Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang bertatapan dengan heran dan mulai bergosip. Mereka tidak menyangka akan ada sesi seperti ini pada pertemuan bisnis hari ini. Situasi macam apa ini?Sementara itu, Felicia tampak tegang setelah mendengarnya. Dia menggenggam tangan Afkar dengan erat. Ekspresinya panik."Afkar, kita pergi dari sini. Cepat," bisik Felicia dengan suara bergetar. Dia teringat pada ancaman Hendrik. Hendrik bilang akan menunjukkan videonya kepada publik dan menghancurkan reputasinya jika tidak menurut.Felicia tentu tahu maksud dari ucapan Hendrik. Seketika, kepanikan dan kegelisahan menyelimuti seluruh hatinya. Meskipun video itu hanya merekam kehidupan pribadinya, tetap saja memalukan."Sayang, percaya padaku. Pertunjukan seru akan dimulai." Afkar menggenggam tangan Felicia. Dia menenangkannya karena bisa merasakan kegelisahan Felicia."Tapi ...." Ketika Felicia ingin berbicara, tiba-tiba terdengar suara dari video yang diputar."Hei, jalang! Gimana rasanya? Enak ng
"Sayang, gimana? Puas nggak?" tanya Afkar sambil terkekeh-kekeh nakal.Wajah Felicia tersipu. Dia melirik Afkar dengan malu. Namun, dia merasa sangat puas. Siapa suruh Hendrik ingin menghancurkan reputasinya? Pada akhirnya, Hendrik yang hancur.Felicia tentu tahu bahwa semua ini adalah perbuatan Afkar. Seketika, dia merasa sungguh terharu. Afkar tahu tentang videonya, tetapi tidak menanyakan apa-apa dan menyelamatkannya dari krisis."Afkar, terima kasih," ucap Felicia dengan tulus. Faktanya, dia merasa ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk membalas kebaikan Afkar."Nggak usah berterima kasih." Afkar menggeleng dengan tidak peduli.Segera, ekspresi Felicia menjadi cemas kembali. "Tapi, videoku ...."Afkar mendengus dan menyahut, "Tenang saja, semuanya sudah kuhancurkan. Kami menemukan file aslinya di kamar Hendrik dan langsung melenyapkannya. Video-video itu sudah musnah dari dunia."Mata Felicia seketika berkaca-kaca. Kemudian, dia bertanya, "Afkar, kenapa kamu nggak tanya soal vi
Malam itu juga, Freya pulang ke rumah orang tuanya. Anita dan Gordon pun kaget.Anita berseru dengan girang, "Freya, kamu sudah bebas? Kami masih berusaha mencari orang yang bisa membantumu."Gordon tampak lega. "Kami mencari Rafai, tapi dia malah mengusir kami waktu itu. Kami nggak nyangka dia tetap membantumu."Freya terkekeh-kekeh. "Bukan Rafai yang membantuku. Dia sudah mencampakkanku."Ketika ditahan, Freya mencoba menelepon Rafai. Namun, Rafai sudah ketakutan dibuat Afkar. Dia memilih untuk putus hubungan dengan Freya.Saat Aldo dan bawahannya diberi pelajaran oleh Afkar, Rafai juga berada di tempat kejadian. Itu sebabnya, dia tahu betapa menakutkannya kemampuan dan koneksi Afkar.Daru yang merupakan panglima sampai membawa pasukan untuk membantunya. Selain itu, Afkar sendiri juga sangat hebat. Sekalipun Rafai bernyali besar, dia tidak akan berani melawan Afkar.Bagaimanapun, Freya adalah mantan istri Afkar. Rafai hanya bisa mengagumi Freya dari jauh, tidak akan berani menyentuhn
Untuk sesaat, Afkar hanya diam. Kemudian, dia menyahut, "Freya, apa kamu tahu? Dulu aku bersikap baik padamu karena aku bodoh. Tapi, kalau sekarang aku masih meladenimu, berarti aku murahan! Orang boleh bodoh, tapi nggak boleh murahan. Jadi, sebaiknya kamu berhenti."Usai berbicara, Afkar langsung mengakhiri panggilan dan memblokir nomor Freya. Begitu mendengarnya, wajah Freya memucat."Afkar, kamu bakal menyesal nanti! Pasti! Kamu milikku! Kalau aku nggak bisa mendapatkanmu kembali, berarti kamu hanya bisa hancur! Kamu tunggu saja!"....Keesokan pagi, Hendrik pindah ke hotel lain. Dia duduk di sofa dan menggertakkan giginya sambil bergumam, "Felicia, kamu yang memaksaku melakukan semua ini! Barang yang nggak bisa kudapat harus hancur!"Hendrik menelepon seseorang yang berada di Magizta. "Khaliq, ini aku, Hendrik. Bahan obat berkualitas rendahmu itu belum terjual, 'kan? Hubungi saja Safira Farma dari Kota Nubes. Mereka sangat kekurangan bahan obat sekarang. Kujamin terjual. Oke, sama-
Ekspresi ketiga orang itu tampak masam. Semua sudah jelas. Sutopo menyuruh para supplier berhenti menyuplai bahan obat demi Afkar."Memohon pada pecundang itu? Cih! Nggak mungkin!" pekik Jesslyn."Gimana dong? Kalau nggak ada bahan obat, kita nggak bisa mengirim produk sesuai jadwal yang dijanjikan. Kita harus bayar kompensasi besar nanti. Totalnya triliunan. Bahkan, kita bisa dituntut secara hukum! Kita nggak bisa memproduksi apa pun untuk sekarang." Viola tampak cemas.Wajah Renhad benar-benar suram. Dia tentu tidak akan meminta maaf kepada Afkar. Namun, jika bersikap keras kepala, mereka bukan hanya akan menderita kerugian, tetapi juga masuk penjara!Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu. Renhad bertanya dengan kesal, "Siapa?""Pak Renhad, ini aku, Suranta." Ternyata manajer departemen pembelian.Renhad menyuruhnya masuk. Di belakang Suranta, tampak seorang pria berwajah kurus.Renhad tentu kebingungan melihatnya. "Siapa dia?""Ini Pak Khaliq, supplier bahan obat dari Magizta." Suranta
"Pak Khaliq ini memang cerdas, nggak seperti Sutopo dan para supplier bodoh itu. Masa mereka menolak rezeki?" cela Viola sambil tersenyum.Dengan demikian, keluarga yang beranggotakan tiga orang ini tampak sangat lega karena merasa masalah mereka telah teratasi.Saat ini, Jesslyn tiba-tiba teringat pada sesuatu. "Menurut kalian, gimana reaksi Kak Harun dan keluarganya kalau tahu kita dapat pasokan bahan obat?"Begitu mendengarnya, Renhad dan Viola langsung teringat pada kejadian di hari ulang tahun Gauri. Harun dan keluarganya tampak sangat senang saat mengetahui mereka tidak mendapat bahan obat."Huh! Mereka pasti bakal kaget dan nggak bisa sombong lagi." Viola mendengus."Mereka juga bakal sadar usaha mereka selama ini sia-sia. Yang dapat untung adalah orang lain. Hahaha. Kehabisan bahan cuma sementara, tapi profit dari keempat obat itu adalah selamanya!" timpal Renhad dengan bangga."Benar! Begitu mereka tahu, mereka pasti bakal kesal! Memuaskan sekali! Sayang, gimana kalau panggil
Viola membawa Afkar dan Felicia menuju ke gudang pabrik. Mereka melihat Renhad dan Jesslyn yang menatap mereka dengan tatapan licik.Beberapa truk berhenti di depan gudang. Beberapa pekerja tampak menunggu di sana. Begitu melihatnya, Felicia dan Afkar bertatapan. Mereka sama-sama bisa menebak sesuatu."Oh, Felicia dan Afkar sudah datang?" panggil Renhad dengan wajah penuh senyuman."Paman, kenapa memanggil kami kemari?" tanya Felicia dengan ekspresi datar."Mau suruh kalian bantu lihat. Begini, aku berhasil mendapat supplier. Dia memasok banyak bahan obat untukku. Waktu kamu masih menjabat, kamu sering datang ke pabrik untuk lihat, 'kan? Kamu pasti tahu betul mana bahan obat yang berkualitas bagus. Ayo, bantu aku lihat. Hahaha," goda Renhad dengan puas.Setelah mendengarnya, wajah Felicia tampak suram. Tatapannya menjadi dingin."Eh? Kenapa? Kenapa wajahmu murung?" tanya Jesslyn dengan nakal."Paling-paling kesal karena kita dapat supplier baru! Hehehe." Viola terkekeh-kekeh dan meneru
Afkar terkekeh-kekeh, lalu menunjuk salah satu truk tersebut."Haha. Kamu bilang plum asap ini berkualitas rendah? Ayo, buka pintu belakang truk. Kita tunjukkan kasih dia," ujar penanggung jawab itu dengan penuh antusiasme. Dia tertawa tanpa merasa takut sedikit pun.Begitu pintu belakang dibuka, terlihat setumpuk plum asap. Renhad maju untuk melihat dengan saksama. Dia tersenyum kepada Afkar dan berujar, "Aku tahu kamu nggak suka melihat kami senang. Nggak ada masalah dengan plum asap ini. Kamu mau menakutiku supaya aku menolak bahan obat ini? Jangan mimpi!""Ya! Aku tahu kamu punya niat jahat! Kamu pasti iri melihat kami dapat bahan obat! Makanya, kamu sembarangan bicara!" Viola menggertakkan giginya."Sudahlah, nggak usah repot-repot. Kamu kira kami bakal percaya pada omong kosongmu?" ejek Jesslyn."Semua plum asap ini sudah melewati proses kimia dan dikeringkan dengan belerang. Makanya, kelihatannya normal saja. Tapi, masa kalian nggak mencium aromanya yang aneh? Plum asap yang nor
Dalam sekejap, beberapa hari telah berlalu. Hari ini, dengan ditemani Fadly, Afkar datang ke Rumah Lelang Keluarga Samoa.Di pinggiran barat Kota Nubes, terdapat sebuah vila pribadi seluas ratusan hektar. Ini adalah rumah Keluarga Samoa, sekaligus lokasi lelang. Biasanya, tempat ini tidak terbuka untuk umum, kecuali ada acara lelang.Pukul 8 pagi, banyak mobil mewah terparkir di vila itu. Afkar dan Fadly memarkirkan mobil mereka di luar. Setelah menjalani pemeriksaan, mereka baru memasuki vila."Fad, kamu lagi ada masalah belakangan ini ya?" Setelah berjalan beberapa langkah, Afkar tiba-tiba menatap Fadly yang berjalan di sampingnya dan bertanya demikian. Ketika bertemu Fadly hari ini, Afkar bisa melihat ekspresinya dipenuhi kecemasan."Hah?" Fadly termangu sejenak, lalu menggeleng. "Nggak ada kok! Cuma sedikit masalah kerjaan. Aku bisa mengatasinya sendiri.""Kalau butuh bantuan, kasih tahu saja aku. Aku mungkin bisa membantumu," pesan Afkar."Aku tahu. Kalau ada masalah, aku pasti me
Kaysan akhirnya menyadari apa yang terjadi. Dia menjelaskan, "Banyak makanan nggak beracun, tapi kalau dimakan bersamaan jadi beracun. Logikanya sama dengan fengsui. Kolam, ikan, cermin delapan diagram. Satu saja sudah cukup untuk membawa keberuntungan.""Tapi, kalau disatukan semuanya, ini sama saja dengan strategi membunuh. Siapa sebenarnya yang berniat jahat pada kalian? Kalau nggak ada Pak Afkar, aku rasa keluarga kalian nggak bakal tenang untuk selamanya! Keluarga kalian bisa binasa!"Begitu mendengarnya, Namish dan Reno pun terkesiap. Mereka tidak menyangka hasilnya akan semenakutkan itu."Apa mungkin ini kerjaan desainer itu?" tanya Namish dengan ekspresi masam. Dia tidak mengerti kenapa desainer itu ingin mencelakai mereka. Dia pun bertekad akan mencarinya untuk mengetahui kebenarannya.Reno menatap Afkar dengan heran. "Hei, Pak Kaysan saja nggak menyadari hal ini. Kenapa kamu langsung tahu hanya dengan melihat sekilas? Jangan-jangan kamu sekongkol dengan desainer itu untuk men
"Kamu mau 600 miliar, 'kan? Kami bakal membayarmu kok! Cepat sedikit! Sebenanya kamu bisa nggak sih?" desak Reno yang sungguh panik.Afkar mendengus, lalu sontak mengentakkan kakinya dan melompat turun dari jendela lantai dua. Begitu mendarat, dia tiba-tiba melompat lagi dan menghancurkan cermin delapan diagram di atas pintu. Prang! Cermin itu hancur berkeping-keping!"Apa yang kamu lakukan? Barang itu digunakan itu mencegah energi jahat!" seru Reno dengan kaget sambil menjulurkan kepalanya dari jendela."Nyonya sudah sembuh!" Tiba-tiba, ada yang berteriak demikian. Qaila yang tadinya hendak menggantung diri tiba-tiba jatuh pingsan setelah cermin itu hancur.Namish buru-buru menghampiri untuk memeriksa napas istrinya. Kemudian, dia menghela napas lega. Napas istrinya teratur. Istrinya hanya tidur.Setelah memastikan Qaila baik-baik saja, sekelompok orang itu pun datang ke halaman. Namish segera mengucapkan terima kasih, "Pak, terima kasih banyak!""Nggak usah sungkan-sungkan. Aku juga
Afkar tidur dengan sangat nyenyak. Tiba-tiba, dia menerima panggilan dari nomor tak dikenal."Siapa ini?" tanya Afkar yang masih mengantuk. Dia melihat jam dan ternyata masih tengah malam."Pak Afkar, kamu benaran bisa menolong ibuku?" Terdengar suara panik dari ujung telepon."Hm?" Segera, Afkar tersadarkan. "Reno?""Ya! Ini aku! Kamu benar! Ibuku dalam bahaya! Kamu benaran bisa menolong ibuku?" tanya Reno dengan suara rendah setelah ragu-ragu sejenak. Dia mendapat nomor telepon Afkar dari Cello."Tentu saja bisa! Tapi seperti yang kubilang, kamu harus membayarku 600 miliar kalau mencariku lagi!" timpal Afkar dengan tenang."Oke! Aku bakal bayar 600 miliar!" pekik Reno sambil menggertakkan giginya. Meskipun merasa kesal dengan sikap Afkar, keselamatan ibunya adalah yang terpenting untuk sekarang.Sejam kemudian, Afkar yang dijemput Reno akhirnya tiba di vila Keluarga Manggala. Keluarga Manggala memang kontraktor hebat. Vila mereka sangat luas dan dekorasinya sangat elegan. Ada kolam,
"Baiklah kalau begitu." Kaysan tidak sungkan-sungkan lagi.Namish menyuruh koki menyiapkan makanan lezat. Dia dan Reno menemani Kaysan minum. Suasana sungguh harmonis.Tiba-tiba, terdengar suara dari lantai atas. Saat berikutnya, disusul dengan tangisan wanita. Kali ini, tangisan itu terdengar lebih tajam dari sebelumnya. Semua orang sontak bergidik ngeri.Ekspresi ketiga orang itu berubah drastis. Mereka buru-buru berlari ke lantai dua. Terlihat Qaila yang rambutnya berantakan dan matanya memerah. Air mata terus berderai di wajahnya.Saat ini, Qaila menyatukan kedua kain yang diguntingnya dan menggantungnya di lampu kamar. "Huhu ... huhuhu ...."Sambil menangis, Qaila menginjak ranjang dan memasukkan kepalanya ke dalam tali. Jelas sekali, dia ingin gantung diri!"Sayang!" Namish ketakutan hingga wajahnya memucat. Dia tidak sempat memedulikan rasa takut dalam hatinya lagi dan bergegas maju untuk menghentikan istrinya.Namun, tenaga Qaila sangat besar. Qaila sontak menendangnya dan meng
Larut malam itu juga!"Huhuhu ... huhu ...."Di vila Keluarga Manggala, terdengar tangisan seorang wanita. Di tengah malam seperti ini, tangisan itu terdengar sangat mengerikan.Reno dan ayahnya, Namish, sama-sama berdiri di kamar dengan ekspresi tak menentu. Mereka menatap Qaila yang duduk di lantai sambil menangis. Seketika, bulu kuduk mereka meremang."Sayang, kamu kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Namish dengan jantung berdebar-debar.Tadi, mereka sudah tidur. Tiba-tiba, Namish mendengar tangisan di sampingnya. Siapa pun yang mengalami hal seperti ini pasti akan merinding dan ketakutan.Apalagi, Qaila bukan hanya menangis. Dia seperti kehilangan akal sehatnya. Sambil menangis, dia menggunting seprai dengan gila.Tidak peduli bagaimana Namish dan Reno memanggilnya, Qaila sama sekali tidak bereaksi. Qaila seperti kehilangan kesadarannya."Ayah, apa mungkin Ibu ... kerasukan?" tanya Reno dengan takut dan tidak yakin."Cepat panggil Pak Kaysan kemari!" instruksi Namish segera.Tidak ber
Cello tersenyum lebar. Hal ini membuat Reno merasa agak canggung. Pada akhirnya, dia berkata kepada Afkar dengan enggan, "Terima kasih ya."Ketika melihat sikap Reno yang tidak tulus, Afkar pun mencebik dan bertanya, "Gimana kamu akan berterima kasih kepadaku?"Afkar tidak keberatan membantu orang, tetapi keberatan jika orang yang dibantunya tidak tahu diri. Makanya, dia ingin menyulitkan Reno.Setelah mendengarnya, ekspresi Reno membeku. Dengan wajah murung, dia bertanya, "Kamu mau apa? Gimana kalau aku kasih uang saja?"Ucapan ini jelas mengandung makna menghina!Siapa sangka, Afkar malah mengangguk. "Boleh, aku minta 20 miliar."Begitu mendengarnya, Reno sontak memelotot dan menatap Afkar dengan marah. Cello juga kaget karena Afkar benar-benar meminta uang."Beraninya kamu minta uang. Kamu miskin ya sampai minta 20 miliar? Memangnya Bu Felicia nggak kasih kamu uang jajan?" cela Reno dengan jengkel."Kalau ada yang mati di lokasi konstruksi ini, bukankah kamu juga harus bayar kompens
"Kalau ada sesuatu yang kotor di dalam sana, aku bakal memakannya!" janji Kaysan dengan yakin."Wow! Besar sekali nyalimu." Afkar hanya bisa menggeleng dengan pasrah.Ekskavator datang dan mulai menggali sesuai instruksi Afkar. Afkar yang berdiri di samping hanya menyaksikan dengan tenang, sedangkan Kaysan merasa gugup hingga terus mengedipkan matanya. Adapun Reno dan Kaysan, keduanya melipat lengan di depan dada sambil tersenyum dingin.Tidak berselang lama, mereka telah menggali hingga kedalaman 5 meter. Selain batu, tidak ada lagi yang terlihat."Lucu sekali! Mana barang yang kamu bilang? Kamu seharusnya cari tahu dulu seterkenal apa aku. Beraninya kamu meragukan kemampuanku. Ayo, ganti rugi. Aku nggak minta banyak. Cuma 2 triliun kok!" ucap Kaysan dengan angkuh."Pak Afkar, kalau kamu nggak punya uang sebanyak itu, minta maaf saja pada Pak Kaysan. Aku bakal bantu kamu bicara nanti. Jangan malah minta uang sama Bu Felicia. Malu-maluin saja," goda Reno."Pak Reno, masih mau digali ng
Apalagi, Afkar mengejeknya malam itu. Reno tidak bisa melupakannya sampai sekarang."Aku yang minta Kak Afkar kemari untuk lihat fengsui di sini," sahut Cello sambil tersenyum.Begitu mendengarnya, alis Reno berkerut. "Serahkan saja masalah di sini kepada kami. Kamu nggak perlu repot-repot.""Jangan bicara begitu. Ada bagusnya juga kalau aku ikut mengawasi," balas Cello."Kamu nggak percaya padaku?" tanya Reno dengan kesal.Saat ini, pria tua berjubah kuning itu tiba-tiba mendengus. Reno memperkenalkan kepada Cello, "Ini Pak Kaysan, ahli fengsui terkenal di Kota Nubes. Sebelum proyek dimulai, perusahaan kami selalu mengundangnya ke lokasi konstruksi dulu. Pak Kaysan sudah cukup, nggak perlu amatiran lain. Jadi, sebaiknya bawa Pak Afkar pergi dari sini."Usai berbicara, Reno melirik Afkar dengan tatapan menghina dan melambaikan tangannya.Kaysan mengangguk, lalu berkata dengan sombong, "Aku sudah periksa. Fengsui di sini termasuk bagus karena ada cahaya keberuntungan. Konstruksi bisa di