kak Harun dan keluarganya kalau tahu kita dapat pasokan bahan obat?"Begitu mendengarnya, Renhad dan Viola langsung teringat pada kejadian di hari ulang tahun Gauri. Harun dan keluarganya tampak sangat senang saat mengetahui mereka tidak mendapat bahan obat."Huh! Mereka pasti bakal kaget dan nggak bisa sombong lagi." Viola mendengus."Mereka juga bakal sadar usaha mereka selama ini sia-sia. Yang dapat untung adalah orang lain. Hahaha. Kehabisan bahan cuma sementara, tapi profit dari keempat obat itu adalah selamanya!" timpal Renhad dengan bangga."Benar! Begitu mereka tahu, mereka pasti bakal kesal! Memuaskan sekali! Sayang, gimana kalau panggil
Viola membawa Afkar dan Felicia menuju ke gudang pabrik. Mereka melihat Renhad dan Jesslyn yang menatap mereka dengan tatapan licik.Beberapa truk berhenti di depan gudang. Beberapa pekerja tampak menunggu di sana. Begitu melihatnya, Felicia dan Afkar bertatapan. Mereka sama-sama bisa menebak sesuatu."Oh, Felicia dan Afkar sudah datang?" panggil Renhad dengan wajah penuh senyuman."Paman, kenapa memanggil kami kemari?" tanya Felicia dengan ekspresi datar."Mau suruh kalian bantu lihat. Begini, aku berhasil mendapat supplier. Dia memasok banyak bahan obat untukku. Waktu kamu masih menjabat, kamu sering datang ke pabrik untuk lihat, 'kan? Kamu pasti tahu betul mana bahan obat yang berkualitas bagus. Ayo, bantu aku lihat. Hahaha," goda Renhad dengan puas.Setelah mendengarnya, wajah Felicia tampak suram. Tatapannya menjadi dingin."Eh? Kenapa? Kenapa wajahmu murung?" tanya Jesslyn dengan nakal."Paling-paling kesal karena kita dapat supplier baru! Hehehe." Viola terkekeh-kekeh dan meneru
Afkar terkekeh-kekeh, lalu menunjuk salah satu truk tersebut."Haha. Kamu bilang plum asap ini berkualitas rendah? Ayo, buka pintu belakang truk. Kita tunjukkan kasih dia," ujar penanggung jawab itu dengan penuh antusiasme. Dia tertawa tanpa merasa takut sedikit pun.Begitu pintu belakang dibuka, terlihat setumpuk plum asap. Renhad maju untuk melihat dengan saksama. Dia tersenyum kepada Afkar dan berujar, "Aku tahu kamu nggak suka melihat kami senang. Nggak ada masalah dengan plum asap ini. Kamu mau menakutiku supaya aku menolak bahan obat ini? Jangan mimpi!""Ya! Aku tahu kamu punya niat jahat! Kamu pasti iri melihat kami dapat bahan obat! Makanya, kamu sembarangan bicara!" Viola menggertakkan giginya."Sudahlah, nggak usah repot-repot. Kamu kira kami bakal percaya pada omong kosongmu?" ejek Jesslyn."Semua plum asap ini sudah melewati proses kimia dan dikeringkan dengan belerang. Makanya, kelihatannya normal saja. Tapi, masa kalian nggak mencium aromanya yang aneh? Plum asap yang nor
Wajah cantik Felicia menunjukkan kekhawatiran.Terlepas dari yang lainnya, hanya dengan muatan penuh plum asap berbau aneh tadi saja sudah menjadi masalah besar. Plum asap adalah bahan baku untuk arang plum yang memiliki khasiat menghentikan pendarahan dan merupakan salah satu bahan utama dalam Obat Luka Safira Farma.Jika terjadi masalah pada plum asap, kemungkinan besar Obat Luka Safira Farma akan kehilangan efektivitasnya. Ketika saat itu tiba, para korban yang sangat membutuhkan obat penghenti pendarahan tersebut mungkin akan kehilangan nyawa mereka.Mendengar pertanyaan Felicia, Afkar menatapnya dengan pandangan penuh apresiasi. Istrinya ini ternyata cukup baik hati. Dalam situasi seperti ini, yang pertama kali dia pikirkan bukanlah perselisihan dengan keluarga pamannya, melainkan apakah obat yang diproduksi akan membahayakan orang lain."Benar. Kalau obat ini sampai beredar di pasar, efek paling ringan adalah nggak memberikan manfaat, sementara yang parah bahkan bisa membahayakan
Begitu Afkar tiba di Apotek Rejuvenasi, alisnya langsung berkerut dalam.Di rak-rak apotek tersebut, terpajang produk Penghitam Rambut Safira Farma, salep penghilang bekas luka, Obat Luka Safira Farma, bahkan kapsul Cahaya Hati. Tak hanya itu, di pintu masuk apotek, terpampang iklan berbagai produk ini.Yang paling mencengangkan adalah harga satu kotak kapsul Cahaya Hati yang mencapai 40 juta rupiah!Amarah membara di hati Afkar. Obat yang dia ciptakan dengan tujuan membantu pasien leukemia sebagai obat murah, kini telah berubah menjadi obat mahal yang menguras harta masyarakat seperti yang dikatakan Sutopo!"Renhad, kamu benar-benar pedagang busuk! Kalau harga untuk Penghitam Rambut dan salep penghilang bekas luka naik, masih bisa kuterima. Tapi harga Cahaya Hati sampai setinggi ini benar-benar keterlaluan!" Afkar mengumpat dengan geram. Kini, tekadnya semakin bulat untuk merebut kembali kendali Safira Farma dari tangan mereka."Pak, Anda butuh apa?" Seorang pegawai apotek menghampiri
"Ini adalah obat yang baru diproduksi Safira Farma?" tanya Afkar dengan suara rendah dan serius."Betul! Begitu barang sampai, langsung aku kirim ke Pak Rido! Kenapa? Ada urusan apa sama kamu?" jawab Harris dengan anggukan puas. Sambil tersenyum dingin, dia menyempatkan diri berbasa-basi dengan Rido sebelum kembali mengejek Afkar.Rido tersenyum sambil mengangguk kepada Harris, lalu menatap Afkar dengan ekspresi tidak ramah. "Pak, kalau mau beli obat, silakan beli dan pergi. Jangan terlalu banyak bertanya, bikin orang kesal. Huh ...."Empat jenis obat baru dari Safira Farma memang sedang laris di pasaran saat ini. Harris, yang bisa menyediakan stok tersebut, jelas mendapat perlakuan istimewa dari Rido. Melihat Harris dan Afkar tampaknya tidak akur, Rido langsung berpihak pada Harris dan ikut menyindir Afkar dengan sinis.Mendengar hal itu, Harris tertawa terbahak-bahak dengan wajah penuh kemenangan. "Pak Rido, kamau benar! Tenang saja, pengiriman berikutnya kukasih tambahan 20% untukmu
Melihat situasi itu, Afkar langsung maju dan berkata dengan tegas, "Tunggu dulu! Jangan pakai yang baru dikirim hari ini. Apa nggak ada stok yang lama? Kloter obat ini bermasalah!"Mendengar peringatan Afkar, wajah Rido langsung berubah suram. "Anak muda, kalau kamu nggak mau beli obat, sebaiknya cepat pergi dari sini! Kalau kamu terus ngomong sembarangan, aku bisa tuntut kamu karena menyebar fitnah!"Wanita paruh baya itu pun langsung menunjuk Afkar dengan penuh kemarahan, "Dari mana datangnya bocah sok tahu ini? Berani-beraninya menghalangi pengobatan anakku! Aku bisa habisi nyawamu!"Afkar menatapnya dengan dingin. "Aku mengerti kamu panik karena anakmu terluka, jadi aku nggak akan permasalahkan ucapanmu kali ini. Tapi, sebaiknya jaga mulutmu!""Oh, apa yang kudengar barusan? Ada yang berani mengancamku di Kota Nubes ini? Siapa kamu sebenarnya?" tanya wanita itu dengan alis terangkat."Memangnya bisa siapa lagi? Bu Lona pernah dengar tentang Nona Besar Keluarga Safira?" Harris menye
Melihat pendarahan anaknya yang tidak berhenti dan malah mulai membusuk, Lona benar-benar kehilangan akal sehatnya. Dia menangis sambil berteriak, memaki semua orang di apotek dan bersumpah akan menutup apotek itu serta menyeret Rido dan Tabib Taufan ke penjara."Anakku! Anakku, gimana keadaanmu? Bangun, Sayang!" teriak Lona sambil mengguncang tubuh anaknya yang tergeletak tak sadarkan diri.Dia lalu menuding Rido dengan penuh amarah. "Kalian ini pedagang obat nggak bermoral! Kalau terjadi sesuatu sama anakku, suamiku akan menghancurkan keluargamu!"Mendengar ancaman itu, wajah Rido langsung pucat pasi. Dengan ekspresi cemas, dia berbalik dan menunjuk Harris sambil memaki, "Harris, ini semua salahmu! Obat ini dari kamu! Apa yang dikatakan Afkar tadi benar, obat ini bermasalah!"Lemak di wajah Harris bergetar saat dia panik. Namun, dia tetap mencoba membela diri. "Omong kosong! Obatnya ... obatnya pasti nggak bermasalah! Pasti cara pemakaian kalian yang salah!"Meski Harris mencoba memb
Apalagi, Keluarga Permono pernah bekerja sama dengan Keluarga Samoa. Mereka sangat memahami betapa kuatnya fondasi Keluarga Samoa.Jika tidak, Victor tidak akan merendahkan dirinya seperti ini di hadapan seorang pengurus Keluarga Samoa."Gulzar pasti baik-baik saja. Ya, pasti," ucap Victor berulang kali."Ya, ya, Gulzar pasti akan selamat!" Yola juga berdoa untuk keselamatan Gulzar.Namun, Gael hanya membalas, "Semoga begitu!"Saat ini, beberapa orang berjalan mendekat dengan santai. Begitu melihat mereka, Yola, Victor, Gael, serta para pengawal Keluarga Permono langsung menunjukkan ekspresi tidak ramah."Afkar, Felicia? Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Yola dengan dingin.Gael menatap Afkar sambil bertanya, "Bocah, aku sedang sibuk dan nggak punya waktu untukmu. Kamu malah sengaja muncul di hadapanku ya?"Afkar tersenyum dingin. "Barusan aku dengar kalian berdoa agar pemuda di dalam sana selamat, 'kan? Heh, sayang sekali .... Aku harus memberitahumu, rumah sakit ini nggak akan
Afkar sebelumnya sempat melirik kondisi pemuda itu dan yakin bahwa rumah sakit tidak akan mampu menyelamatkannya.Dilihat dari sikap Yola dan ayahnya, Afkar merasa ini adalah kesempatan untuk memanfaatkan keadaan. 'Kalian ingin pemuda itu tetap hidup? Oke, mari kita lihat sejauh apa mereka akan bersandiwara!'Selanjutnya, Afkar melanjutkan proses penyembuhan Mateo. Dia terus menyalurkan energi naga ke tubuh Mateo, sekaligus menggunakan teknik akupunktur "Sembilan Vitalitas" dari Kitab Kaisar Naga.Mateo yang awalnya berada di ambang kematian menurut ilmu medis modern, perlahan-lahan menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang luar biasa.Entah berapa lama kemudian, Mateo akhirnya bangun dan turun dari ranjang. Meskipun wajahnya masih agak pucat, dia sudah mampu untuk berdiri dan berjalan."Sekarang kamu cuma perlu istirahat beberapa hari dan semuanya akan pulih sepenuhnya," ucap Afkar sambil tersenyum.Mata Mateo berkaca-kaca. Dia memandang Afkar dengan penuh rasa syukur. Sesaat kemudian, d
Melihat situasi itu, Felicia segera menarik Shafa ke samping. Tatapannya penuh kemarahan saat menatap pihak lawan. Dia tidak menyangka mereka begitu arogan, langsung menyerang tanpa peringatan.Afkar hanya mendengus dingin. Satu tangannya tetap fokus menyalurkan energi naga ke tubuh Mateo, sementara tangan lainnya diangkat untuk menangkis serangan.Bam! Suara benturan keras terdengar disertai dengan getaran udara. Lengan bawah Afkar sontak bertabrakan dengan tulang kering pria berbaju putih.Tap! Tap! Tap! Pria berbaju putih itu mundur tiga langkah sebelum akhirnya bisa berdiri dengan stabil. Sebaliknya, Afkar tetap duduk tegak seperti gunung yang tak tergoyahkan."Kalau mau bersikap sombong, setidaknya becermin dulu! Sudah kubilang, temanku masih butuh perawatan di sini. Pergi sana!" Suara Afkar dingin tetapi berwibawa, menunjukkan posisinya.Wajah pria berbaju putih berubah serius. Dia menatap Afkar dengan mata berkilat ragu. "Bocah, kamu tahu siapa yang sedang kamu lawan?""Tuan mud
Tampak direktur unit gawat darurat masuk dengan tergesa-gesa, ekspresinya penuh dengan ketidaksabaran dan kecemasan!Di belakangnya, beberapa tenaga medis mendorong ranjang rumah sakit darurat. Di atas ranjang itu, terbaring seseorang yang tubuhnya berlumuran darah dan terlihat dalam kondisi sangat kritis.Di samping dan belakangnya, ada banyak orang yang mengikuti. Masing-masing menunjukkan wajah penuh kekhawatiran."Cepat! Selamatkan tuan muda kami!" Seorang pria paruh baya yang berpakaian rapi terus berteriak dengan keras."Kenapa di ruang gawat darurat ini masih ada orang lain? Cepat usir mereka keluar!" Terdengar suara seorang wanita yang tajam, kasar, dan arogan."Siapa mereka? Suruh mereka pergi sekarang juga! Kalau sampai pengobatan tertunda, rumah sakit ini akan menerima akibatnya!" Pria paruh baya lainnya yang mengenakan setelan formal, juga berbicara dengan arogan.Mendengar keributan itu, Afkar yang sedang merawat Mateo pun perlahan-lahan menoleh dengan tatapan dingin. Mata
"Ya sudah, jangan nangis lagi. Papa akan masuk dan melihatnya. Papa nggak akan membiarkan Paman Mateo meninggal."Afkar menghapus air mata Shafa, lalu segera memasuki ruang gawat darurat. Felicia mengikuti di belakangnya.Saat itu, dokter yang baru saja keluar dari ruangan hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Afkar. Mereka mengira Afkar hanya berusaha menenangkan anaknya."Kalau pasien masih bisa selamat dalam kondisi ini, berarti dia seorang dewa! Kami saja nggak bisa menyelamatkannya, apa yang bisa dia lakukan?" Kepala dokter itu mencibir, merasa tidak senang dengan pernyataan Afkar.....Di dalam ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Darah masih mengalir perlahan dari mulut dan hidungnya.Beberapa alat medis dan tabung telah dilepas, hanya selembar kain putih yang menutupi tubuhnya. Jelas, pihak rumah sakit telah menyerah untuk menyelamatkannya dan langkah berikutnya adalah mengurus jenazahnya.Namun, seolah-olah merasakan sesuatu atau mungkin itu adalah momen terakhirn
Beberapa SUV melaju di jalan menuju ibu kota provinsi dari Kota Nubes. Di salah satu mobil, Noah memegang wajahnya dengan ekspresi dipenuhi keengganan dan kebencian. Matanya tampak tajam dan menyeramkan."Dasar pria tua bangka! Kamu tega memukulku demi orang luar!" Noah menggeram dengan penuh kebencian.Kemudian, dia menatap tajam ke arah David yang duduk di sebelahnya sambil berkata dengan galak, "Kamu keluar dari mobil!"David terkejut dan bertanya dengan takut, "Pak ... ada apa?""Aku ingin kamu tetap tinggal di Kota Nubes. Manfaatkan mantan istri Afkar untuk memisahkan dia dari Felicia!" Tatapan Noah berkilat tajam.Mendengar ini, ekspresi David tampak cemas dan takut. "Tapi ... Afkar akan membunuhku kalau aku melakukan itu.""Diam! Aku nggak menyuruhmu bertarung dengannya! Kalau kamu menolak, akan kubunuh kamu sekarang juga! Jangan pikir Afkar akan mengampunimu meskipun kamu nggak membantuku!" maki Noah sambil mencengkeram rambut David.Dengan tubuh gemetaran, David akhirnya menga
Dengan wajah penuh rasa malu dan bersalah, Heru memohon dengan tulus, "Aku sudah menyuruhnya pergi. Aku tahu kalau kalian bertemu, kamu pasti akan membunuhnya! Tapi, dia cucuku!""Pak, aku sudah menghukumnya dengan keras dan Keluarga Sanjaya akan memberi kompensasi besar sebagai permintaan maaf. Karena Bu Felicia dan putrimu nggak terluka, apa kamu bisa mengampuni Noah demi aku? Aku rela kehilangan martabatku!"Karen menggigit bibirnya dan berkata kepada Afkar dengan suara lembut, "Afkar, kujamin Kak Noah nggak akan melakukannya lagi! Demi hubungan kita, apa kamu bisa mengampuni nyawanya? Kakek sebenarnya berniat ...."Karen memberi tahu rencana Heru kepada Afkar, "Kak Noah sebenarnya impoten, makanya mentalnya agak bermasalah. Dia sebenarnya agak kasihan! Dia pasti khilaf. Apa kamu ... bisa mengampuninya?"Mendengar ini, senyuman dingin muncul di wajah Afkar. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Dia kasihan? Lalu, gimana dengan korbannya? Bukankah mereka lebih kasihan? Penyakit bukan a
Saat melihat Noah diusir oleh kakeknya sendiri, Felicia awalnya terkejut. Namun, dia segera merasa bangga! Dia merasa bangga karena suaminya! Meskipun Afkar tidak datang, dia tetap melindungi Felicia dari kejauhan!Felicia tidak menyangka bahwa kakek dan adik Noah datang karena Afkar. Mereka memarahi Noah habis-habisan dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Di sisi lain, Afkar membawa Shafa mengendarai mobil menuju lokasi. Setelah menggeledah seluruh tempat, dia tidak menemukan jejak Noah. Wajahnya langsung berubah menjadi suram.Afkar tahu bahwa dirinya terlambat, Noah sudah memindahkan semua. Saat membayangkan Felicia berada di tangan orang sekejam Noah, Afkar merasa sangat khawatir.Jika Felicia terluka, Afkar tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, bahkan Noah harus dihancurkan hingga berkeping-keping! Seluruh Keluarga Sanjaya harus binasa!Namun, tiba-tiba tiga sosok muncul di depannya. Heru dan Karen ternyata datang bersama Felicia!"Afkar ...." Felicia melihat Afkar ya
Hanya saja, wajah Heru yang telah pulih sepenuhnya ini membuat Noah tercengang!Sebelumnya di telepon, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti telah menyembuhkan wajahnya yang hancur. Namun, Noah sama sekali tidak menyangka hasilnya bisa sedahsyat ini!Saat itu juga, Noah semakin tidak sabar untuk bertemu dengan dokter sakti itu!"Kakek, para anak buah mungkin nggak mengenalimu dan Karen. Kenapa kamu nggak mengabariku saja? Aku bisa turun untuk menyambut kalian! Untuk apa berkelahi dengan mereka?"Noah mengira anak buahnya telah menghalangi kakeknya dan Karen masuk, sehingga keduanya terpaksa menerobos.Noah tersenyum, lalu melirik ke belakang Heru. "Kakek, di mana dokter sakti yang kamu sebutkan itu?"Plak! Begitu Noah selesai bicara, Heru langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya!Tubuh Noah sampai berputar satu kali akibat tamparan itu. Separuh wajahnya sontak bengkak. Dia pun menatap kakeknya dengan kaget dan bingung."Kakek, kenapa kamu menamparku?"Wajah Her