Begitu Freya mendengar permintaan Aldo, ekspresinya seketika berubah. Dia bertanya, "Pak Aldo, apa maksudmu?""Sialan! Pak Aldo menyuruhmu bawa anakmu dengan Afkar kemari. Kamu nggak paham?" bentak Rafai dengan kasar sambil memelototi Freya.Di hadapan Aldo, Rafai berusaha untuk menyenangkan sekaligus takut padanya. Dia khawatir sikap Freya akan membuat Aldo kesal dan melibatkan dirinya."Jangan bentak dia. Biar aku bicara pelan-pelan padanya," ucap Aldo melambaikan tangan kepada Rafai.Kemudian, Aldo menyipitkan matanya seraya berujar, "Sudah kubilang aku paling suka anak-anak. Freya, kamu bawa putrimu kemari dan jadikan aku sebagai kakek angkatnya. Gimana?"Mata Freya berbinar-binar. Dia tersenyum dan menjawab, "Oke! Anak itu sangat beruntung bisa punya kakek angkat seperti Pak Aldo. Tapi setelah cerai, anak itu diasuh ayahnya, nggak bersamaku."Benar. Freya cukup kejam. Namun ketika mendengar bahwa Aldo memiliki niat terhadap Shafa, wanita ini sedikit ragu. Freya memang tidak peduli
Afkar tentu saja ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya.Setelah menjawab panggilan, Bayu menyapa dengan ramah, "Haha, Afkar ya.""Pak Bayu, terima kasih atas bantuanmu, Dokter Bian, dan Pak Heru. Begini, aku mau mentraktir kalian makan siang ini. Apa kalian bersedia?" tanya Afkar dengan tulus.Heru selalu bertamu di kediaman Keluarga Subroto. Bian juga diundang Keluarga Subroto dari Bumantra. Itu sebabnya, Afkar langsung menghubungi Bayu. "Afkar, kamu terlalu segan," balas Bayu menolak dengan sopan."Sudah seharusnya," sahut Afkar sepenuh hati."Baiklah. Aku akan kabari Heru dan Dokter Bian," ucap Bayu tanpa menolak lagi. Kebetulan, dia juga ingin lebih dekat dengan Afkar.Kemudian, Bayu menambahkan, "Oh, iya. Afkar, aku khawatir kamu merasa bosan kalau makan bersama kami yang sudah tua. Begini saja. Aku akan panggil beberapa anak muda seusiamu biar lebih ramai. Kamu keberatan nggak?"Afkar menimpali dengan santai, "Boleh. Pak Bayu yang putuskan saja."Bayu tersenyum sembari berkat
Naufal telah dirawat di rumah sakit selama lebih dari seminggu. Hari ini, dia baru keluar dari rumah sakit.Meskipun saat itu Afkar memberinya Obat Luka Safira Farma, kerusakan pada kerongkongan dan ususnya yang disebabkan spirytus 96% tidak bisa sepenuhnya pulih dengan mudah. Bahkan ada kemungkinan meninggalkan efek samping jangka panjang.Selain itu, suara Naufal mungkin akan seperti ini selamanya. Bagaimana mungkin orang seperti Naufal tidak menyimpan dendam kepada Afkar yang menjadi penyebab semua ini? Naufal sangat marah saat melihat Afkar."Pak Naufal, kamu kenal orang ini?" tanya pemuda beranting dengan gugup. Jika ternyata Afkar adalah teman Naufal, dia akan merasa malu karena sudah bersikap kasar kepada Afkar barusan."Tentu saja kenal! Kak Naufal masuk rumah sakit gara-gara dia!" jawab Izora mengangguk sambil memelototi Afkar.Ada belasan orang yang datang bersama Naufal. Selain seorang wanita yang mencolok, semuanya menunjukkan ekspresi tidak ramah terhadap Afkar.Wanita itu
"Pak Jackson, ada apa?" tanya manajer dengan hormat.Meskipun Jackson hanya keluarga cabang, dia juga keturunan Keluarga Subroto. Manajer tentu saja sopan kepadanya."Usir orang ini!" perintah Jackson menunjuk Afkar.Manajer mengamati Afkar sekilas, lalu mempersilakannya keluar. Dia menegaskan, "Pak, silakan pergi."Afkar mengangkat alis sembari bertanya, "Kenapa aku harus pergi? Aku juga tamu yang mau makan di sini. Ini cara kalian memperlakukan tamu?"Jackson mendengus dingin sebelum menimpali, "Memangnya kamu pantas jadi tamu? Sriburasa itu pakai sistem member. Kamu nggak lihat di sini cuma ada ruang privat dan nggak ada ruang makan umum? Di sini cuma melayani member. Kamu punya member?"Ketika berbicara, Jackson mengamati pakaian Afkar yang harganya palingan hanya ratusan ribu dengan ekspresi jijik. Rombongannya juga memandang Afkar dengan tatapan merendahkan."Lihat penampilannya. Mana mungkin dia punya member hotel ini?""Member paling rendah di sini minimal harus mengisi saldo r
Ketika melihat kartu hitam itu, para satpam sontak tercengang. Ekspresi manajer berubah drastis. Dia segera berseru, "Berhenti!"Jackson terbelalak dengan tidak percaya. Aruna pun menatap kartu hitam itu dengan serius, lalu bertanya, "Ini ... kartu VIP untuk seluruh bisnis Keluarga Subroto, 'kan?"Afkar terkekeh-kekeh. "Kira-kira, apa tingkat keanggotaanku kalau punya kartu ini?""Tingkat tertinggi!" sahut Aruna. Hanya saja, sorot matanya masih dipenuhi keraguan saat bertanya, "Apa aku boleh lihat sebentar?"Aruna adalah keturunan keluarga utama. Namun, dia jarang menampakkan diri sehingga manajer hanya mengenal Jackson dan tidak mengenal dirinya.Afkar mengedikkan bahu, lalu menyerahkan kartu itu kepada Aruna. Aruna pun mengamati dengan saksama. Ekspresinya tampak tidak karuan."Gimana? Bukan kartu palsu, 'kan?" tanya Afkar dengan tersenyum."Sepertinya begitu." Aruna mengangguk dan mengembalikan kartu itu kepada Afkar."Itu artinya, aku berhak mengusir anggota yang lebih rendah darik
"Cepat, kita ikuti dia! Jangan biarkan dia lolos begitu saja! Itu pasti kartu curian!" seru Jackson."Makan di rooftop? Pintar sekali membual! Memangnya dia berani?""Kebetulan Pak Bayu lagi ada acara di rooftop. Kalau dia berani naik, kita buat dia malu di sana!""Tenang saja, dia nggak bakal berani! Aku rasa dia mau kabur dari lantai lain!""Ayo, kita ikuti dia!"Sekelompok orang itu bergegas berlari untuk mengikuti Afkar masuk ke lift. Jackson hendak masuk, tetapi ponselnya tiba-tiba berdering."Kak Farel," panggil Jackson dengan sopan dan ramah. Nada bicaranya yang tidak biasa ini membuat orang merinding mendengarnya.Farel tidak lain adalah salah satu dari dua pemuda terhebat di Kota Nubes. Dia punya kuasa besar, merupakan keturunan resmi Keluarga Subroto. Keluarga cabang seperti Jackson tidak akan bisa dibandingkan dengannya."Kamu sudah sampai?" tanya Farel."Sudah, sudah," timpal Jackson buru-buru."Cepat juga. Kalau begitu, ikut aku tunggu di depan pintu. Kita sambut tamu terh
Ketika melihat Afkar memasuki ruang privat itu dengan santai, orang-orang merasa makin heran. Afkar begitu tak kenal takut karena punya sokongan atau karena bodoh?Tebersit kecurigaan pada tatapan Aruna. Jangan-jangan, Afkar adalah tamu terhormat itu? Kakek menyuruhnya menemui seorang pemuda. Apa mungkin Afkar orangnya?Jika itu benar, bukannya kakeknya ini terlalu tidak masuk akal? Dari pakaian Afkar, ditambah lagi statusnya sebagai menantu Keluarga Safira, Aruna tidak bisa menerimanya.Aruna dan Naufal bertatapan, begitu juga teman-teman mereka."Jangan-jangan dia memang tamu terhormat itu?""Nggak mungkin! Ini nggak mungkin!""Menantu pecundang Keluarga Safira nggak mungkin adalah tamu terhormat Pak Bayu!"Saat berikutnya, semua orang menatap Afkar dengan penuh keengganan dan berharap dugaan mereka tidak benar."Pak, siapa namamu?" tanya seorang staf wanita dengan sopan saat melihat Afkar menghampiri."Namaku Afkar," sahut Afkar dengan nada datar.Saat ini, pintu ruang privat dibuka
Heru tertawa terbahak-bahak. "Afkar, biar kuperkenalkan dulu. Ini Pak Johan dari Grup Akasa. Istrinya menderita leukemia akut dan nggak bisa ditolong lagi.""Untungnya, kamu memberiku beberapa sampel obat untuk leukemia. Aku pun memberikannya kepada Pak Johan. Siapa sangka, istrinya berhasil bertahan hidup, bahkan kondisinya nggak pernah sestabil ini."Afkar pun memahami apa yang terjadi. Dia bertanya dengan terkejut, "Kamu Pak Johan, orang terkaya di Provinsi Jimbo?"Pantas saja, Afkar merasa orang ini agak familier. Dia memang tidak pernah bertemu Johan, tetapi sering melihatnya di televisi."Orang terkaya apanya? Aku nggak sehebat itu. Pak Afkar, kamu penyelamat kami. Sebagai bentuk balas budi, aku akan memberimu saham Grup Akasa sebesar 20%. Tolong diterima." Usai berbicara, Johan menyerahkan surat pengalihan saham kepada Afkar.Sebagai orang terkaya di Provinsi Jimbo, Johan berbeda dengan para orang kaya yang memiliki latar belakang. Dia memulai semuanya dari nol. Istrinya juga me
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih