Lupakan sejenak soal Aliando yang akhirnya berkata jujur kepada mertua mengenai rangkaian kejadian yang membuat mertua dan semua anggota keluarga Sadewa terheran-heran bukan main. Kembali kepada masalah kerja sama yang akan dijalin antara Sadewa Group dengan DN Corp melalui perantara Pak Irawan, tentu saja atas perintah dari Aliando secara langsung. Namun ada hal yang membuat anggota keluarga Sadewa heran saat mendengar jika Aliando harus ikut membuat, mengawasi pembuatan surat perjanjian kerja sama diantara dua perusahaan tersebut.Aliando juga harus menghadiri acara sesi pendatanganan kerja sama itu. Jika Aliando tidak ada di situ, maka, dari pihak DN Corp katanya tidak mau mendatangani surat perjanjian kerja sama dan jika dari pihak DN Corp tidak mau mendatangani surat perjanjian kerja sama, maka, secara otomatis, kerja sama tidak akan terjalin. Hal itu agak aneh pula menurut keluarga Sadewa. Memangnya siapa Aliando? Apa kepentingan Aliando harus ikut serta dalam pembuatan su
"Lihat lah ...menantu yang selama ini kalian anggap sampah, tidak berguna, payah ...kini bisa membalikan keadaan dengan begitu cepat ...omongan menantu yang kalian anggap tidak berguna itu tidak main-main ...dia serius bisa membuat perusahaan kalian bekerja sama dengan DN Corp ..." Ucap Pak Irawan dengan nada dan ekspresi wajah dingin. Bercampur sinis. Menatap semua orang yang ada di ruangan itu secara bergantian. Lengang sejenak di ruangan itu. Tidak ada satu orang pun yang berani membuka mulut saat Pak Irawan sedang berbicara.Bahkan, mereka tidak berani melakukan gerakan sekecil apa pun, melakukan kontak mata dengan Pak Irawan, alhasil mereka memilih menundukan kepala atau sesekali melirik ke sekitar, selagi suara Pak Irawan menggema di ruangan itu. Suara tajam dan penuh nada mengintimidasi itu tentu saja membuat bulu kuduk mereka meremang dan suasana tidak nyaman. Pak Irawan menghembuskan napas dengan kasar lebih dulu sebelum kemudian melanjutkan kalimatnya. "Apakah ...setela
"Karna tanpa Aliando, perusahaan kalian tidak akan bisa bekerja sama dengan DN Corp." Pak Irawan menyeringai. Merasa sedikit senang melihat keterkejutan di wajah-wajah mereka."Kalian dengar sendiri, kan, tadi, apa yang dikatakan oleh Pak Hakim? Pak Hakim ...tidak mau tanda tangan jika tidak ada Aliando di sini." Kata Pak Irawan lagi sambil tergelak. Mereka terdiam untuk beberapa saat, kemudian mengangguk samar secara bersamaan. Membenarkan perkataan Pak Irawan. Akhirnya, dengan amat terpaksa, Reno, Arjuna dan Dion bergantian mengucapkan rasa terima kasih mereka kepada Aliando. Aliando hanya mengedikan bahu, mengangguk samar, menggelengkan kepala pelan sambil tersenyum tipis saat kembali menyaksikan anggota keluarganya Nadine yang kali ini berganti mengungkapan rasa terima kasih mereka. Sebelumnya, Aliando telah memberitahu Pak Irawan untuk bersikap biasa saja kepada dirinya. Tapi apa yang dilakukan Pak Irawan? Tapi kalau dipikir-pikir lagi. Hal itu tidak terlalu menjadi masal
Arjuna menatap Reno lamat. Terdiam sebentar sebelum kemudian memilih mengalihkan pandangan ke depan, helaan napas pun keluar dari mulutnya. Dia tidak mau meladeni Reno yang keras kepala itu. Pasti malah akan menjadi perdebatan panjang jika dilanjutkan. Reno mendesis, melambaikan tangan. "Udah lah, Jun. Kamu jangan pernah menganggap Aliando itu udah berubah. Udah hebat. Dia itu masih sama aja kayak dulu. Masih tetap miskin. Dia itu hanya beruntung saja karna bisa mengenal orang penting!" Tandas Reno. Mendengus. Arjuna menoleh, tapi hanya diam, tidak berniat mau membalas ucapan Reno. Arjuna malah jadi memikirkan ucapan Reno barusan yang menyinggung soal Aliando yang kata dia masih menjadi orang miskin. Apa benar jika Aliando masih jadi orang miskin? Setelah Aliando mengatakan jika pembelian perhiasan dan mobil Lamborghini itu dibeli dengan uangnya sendiri dan uang 50 miliar yang waktu itu diberikan kepada perusahaan juga adalah uangnya sendiri. Bukan dipinjami David. Aliando t
Kinanti setuju dengan apa yang dikatakan oleh suaminya.Sebaik apa pun, seroyal apa pun dan sekaya apa pun, tidak mungkin jika keluarganya Pak Irawan mau meminjamkan uang segitu banyaknya kepada Aliando. Bahkan, terkadang, dengan sesama anggota keluarga saja, kerabat, banyak yang tidak percaya dan menaruh curiga satu sama lain. Apalagi ini konteksnya Aliando adalah orang lain. Keduanya juga tidak tahu seberapa dekat hubungan antara Aliando dengan keluarganya Pak Irawan. Jadi, keduanya tidak yakin jika Aliando mendapatkan pinjaman uang dari keluarganya Pak Irawan. Tapi memang tidak, semua uang itu adalah milik Aliando sendiri, Aliando sendiri lah yang bilang hal itu secara langsung, tapi keduanya masih belum bisa mempercayainya saja sampai sekarang. "Kalo misalnya Aliando menang lotre, atau berjudi, tapi ...pasti juga enggak akan mungkin sampai sebanyak itu. Jika uang itu adalah hasil dari dia bekerja selama ini juga enggak mungkin rasanya bisa sampai sebanyak itu. Lagi pula, dia
"Gimana kalau kita membeli rumah saja, sayang? Kita tinggal sendiri? Pergi dari sini? Supaya ...aku enggak dikatakan sebagai menantu dan suami yang hanya numpang hidup di rumah istrinya ..." Ucap Aliando dengan pandangan lurus ke depan, jari jemarinya kini tengah asik mengusap puncak kepala Nadine.Beberapa detik kemudian, dia menoleh, meminta pendapat sang istri. Sebenarnya Mama dan Papanya sudah menawari dirinya untuk tinggal di istana mereka atau jika Aliando keberatan, ingin tinggal sendiri, mereka akan langsung menyiapkan rumah megah untuk ditinggali dirinya dan istrinya. Namun Aliando bilang nanti dulu, dia perlu berbicara dengan Nadine mengenai hal itu.Nadine yang sedang nyaman berada di dada bidang sang suami buru-buru menarik wajah dari sana begitu mendapat pertanyaan yang menarik perhatian. "Aku sih nurut aja sama kamu, ya, Mas. Aku akan ikut ke mana pun kamu pergi. Karna ...kamu itu adalah suami aku." Jawab Nadine sambil tersenyum.Aliando balas mengulas senyum. "Ya ak
Aliando mendongak, saat mendengar suara Ibu mertua yang memanggilnya, lantas menatap Kinanti. Ada apa? "Al ..." Ulang Kinanti dengan nada penuh hati-hati. "Iya. Ada apa, Ma?""Katanya ...David mau meminjam Lamborghini-mu ..." Meja makan mendadak lengang -seketika. Semua kepala langsung tertoleh kepada Kinanti dan David bergantian. Tertarik dengan apa yang barusan Kinanti katakan. Sejak tahu jika Aliando membawa Lamborghini ke rumah ini (terlepas dari Lamborghini itu beneran milik Aliando atau bukan). David yang memang memimpikan mobil sport sejak kecil, berkeinginan dapat memiliki mobil sport suatu hari kelak, tentu saja senang sekali dengan adanya mobil sport di rumahnya. Dia langsung antusias, impian sejak kecil langsung memberontak -seketika itu juga dan langsung berkeinginan untuk mencoba mobil sport tersebut. Tapi masalahnya Lamborghini itu dibawa oleh Aliando. Kuncinya ada pada Aliando. Sedangkan hubungan mereka berdua tidak baik. David menyadari jika sikapnya selama
Setelah dipikir-pikir sesaat, akhirnya Arjuna berkata jujur kepada mereka bahwa Lamborghini itu milik Aliando. Menantu mereka.Arjuna berpikir, bahwa tidak ada gunanya berbohong, cepat atau lambat, semua orang akan tahu dan tentu saja kepo. Lamborghini itu akan menjadi topik pembicaraan yang panas kedepan. Termasuk oleh anggota keluarganya nanti. "Oh ...Lamborghini itu bukan punya kami. Bukan kami yang beli. Tapi Aliando yang beli. Menantu kami." Jawab Arjuna santai sambil menunjuk ke arah Lamborghini yang kebetulan sudah terparkir di halaman rumah, tampak elegan dan mewah, sudah menjadi pusat perhatian semua orang sejak tadi. Lamborghini itu, apalagi keluaran terbaru, yang harganya selangit, dipandang sebagai mobil mewah di kalangan mereka.Mobil yang dimiliki mereka? Tentu saja harganya jauh sekali. Jomplang. Makanya, mereka langsung heboh, kepo, setelah tahu jika ada Lamborghini di rumah keluarga Arjuna. Seketika Kinanti menoleh ke arah Arjuna, melotot, tidak suka dengan