"Iya, Pak, saya lagi mau berangkat ini," kata Savira pada orang di seberang sana.
Ponselnya diapit antara pundak juga rahangnya, sementara tangannya sibuk mengunci pintu rumah.
Hari ini Axel begitu cepat ke kantor, biasanya pria itu sampai di kantor satu jam setelah Savira sampai, bahkan bisanya semua meja juga ruangan pria itu sudah rapi dia baru datang. Tapi... Hari ini beda, Axel datang lebih awal dan meneleponnya.
Huh, harusnya semalam dia tidak mengizinkan Axel menginap di rumahnya kalau ujung-ujungnya Axel berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Tadi Savira membangunkan Axel saat adzan di masjid berkumandang, dia menyuruh Axel untuk pulang dan shalat di rumah pria itu. Tidak mungkin Axel shalat dengan baju yang kotor.
"Jangan lama," balas Axel di sana.
Savira berdecak kesal.
"Saya ke kantor itu bawa motor, pastinya nanti di jalan juga macet, ditambah lagi
Savira tertawa melihat salah satu video di aplikasi Tik Tok, video chat orang-orang diiringi dengan lagu yang membuatnya tak henti-hentinya tertawa.Wanita itu ingat, bagaimana kalau dia mencoba itu pada Axel? Tidak mungkin pria itu tidak tahu, mengingat di ponsel pria itu juga ada aplikasi Tik Tok. Kenapa Savira tahu? Savira penah tak sengaja melihat ponsel Axel dalam keadaan terbuka dan melihat aplikasi Tik Tok di ponsel Axel.Savira pun membuka aplikasi pesan di ponselnya, membuka room chat antara dirinya dan Axel.Savira : Ada babiAxel : ?Ternyata Axel masih belum mengerti, Savira tertawa. Ah, wanita itu jadi membayangkan bagaimana kalau seandainya dia buatkan video kemudian di-upload di Tik Tok dan video mereka viral.Savira : Ada babiAxel : Kenapa sih? Kamu kesambet apa dari tadi chat ada babi ada babi
Jam istirahat waktunya makan siang juga shalat, di perusahaan Axel memiliki peraturan semua karyawan yang muslim wajib shalat ketika waktunya tiba dan waktu shalat itu masih beberapa menit lagi.Kantin kantor tengah ramai, bukan ramai karena karyawan yang makan. Kantin biasanya memang ramai, tapi tak seramai ini. Penyebab keramaian kantin itu karena Reza yang kini berlutut di hadapan Savira, disaksikan oleh semua karyawan kantor.Axel yang baru saja tiba di kantin mengernyit heran, melihat begitu banyak kerumunan di tengah-tengah kantin, berbentuk bulat mengelilingi sesuatu.Axel pun mendekat, melihat penyebab semua karyawannya berkerumun. Beberapa karyawan yang menyadari kedatangan pria itu menyingkir, memberikan Axel jalan untuk melihat.Sudah merupakan rahasia umum kalau Axel menyukai Savira, semua karyawan tahu itu, mengingat bagaimana sikap Axel pada Savira yang selalu manis. Tubuh Axel mematung
Savira terheran-heran melihat banyaknya karyawan berhenti di mading kantor, berkerumun di sana melihat pada mading kantor. Ada apa ini?Savira pun yang penasaran mulai melangkah menuju mading kantor, barangkali ada pengumuman baru. Mungkinkah pengumuman cuti? Kalau itu benar, Savira sangat bahagia.Ketika Savira telah sampai di kerumunan melihat mading, semau mata tertuju padanya. Ada yang menatapnya sinis dan ada pulang yang menatapnya kasihan."Huh, udah dikasih hati sama pak Axel eh malah kepincut sama yang lain."Savira tak peduli dengan perkataan salah satu karyawan itu, dia memilih melihat mading dibandingkan memasukkan perkataan karyawan itu dalam hati."Kasihan sih sama pak Axel, di-php-in."Savira benar-benar tak peduli, atau bukan tak peduli, dia tak tahu siapa yang dimaksud mereka.Ketika wanita itu melihat isi pengumuman di ma
Mengingat sang papa yang begitu aneh hari ini, Raka memilih bersama neneknya dibandingkan bersama papanya, takut jika nanti dia malah kena marah karena anak kecil itu sama sekali belum pernah melihat Axel seaneh itu.Raka menusuk-nusuk pundak Jeslyn dengan jarinya, membuat Jeslyn yang tengah sibuk dengan ponselnya langsung menoleh."Kenapa, Sayang?" Tanya Jeslyn lembut."Papa lagi ada masalah, yah?"Pertanyaan Raka tak dijawab, tetapi Jeslyn mengernyit heran mendengar pertanyaan Raka. Setahunya Axel tak ada masalah di perusahaan, dengan Savira pun juga adem ayem saja, mengingat Savira tadi sore ke rumah mereka bahkan mengobrol bersama dengannya."Kenapa emangnya?"Raka menengok ke belakang, melihat papanya yang duduk sendiri di meja makan, bahkan melamun. Fix, papanya sedang ada masalah, Raka tahu itu."Papa aneh, mukanya seram, Raka taku
Jengah melihat sikap Axel yang benar-benar aneh akhir-akhir ini, Savira pun memilih untuk menanyakan pada pria itu. Barangkali dia bisa membantu pria itu jika memiliki masalah di perusahaan.Tidak biasanya Savira melihat Axel seaneh ini dan yang lebih aneh, Axel sama sekali tak menyapa Savira. Jangankan menyapa, menatap matanya barang sedetik saja pun enggan. Oh, bukan hanya itu juga, bahkan Savira sudah tak bisa masuk ke ruangan pria itu lantaran kunci ruangannya dia bawa pulang.Ketika mata Savira melihat Axel keluar dari lift, kemudian melangkah melewatinya dengan wajah datar tanpa ekspresi benar-benar membuat mulut Savira gatal bertanya pada Axel.Huh, kenapa juga Axel malah bersikap aneh padanya di saat ada masalah di perusahaan?Di saat Axel masuk ruangannya, Savira ikut menyusul bahkan belum ada Axel duduk di kursinya, dia sudah masuk ruangan Axel."Ngapain kamu ikut
Savira : Ma, aku titip Raka untuk beberapa hariJeslyn mengernyit heran kala membaca pesan yang dikirimkan Savira untuknya. Menitip Raka untuk beberapa hari? Memangnya mantan menantunya itu mau kemana? Apa ini ada hubungannya dengan sikap aneh Axel akhir-akhir ini?Jeslyn menduga-duga, mungkin saja sikap aneh Axel beberapa hari ini karena ada masalah dengan Savira, tak biasanya Axel begitu aneh. Kalau pun sikap Axel berubah beberapa hari ini karena masalah di kantor, pastinya tak akan seperti itu juga. Jeslyn mengenal Axel.Tak berani bertanya masalah antara Axel dan Savira, Jeslyn memilih membalas pesan Savira.Jeslyn : Ok!Setelahnya, Jeslyn menyimpan ponselnya di meja dan dia menghampiri Axel yang baru saja masuk ke rumah."Tumben pulang cepat?""Raka mana?" Bukannya menjawab pertanyaan mamanya, Axel malah menanyakan keberadaan Raka.
"Mama kemana, Oma?" Tanya Raka menghentikan makannya.Jeslyn tersenyum manis, sebenarnya dia tak tahu ke mana Savira karena hanya menitipkan Raka untuk beberapa hari. Jeslyn yakin kalau Axel dan Savira pasti punya masalah, kalau tidak begitu, mana mungkin Savira pergi selama beberapa hari ini dan Axel yang bersikap aneh.Tapi, apapun yang terjadi, Jeslyn yakin, penyebabnya adalah anaknya sendiri. Uh, awas saja, pulang nanti, Jeslyn akan menghabisi anak itu."Mama ada urusan kerjaan di luar kota," jawab Jeslyn seraya mengelus rambut Raka."Oh, kenapa Mama titip aku dengan Oma? Biasanya juga dititip di panti dekat rumah."Gerakan tangan Jeslyn mengelus rambut Raka terhenti kala mendengar perkataan Raka. Dititip di panti asuhan? Hati Jeslyn benar-benar teriris mendengarnya. Jeslyn tidak ingin membela anaknya, dia menyalahkan Axel, ini semua salah Axel. Cucunya menderita. Dengan cara
Hari ulang tahun Axel pun tiba, Savira memutuskan untuk datang untuk menghargai Jeslyn yang telah menjaga Raka juga merupakan ibu dari Axel. Kalau saja Jeslyn tak memintanya, Savira juga tak akan mau.Jeslyn tersenyum pada Savira yang baru saja tiba. Dia menggiring Savira memasuki ruang tamu yang di mana sudah terdapat Daniel juga Raka di sana, minus Axel yang belum datang."Mama kira kamu gak datang," ujar Jeslyn sembari tersenyum.Savira pun ikut tersenyum, kemudian dia mendudukkan di samping Raka."Tadi nyari kado dulu buat Axel, Ma," balas Savira.Tangannya terulur untuk menyalim Daniel kemudian beralih pada anaknya yang diselingi dengan kecupan di dahi Raka."Mama kangen sayang," ujar Savira memeluk Raka."Papa juga kangen sama Mama," kata Raka tanpa rasa bersalahnya. Raka menatap mata mamanya, melihat bagaimana reaksi mamanya.