"Udah kamu tanyain alamatnya?"
Ron menganggukkan kepalanya cepat, tak berani bertingkah seperti biasanya pada Savira saat ini. Savira terlihat menyeramkan lantaran mendengar Axel berada di Villa bersama teman-temannya, dia menyuruh Ron untuk meminta alamat villa tersebut dan berniat menyusul.
Dan kali ini, yang menjadi korbannya adalah Ron. Tidak ada waktu bagi Ron untuk beristirahat, dia harus membawa Savira ke villa tempat Axel bersama teman-temannya.
"Ayo, gak baik tunda sesuatu lama-lama."
Tunda sesuatu? Bukankah Savira seperti itu karena tidak sabar bertemu dengan Axel?
Sementara Savira, wanita itu sebenarnya khawatir bahkan takut mendalam. Dia takut jika di villa itu juga ada Vina, bagaimana kalau Axel dan Vina menghabiskan waktu berdua selama di villa? Dan untuk mencegah semua itu, Savira pun menyusul Axel.
"Sabar, calon Bu Bos," balas Ron.
&nbs
Setelah dua hari lamanya Axel liburan di villa Putra dan Savira juga ikut liburan, kini keduanya telah pulang. Hari Minggu dijadikan Savira waktu untuk bersama-sama Raka seharian penuh, tapi sayangnya, Axel malah datang mengganggu. Padahal besok Raka akan berangkat liburan bersama kakek dan neneknya.Alhasil, Savira memilih membersihkan rumahnya, dia sangat malas meladeni Axel yang pastinya akan bertingkah konyol."Savira?" Panggil Axel."Apa?""Gimana rasanya liburan di villa bareng saya?"Savira yang masih menyapu pun menghentikan pekerjaannya, dia menoleh pada Axel, menatap Axel datar."Biasa aja," jawab Savira."Padahal kalau kamu jawab seru saya bakal ngajak kamu langsung ke KUA," ujar Axel.Tentunya ujaran Axel malah membuat Savira mendelik, dia juga mencibir pria itu. Alasan Savira selalu menolak Axel karena pr
Karena Raka dan kedua orang tua Axel liburan di Bali serta membawa Bi Ulan, alhasil Savira yang dimintai untuk memasakkan Axel makanan. Kalau saja Savira tahu Axel yang meminta mamanya untuk menyuruh Savira memasakkan Axel selama mereka ke Bali, dapat dipastikan Savira pasti marah besar.Urusan membereskan rumah adalah bagian Axel, sementara Savira bagian memasak. Axel juga telah selesai membersihkan rumah dan kini tengah sibuk menonton TV.Pria itu bukannya menonton TV tapi malah teringat akan perkataan Rendra kemarin. Rendra tak merestuinya bersama Savira dan jika mereka kembali bersama, Rendra adalah orang yang akan memisahkan mereka.Tak ingin memikirkan perkataan Rendra kemarin, Axel pun mematikan TV, kemudian bangkit dari duduknya dan menghampiri Savira di dapur.Melihat Savira yang tengah mengaduk sayur, membuat Axel menawarkan diri."Saya aja yang ngaduk."
"Kamu sama Axel balikan?" Tanya Rendra memastikan pernyataan Savira barusan.Ekspresi wajah pria itu terlihat begitu marah kala melihat anggukan Savira."Kamu lupa gimana dia dulu ceraikan kamu?"Savira mengernyit heran mendengar pertanyaan Rendra. Wanita itu jelas tak lupa bagaimana dulu Axel menceraikannya, tapi Savira sudah memaafkan Axel dan juga perasannya pada Axel masih tetap sama dari dulu sampai sekarang."Aku gak akan lupa Rafael," ujar Savira."Terus kenapa kamu terima dia? Savira, aku itu mau buat kamu diterima keluarga besar."Rendra benar-benar marah mendengar pengakuan Savira jika dia dan Axel telah balikan. Savira harus ingat bagaimana dulu Savira saat mengandung Raka. Apalagi saat Savira merawat Raka sambil bekerja."Diterima? Dengan cara apa?" Tanya Savira sarkas. "Dengan cara jodohkan aku dengan laki-laki pilihan kalian
Axel menggigit bibir bawahnya melihat Savira yang begitu fokus pada pekerjaannya padahal sekarang adalah jam istirahat. Keduanya kini berada di kantin kantor dengan tujuan ingin makan siang, tapi Savira bukannya makan malah mengerjakan pekerjaan yang diberikan Axel tadi padanya.Kata Savira, "Tanggung, tinggal sedikit."Padahal itu bisa diselesaikan setelah jam istirahat nanti. Pria itu gemas melihat Savira, apalagi saat melihat pipi Savira yang sedikit berisi. Ah, benar-benar menggemaskan."Makan dulu," ucap Axel menyodorkan sepiring batagor pada Savira."Iya, nanti."Axel tersenyum, dia menopang dagunya dengan kedua tangannya, sembari menatap Savira yang masih fokus pada pekerjaannya tanpa sadar kalau Axel selalu memperhatikannya."Savira, makan dulu," peringat Axel.Masih tetap sama, Savira tetap fokus pada pekerjaannya.
"Kamu sama Axel udah balikan?"Pertanyaan Jeslyn dijawab dengan anggukan kepala dari Savira. Wanita itu malu mengakui kalau dia kembali bersama Axel, entah kenapa, tapi rasanya benar-benar malu. Apa mungkin karena Jeslyn yang sering menjodoh-jodohkan mereka?Orang tua Axel, Raka, juga Bi Ulan sudah pulang dari berliburnya, mereka baru tiba semalam. Dan Axel langsung menceritakan pada orang tuanya kalau dia telah kembali bersama Savira. Jeslyn yang memang tak percaya dengan anaknya memilih bertanya dengan Savira dan ketika pagi tiba, dia langsung menelepon Savira, menyuruh Savira ke rumah padahal Savira harus bekerja."Seriusan?"Lagi, Savira mengangguk."Mama kok gak percaya, yah? Atau ini hanya akal-akalan kamu sama Axel aja?"Astaga, Jeslyn malah ragu mereka. Kemarin-kemarin Jeslyn ragu dengan perasaan Axel dan Savira yang sudah saling melupakan, tapi sekarang ketika anaknya dan Savira sudah balikan, dia malah ragu."Udah, Ma. Aku s
Axel : SayangSavira tersenyum senang membaca pesan dari Axel. Wanita itu menggigit bibir bawahnya menahan kegemasan pada pesan dari Axel. Hanya satu kata itu saja mampu membuat Savira melayang.Astaga, Axel benar-benar membuat Savira gila. Savira menenggelamkan wajahnya di bantal, kemudian berteriak. Hanya itu satu-satunya cara untuk melampiaskan kegemasannya pada Axel, kalau dia berteriak secara langsung tanpa meredam suaranya dengan bantal, bisa-bisa Raka akan datang ke kamarnya."Ya Allah, aku harus balas apa?"Savira kebingungan ingin membalas pesan Axel.Iya, Sayang.Savira pun mengetik dua kata itu, kemudian dihapus.Iya.Ah, rasanya membalas hanya dengan satu kata saja terlalu monoton untuk orang yang tengah menjalani kasih. Savira menghapus lagi pesannya itu.Kenapa, Axel?
Setelah membujuk nenek Savira yang menolak mereka, akhirnya keduanya benarh diizinkan masuk ke dalam rumah dan kebetulan sekali, malam ini rumah nenek Savira tengah ramai. Semua keluarga berkumpul di rumah nenek Savira.Saat mereka sudah masuk rumah, semua mata tertuju pada Axel dan Savira, ada yang memandang Savira sinis dan ada pula yang memandang Savira tak suka. Atensi mereka beralih pada Axel yang ada di samping Savira, tengah menggenggam tangan Savira erat.Tapi, lain halnya dengan Rendra yang menatap mereka tajam. Rendra tahu apa tujuan Savira dan Axel datang ke rumah neneknya. Pastinya Axel dan Savira ingin meminta restu dengan neneknya."Duduk," perintah nenek Savira—Lisa.Savira awalnya ragu, tapi tetap mendudukkan dirinya di samping Axel yang sudah lebih dulu duduk. Rendra yang melihat itu mendekat, bahkan kini duduk di sofa hingga berhadapan dengan Axel dan Savira.
Savira benar-benar tak menyangka kalau Axel membawanya bertemu dengan wanita bernama Vina yang bagi Savira itu adalah rivalnya. Sekalipun cuma sekali melihat Vina saat itu bersama Axel, Savira masih sangat mengingat dengan jelas wajah wanita itu.Kekasih Axel itu mendelik tajam ke arah sang kekasih yang tak merasakan bersalah bahkan langsung bersalaman dengan Vina juga cipika-cipiki tanpa memedulikannya.Tangannya yang sejak tadi digenggam Axel pun dia lepaskan secara kasar. Apa-apaan Axel ini? Apa Axel hanya main-main memintanya untuk bersama-sama?"Apa kabar, Xel?"Axel tertawa kecil lalu menjawab pertanyaan Vina. "Baik, malah baik banget, Vin."Vina tersenyum, kemudian atensinya beralih pada wanita di sebelah Axel, yang tak lain tak bukan adalah Savira. Kemudian Vina menatap Axel sejenak, meminta untuk dikenalkan pada Savira."Oh, iya, kenalin, ini Savira