Fajar sangat senang mendengar persetujuan Felicia. Dia lantas memandang antusias ke arah obat-obatan yang menumpuk di gudang."Belum. Pak Fajar adalah orang pertama yang menawarkan kerja sama," sahut Felicia sambil menggeleng.Fajar menepuk pahanya dan berkata penuh semangat, "Bagus! Kalau begitu, aku akan memborong semuanya. Sebagai wujud ketulusanku, kita bisa langsung tanda tangan kontrak. Begini, aku akan bayar 200 miliar dulu. Kalau kurang, anggaplah itu deposit. Kalau lebih, jadikan saja sisanya uang muka untuk kerja sama kita di masa depan. Gimana menurutmu?"Mendengar itu, semua orang kembali gempar. Fajar ingin langsung tanda tangan kontrak dan membuat pesanan sebesar 200 miliar?Semua orang menahan napas. Jika begini caranya, Safira Farma akan untung besar!Felicia menoleh pada Afkar. Mata jernihnya sedikit berkaca-kaca penuh emosi. Barusan, suasana hati Felicia terjun bebas karena Harris. Sakit hati dan amarah yang dipendamnya hampir membuatnya putus asa.Namun, sebuah kejut
Begitu mendengar ucapan Budiman, wajah Felicia yang tadinya berseri-seri kini terlihat muram dan dipenuhi amarah.Perusahaan tidak memiliki masalah dengan Budiman. Pria berpengaruh itu juga tidak mungkin sengaja menyabotase Felicia atas suruhan paman dan neneknya. Lantas, mengapa Budiman menjelek-jelekkan obat baru yang diluncurkan perusahaannya?Renhad, Jesslyn, dan Harris tersenyum mengejek. Mereka bergembira karena situasi berbalik ke pihak mereka lagi.Namun, Fajar sama sekali tidak goyah. Dia hanya menatap Budiman dan berkata, "Pak Budiman, jangan cari ribut, deh. Kamu datang terlambat, semua obat itu sudah aku borong. Hahahah!"Budiman membalas dengan ekspresi masam, "Pak Fajar, kusarankan kamu lebih berhati-hati. Kamu memborong sebanyak ini, gimana kalau nggak terjual? Begini saja, berikan aku setengahnya. Aku akan membantumu menanggung separuh risikonya."Mendengar itu, orang-orang sontak terkesiap. Ekspresi Renhad dan Jesslyn yang tadinya tersenyum puas kini terlihat membeku.
"Pak Fajar saja membayar 200 miliar untuk mendapatkan hak distribusi di Provinsi Zoda. Pak Budiman, kamu ingin mendapatkan hak distribusi di tiga provinsi dengan 400 miliar? Itu terlalu sedikit, 'kan? Lagi pula, khasiat obat kami biasa saja. Hasil produksi perusahaan kecil seperti ini mungkin nggak akan diakui," ucap Afkar."Hahaha! Aku hanya ingin menakut-nakuti Pak Fajar. Khasiat obat perusahaanmu sangat luar biasa, pasti akan populer! Aku tulus ingin bekerja sama. Gimana kalau aku bayar 800 miliar untuk hak distribusi di tiga provinsi timur? Aku akan suruh orangku transfer uangnya!" ujar Budiman sambil tersenyum canggung.Mendengar itu, semua orang di sana terkesiap kaget. Para eksekutif perusahaan hampir menangis saking senangnya.Saat Afkar tawar-menawar dengan Budiman, mereka sempat takut taipan dari dunia farmasi itu akan pergi dengan kesal. Siapa sangka, pria itu justru melipatgandakan nilai tawarannya! Sepertinya dia benar-benar menginginkan hak distribusi itu.Di sisi lain, e
Renhad dan Jesslyn juga telah meninggalkan kawasan pabrik. Begitu masuk mobil, Renhad langsung menerima telepon dari Erlin."Bu!" panggil Renhad dengan nada muram."Kudengar kamu bawa para eksekutif ke pabrik hari ini. Gimana? Apa Feli sudah menyerah?" tanya Erlin. Dia tahu bahwa putra keduanya pergi ke sana untuk melihat Felicia dipermalukan.Sejujurnya, tindakan seorang paman pada keponakannya seperti ini terbilang sangat rendah. Namun, Erlin tidak menyalahkan Renhad. Sebaliknya, dia terdengar antusias untuk mendengar apa yang terjadi.Saat ini, mayoritas anggota Keluarga Safira berharap Felicia menyerah dan menuruti perintah untuk menikah dengan Noah."Putus asa? Mana ada? Ibu nggak lihat betapa puasnya dia tadi!" sahut Renhad sambil tersenyum pahit.Erlin tertegun sejenak, lalu bertanya, "Kenapa? Apa yang terjadi?""Aku juga nggak tahu kenapa, ada banyak sekali distributor besar dari seluruh negeri yang meminta hak distribusi obat-obatan baru itu," ucap Renhad. Dia lantas mencerita
Felicia bertanya dengan nada bercanda. Namun, kekhawatiran terlihat dari matanya meski hanya sekejap. Di dalam hatinya, dia mengharapkan suatu jawaban."Kamu harusnya tahu apa yang aku alami. Aku pria yang pernah tersakiti, nggak begitu mudah untuk jatuh cinta. Haha," ujar Afkar sambil mentertawakan diri sendiri.Afkar mengatakan yang sebenarnya. Setelah dicampakkan dan disakiti oleh Freya, Afkar merasa dirinya sudah tidak percaya pada cinta lagi. Satu-satunya kelembutan di hatinya hanya untuk putrinya, Shafa.Afkar juga bukan sepenuhnya tidak memiliki perasaan terhadap Felicia. Namun, sebagian besar yang Afkar lakukan untuk Felicia didasarkan pada rasa terima kasih dan balas budi. Afkar tidak berpikir dia benar-benar memiliki perasaan cinta yang besar terhadap Felicia.Begitu mendengar ucapan Afkar, Felicia terkekeh-kekeh. Entah mengapa hatinya merasa agak gelisah."Kebetulan sekali. Aku juga pernah tersakiti, nggak begitu mudah untuk jatuh cinta. Jadi, ayo kita buat kesepakatan. Hm?"
Begitu Freya mendengar permintaan Aldo, ekspresinya seketika berubah. Dia bertanya, "Pak Aldo, apa maksudmu?""Sialan! Pak Aldo menyuruhmu bawa anakmu dengan Afkar kemari. Kamu nggak paham?" bentak Rafai dengan kasar sambil memelototi Freya.Di hadapan Aldo, Rafai berusaha untuk menyenangkan sekaligus takut padanya. Dia khawatir sikap Freya akan membuat Aldo kesal dan melibatkan dirinya."Jangan bentak dia. Biar aku bicara pelan-pelan padanya," ucap Aldo melambaikan tangan kepada Rafai.Kemudian, Aldo menyipitkan matanya seraya berujar, "Sudah kubilang aku paling suka anak-anak. Freya, kamu bawa putrimu kemari dan jadikan aku sebagai kakek angkatnya. Gimana?"Mata Freya berbinar-binar. Dia tersenyum dan menjawab, "Oke! Anak itu sangat beruntung bisa punya kakek angkat seperti Pak Aldo. Tapi setelah cerai, anak itu diasuh ayahnya, nggak bersamaku."Benar. Freya cukup kejam. Namun ketika mendengar bahwa Aldo memiliki niat terhadap Shafa, wanita ini sedikit ragu. Freya memang tidak peduli
Afkar tentu saja ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya.Setelah menjawab panggilan, Bayu menyapa dengan ramah, "Haha, Afkar ya.""Pak Bayu, terima kasih atas bantuanmu, Dokter Bian, dan Pak Heru. Begini, aku mau mentraktir kalian makan siang ini. Apa kalian bersedia?" tanya Afkar dengan tulus.Heru selalu bertamu di kediaman Keluarga Subroto. Bian juga diundang Keluarga Subroto dari Bumantra. Itu sebabnya, Afkar langsung menghubungi Bayu. "Afkar, kamu terlalu segan," balas Bayu menolak dengan sopan."Sudah seharusnya," sahut Afkar sepenuh hati."Baiklah. Aku akan kabari Heru dan Dokter Bian," ucap Bayu tanpa menolak lagi. Kebetulan, dia juga ingin lebih dekat dengan Afkar.Kemudian, Bayu menambahkan, "Oh, iya. Afkar, aku khawatir kamu merasa bosan kalau makan bersama kami yang sudah tua. Begini saja. Aku akan panggil beberapa anak muda seusiamu biar lebih ramai. Kamu keberatan nggak?"Afkar menimpali dengan santai, "Boleh. Pak Bayu yang putuskan saja."Bayu tersenyum sembari berkat
Naufal telah dirawat di rumah sakit selama lebih dari seminggu. Hari ini, dia baru keluar dari rumah sakit.Meskipun saat itu Afkar memberinya Obat Luka Safira Farma, kerusakan pada kerongkongan dan ususnya yang disebabkan spirytus 96% tidak bisa sepenuhnya pulih dengan mudah. Bahkan ada kemungkinan meninggalkan efek samping jangka panjang.Selain itu, suara Naufal mungkin akan seperti ini selamanya. Bagaimana mungkin orang seperti Naufal tidak menyimpan dendam kepada Afkar yang menjadi penyebab semua ini? Naufal sangat marah saat melihat Afkar."Pak Naufal, kamu kenal orang ini?" tanya pemuda beranting dengan gugup. Jika ternyata Afkar adalah teman Naufal, dia akan merasa malu karena sudah bersikap kasar kepada Afkar barusan."Tentu saja kenal! Kak Naufal masuk rumah sakit gara-gara dia!" jawab Izora mengangguk sambil memelototi Afkar.Ada belasan orang yang datang bersama Naufal. Selain seorang wanita yang mencolok, semuanya menunjukkan ekspresi tidak ramah terhadap Afkar.Wanita itu
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek
Permukaan pusat energi Hantu Senyap memang telah mengeras menjadi bentuk padat, tetapi di dalamnya masih berupa energi cair. Akan tetapi, pusat energi Afkar berbeda. Makin mendekati inti dari pusat energinya, kepadatannya justru makin tinggi.Itu berarti, saat Afkar menembus ke tingkat pembentukan inti, dia akan mulai membentuk intinya dari dalam ke luar. Sementara itu, Hantu Senyap membentuk intinya dari luar ke dalam.Jelas sekali, inti yang terbentuk dari dalam ke luar akan jauh lebih solid dan kuat setelah prosesnya selesai. Inilah yang disebut sebagai pembangunan fondasi sempurna.Hantu Senyap menyaksikan sendiri bagaimana Afkar yang berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi mampu menekan dirinya yang berada di tingkat pembentukan inti. Dia pun menyadari kemungkinan tersebut."Omong kosong! Pokoknya aku akan menghabisimu!" geram Afkar. Tatapannya menyala penuh semangat tempur."Kamu pikir, kamu bisa membunuhku? Mimpi!" Hantu Senyap meludah darah ke lantai, sementara
Afkar tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke arah Hantu Senyap dengan penuh semangat tempur. Pada saat ini, tidak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan semua perasaan terhina yang sebelumnya dirasakannya saat ditindas oleh Hantu Senyap."Eh, jangan sombong!" Ekspresi Hantu Senyap berubah garang saat berucap demikian. Energi dalam tubuhnya bergejolak, darahnya mendidih, dan aura merah pekat meledak keluar dari tubuhnya. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menahan sedikit pun untuk menghadapi Afkar.Buk, buk, buk ....Pertarungan antara dua kekuatan berbeda tingkat pun pecah dalam sekejap. Suara bentrokan antara mereka bergema tiada henti, seperti guntur yang terus mengguncang langit.Di bawah gedung stasiun TV, semua orang yang menyaksikan dari kejauhan menunjukkan ekspresi penuh keraguan dan kebingungan.Harun bertanya dengan cemas, "Apakah itu Afkar yang sedang bertarung?"Fadly berseru dengan serius, "Kak Afkar, bagiku kamu adalah yang terkuat!
Afkar merasa agak bingung. Lawannya jelas memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya. Secara logika, seharusnya dia tidak bisa menghindar dengan begitu mudah."Papa, semangat!""Afkar, hati-hati!"Dari kejauhan, Shafa dan Felicia yang menyaksikan pertarungan sangat cemas dengan Afkar. Dari sudut pandang mereka, Afkar terus-menerus mundur dan menghindari serangan Hantu Senyap, seolah-olah berada dalam posisi terdesak. Tanpa sadar, keduanya pun mulai khawatir.Mendengar suara mereka, mata Hantu Senyap berkilat. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Kerutan di wajahnya menjadi makin dalam, lalu senyuman keji mulai terbentuk.Hantu Senyap mencela, "Dasar pengecut! Kali ini, biar kulihat kamu bisa sembunyi ke mana!"Alih-alih melanjutkan serangannya ke Afkar, Hantu Senyap tiba-tiba berbalik dan memelesat menuju Felicia dan Shafa.Melihat ini, ekspresi Afkar berubah drastis. Dalam sekejap, dia mengerahkan seluruh kecepatannya dan bergegas untuk mengadang Hantu Senyap."Hehe! Ter
Felicia tidak ragu sedikit pun. Dia segera menggendong Shafa dan berlari menjauh dari Afkar serta Hantu Senyap secepat mungkin.Felicia tahu bahwa saat ini, baik dirinya maupun Shafa tidak bisa membantu Afkar sama sekali. Tidak menambah beban baginya sudah merupakan bantuan terbesar yang bisa mereka berikan.Hantu Senyap bertanya sambil tersenyum dingin, "Eh, sepertinya lukamu sudah hampir sembuh ya?"Tadi, Afkar sempat melepaskan energi internal yang cukup kuat untuk menghancurkan peralatan siaran langsung. Tindakan itu cukup mengejutkannya.Padahal saat terakhir kali mereka bertarung, Hantu Senyap sudah menghancurkan meridian Afkar dan membuatnya nyaris mati dengan hanya sisa satu tarikan napas. Meskipun tidak mati, pemuda itu seharusnya sudah menjadi cacat.Tidak disangka, hari ini Afkar masih bisa mengeluarkan serangan jarak jauh dengan energi internalnya."Omong kosong! Itu cuma seperti digigit nyamuk, memangnya bisa terasa gatal berhari-hari?" balas Afkar sambil mencibir dengan s