Hari ulang tahun Axel pun tiba, Savira memutuskan untuk datang untuk menghargai Jeslyn yang telah menjaga Raka juga merupakan ibu dari Axel. Kalau saja Jeslyn tak memintanya, Savira juga tak akan mau.
Jeslyn tersenyum pada Savira yang baru saja tiba. Dia menggiring Savira memasuki ruang tamu yang di mana sudah terdapat Daniel juga Raka di sana, minus Axel yang belum datang.
"Mama kira kamu gak datang," ujar Jeslyn sembari tersenyum.
Savira pun ikut tersenyum, kemudian dia mendudukkan di samping Raka.
"Tadi nyari kado dulu buat Axel, Ma," balas Savira.
Tangannya terulur untuk menyalim Daniel kemudian beralih pada anaknya yang diselingi dengan kecupan di dahi Raka.
"Mama kangen sayang," ujar Savira memeluk Raka.
"Papa juga kangen sama Mama," kata Raka tanpa rasa bersalahnya. Raka menatap mata mamanya, melihat bagaimana reaksi mamanya.
<HaiApa kabar?Ada yang nungguin update dari cerita ini gak? Semoga ada yah Kali ini belum update tapi aku bakal kasih info buat kalian kenapa aku gak update-update. Pertama, aku mau ngucapin maaf sebesar-besarnya karena gak update-update dan terima kasih buat yang udah nungguin cerita ini. Kedua, cerita ini bakal tetap update sampai end kok, jadi tunggu aja. Keempat, aku gak update karena banyak alasan. Alasan yang pertama, kesehatan aku yang kembali menurun buat aku jadi gak bisa lanjut ngetik dan update. Pasti ada yang bilang "Sakit kok main hp?" Yang sakit bukan tangan aku, aku juga bukan sakit parah kok. Alasan kedua, aku juga lagi sibuk ngurusin revisi proposal skripsi dan teman-temannya. Alasan ketiga, aku ngerasa mental aku akhir-akhir ini down, ada banyak yang aku lalui akhir-akhir ini bikin ngerasa capek dengan semuanya. Ada banyak luka baru yang bersarang di hati aku, rasanya pengen berhenti aja dari semuanya, tapi gak bis
"Maaf."Savira yang tadi tengah sibuk menidurkan Raka terkejut dengan suara Axel yang telah tiba-tiba terdengar di belakangnya. Wanita itu menoleh, menatap Axel tajam."Buat? Bukannya Pak Axel selalu benar?"Axel menghembuskan napasnya panjang, kesalahannya benar-benar sudah sangat banyak hingga sulit bagi Savira untuk memaafkannya.Merasa kalau Raka sudah benar-benar tidur, Savira keluar dari kamar, tak lupa juga dia mengajak Axel keluar."Apa kesalahan saya tidak bisa dimaafkan?" Tanya Axel kala mereka telah berada di luar kamar.Savira belum menjawab, dia menuruni tangga satu per satu, diikuti oleh Axel di belakangnya."Saya gak tahu, maafin kesalahan Bapak yang mana, udah terlalu banyak soalnya," ujar Savira.Seketika Axel diam mendengar perkataan Savira. Sulit ternyata bagi Savira untuk memaafkannya. Kakinya tetap bergerak mengikuti Savira, kemana pun Savira pergi dan mereka berhenti tepat di taman belakang rumah.L
"Kenapa lagi?"Kali ini, Salsa bertanya dengan nada malasnya. Dia sudah sangat malas melihat Savira yang memiliki begitu banyak masalah dengan orang yang sama. Orang yang sama? Ya, Salsa yakin kalau sahabatnya ini datang ke rumahnya karena kini tengah ada masalah dengan Axel.Padahal baru beberapa jam yang lalu Savira mengirimkannya pesan dan mengatakan kalau mereka telah berbaikan.Savira masih belum menjawab, tapi wanita itu langsung memeluk Salsa erat menumpahkan segalanya. Isakan Savira terdengar memilukan dan sepertinya ini bukan seperti masalah biasanya."Vira, kamu kenapa?"Salsa memegang pundak Savira, melepaskan pelukannya dengan Savira. Lalu wanita itu membawa Savira masuk. Ketika sudah berada di ruang tamu, Savira didudukkan di sofa oleh Salsa."Udah nangis aja dulu, tenangin diri kamu," ucap Salsa membuat Savira mengangguk kemudian kembali melanju
"Jadi, Mama sama Papa kapan nikah lagi?" Tanya Raka membuat Savira yang sedang menikmati es jeruk langsung tersedak.Sementara Axel hanya tersenyum lebar, melirik Savira bermaksud memberikan Savira kode, tapi sepertinya wanita itu tak tahu dengan maksud lirikan Axel dan dia malah menatap Axel tajam."Kenapa tanya kayak gitu?" Savira mengelus rambut Raka lembut, anaknya memang sangat pintar karena sudah mengerti dengan keadaan kedua orang tuanya bahkan terlihat sangat dewasa dari sifatnya di umur yang masih anak-anak ini."Papa pernah bilang mau nikahin Mama lagi," jawab Raka dengan santainya.Mata Axel melebar mendengar jawaban Raka, itu memang pernah, tapi dia tidak menyangkal jika anaknya itu malah membongkar kartu AS-nya.Tapi kali ini, Savira tak marah, wanita itu malah malu dengan pipi yang memerah. Dia teringat dengan perkataan Axel kemarin malam. Ya Tuhan, kalau setiap har
Ponselnya yang bergetar membuat Axel berdecak kesal, dia terpaksa menghentikan menyelesaikan pekerjaannya demi mengangkat panggilan itu."Apaan?" Sopan santun Axel hilang kala tahu kalau yang meneleponnya adalah Putra."Puncak, kuy!" Ajak Putra."Ngapain? Gue banyak kerjaan," tolak Axel secara halus."Ya makanya refreshing."Benar juga, dia sekali-kali harus refreshing agar otaknya tak begitu mumet, apalagi begitu banyaknya drama-drama yang dia hadapi selama beberapa minggu ini. Axel tersenyum, dia akan mengajak Savira, toh teman-temannya juga sudah mengenal Savira dan pastinya teman-temannya juga akan membawa pasangan mereka."Siapa aja?""Mau nih?" Bukannya menjawab pertanyaan Axel, Putra malah bertanya balik."Tergantung dari siapa semua yang ikut.""Banyak pokoknya, ada Rendra juga."&n
"Savira?"Panggilan Jeslyn membuat Savira yang tadinya sibuk merapikan meja terhenti. Waktu telah menunjukkan pukul tiga sore, sebenarnya Savira tadi ingin langsung bertanya pada Axel di mana keberadaan pria itu sekarang, tapi sepertinya dia harus mengurungkan niatnya jika tidak ingin digoda Jeslyn."Iya, Ma?""Duduk dulu, sini, Mama mau ngomong."Savira pun menuruti perkataan Jeslyn, dia duduk di samping Jeslyn yang kini tersenyum."Sebenarnya ini udah lama Mama mau tanyain sama kamu, tapi lupa," ungkap Jeslyn cukup membuat Savira kebingungan.Jeslyn ingin bertanya apa?"Savira.""Iya, Ma.""Kamu udah punya pacar?"Savira mengernyit heran mendengar pertanyaan mantan mertuanya, kemudian dia menggeleng pelan sebagai jawaban. Nyatanya Savira memang sama sekali tidak memiliki kek
"Udah kamu tanyain alamatnya?"Ron menganggukkan kepalanya cepat, tak berani bertingkah seperti biasanya pada Savira saat ini. Savira terlihat menyeramkan lantaran mendengar Axel berada di Villa bersama teman-temannya, dia menyuruh Ron untuk meminta alamat villa tersebut dan berniat menyusul.Dan kali ini, yang menjadi korbannya adalah Ron. Tidak ada waktu bagi Ron untuk beristirahat, dia harus membawa Savira ke villa tempat Axel bersama teman-temannya."Ayo, gak baik tunda sesuatu lama-lama."Tunda sesuatu? Bukankah Savira seperti itu karena tidak sabar bertemu dengan Axel?Sementara Savira, wanita itu sebenarnya khawatir bahkan takut mendalam. Dia takut jika di villa itu juga ada Vina, bagaimana kalau Axel dan Vina menghabiskan waktu berdua selama di villa? Dan untuk mencegah semua itu, Savira pun menyusul Axel."Sabar, calon Bu Bos," balas Ron.&nbs
Setelah dua hari lamanya Axel liburan di villa Putra dan Savira juga ikut liburan, kini keduanya telah pulang. Hari Minggu dijadikan Savira waktu untuk bersama-sama Raka seharian penuh, tapi sayangnya, Axel malah datang mengganggu. Padahal besok Raka akan berangkat liburan bersama kakek dan neneknya.Alhasil, Savira memilih membersihkan rumahnya, dia sangat malas meladeni Axel yang pastinya akan bertingkah konyol."Savira?" Panggil Axel."Apa?""Gimana rasanya liburan di villa bareng saya?"Savira yang masih menyapu pun menghentikan pekerjaannya, dia menoleh pada Axel, menatap Axel datar."Biasa aja," jawab Savira."Padahal kalau kamu jawab seru saya bakal ngajak kamu langsung ke KUA," ujar Axel.Tentunya ujaran Axel malah membuat Savira mendelik, dia juga mencibir pria itu. Alasan Savira selalu menolak Axel karena pr