Mengingat sang papa yang begitu aneh hari ini, Raka memilih bersama neneknya dibandingkan bersama papanya, takut jika nanti dia malah kena marah karena anak kecil itu sama sekali belum pernah melihat Axel seaneh itu.
Raka menusuk-nusuk pundak Jeslyn dengan jarinya, membuat Jeslyn yang tengah sibuk dengan ponselnya langsung menoleh.
"Kenapa, Sayang?" Tanya Jeslyn lembut.
"Papa lagi ada masalah, yah?"
Pertanyaan Raka tak dijawab, tetapi Jeslyn mengernyit heran mendengar pertanyaan Raka. Setahunya Axel tak ada masalah di perusahaan, dengan Savira pun juga adem ayem saja, mengingat Savira tadi sore ke rumah mereka bahkan mengobrol bersama dengannya.
"Kenapa emangnya?"
Raka menengok ke belakang, melihat papanya yang duduk sendiri di meja makan, bahkan melamun. Fix, papanya sedang ada masalah, Raka tahu itu.
"Papa aneh, mukanya seram, Raka taku
Jengah melihat sikap Axel yang benar-benar aneh akhir-akhir ini, Savira pun memilih untuk menanyakan pada pria itu. Barangkali dia bisa membantu pria itu jika memiliki masalah di perusahaan.Tidak biasanya Savira melihat Axel seaneh ini dan yang lebih aneh, Axel sama sekali tak menyapa Savira. Jangankan menyapa, menatap matanya barang sedetik saja pun enggan. Oh, bukan hanya itu juga, bahkan Savira sudah tak bisa masuk ke ruangan pria itu lantaran kunci ruangannya dia bawa pulang.Ketika mata Savira melihat Axel keluar dari lift, kemudian melangkah melewatinya dengan wajah datar tanpa ekspresi benar-benar membuat mulut Savira gatal bertanya pada Axel.Huh, kenapa juga Axel malah bersikap aneh padanya di saat ada masalah di perusahaan?Di saat Axel masuk ruangannya, Savira ikut menyusul bahkan belum ada Axel duduk di kursinya, dia sudah masuk ruangan Axel."Ngapain kamu ikut
Savira : Ma, aku titip Raka untuk beberapa hariJeslyn mengernyit heran kala membaca pesan yang dikirimkan Savira untuknya. Menitip Raka untuk beberapa hari? Memangnya mantan menantunya itu mau kemana? Apa ini ada hubungannya dengan sikap aneh Axel akhir-akhir ini?Jeslyn menduga-duga, mungkin saja sikap aneh Axel beberapa hari ini karena ada masalah dengan Savira, tak biasanya Axel begitu aneh. Kalau pun sikap Axel berubah beberapa hari ini karena masalah di kantor, pastinya tak akan seperti itu juga. Jeslyn mengenal Axel.Tak berani bertanya masalah antara Axel dan Savira, Jeslyn memilih membalas pesan Savira.Jeslyn : Ok!Setelahnya, Jeslyn menyimpan ponselnya di meja dan dia menghampiri Axel yang baru saja masuk ke rumah."Tumben pulang cepat?""Raka mana?" Bukannya menjawab pertanyaan mamanya, Axel malah menanyakan keberadaan Raka.
"Mama kemana, Oma?" Tanya Raka menghentikan makannya.Jeslyn tersenyum manis, sebenarnya dia tak tahu ke mana Savira karena hanya menitipkan Raka untuk beberapa hari. Jeslyn yakin kalau Axel dan Savira pasti punya masalah, kalau tidak begitu, mana mungkin Savira pergi selama beberapa hari ini dan Axel yang bersikap aneh.Tapi, apapun yang terjadi, Jeslyn yakin, penyebabnya adalah anaknya sendiri. Uh, awas saja, pulang nanti, Jeslyn akan menghabisi anak itu."Mama ada urusan kerjaan di luar kota," jawab Jeslyn seraya mengelus rambut Raka."Oh, kenapa Mama titip aku dengan Oma? Biasanya juga dititip di panti dekat rumah."Gerakan tangan Jeslyn mengelus rambut Raka terhenti kala mendengar perkataan Raka. Dititip di panti asuhan? Hati Jeslyn benar-benar teriris mendengarnya. Jeslyn tidak ingin membela anaknya, dia menyalahkan Axel, ini semua salah Axel. Cucunya menderita. Dengan cara
Hari ulang tahun Axel pun tiba, Savira memutuskan untuk datang untuk menghargai Jeslyn yang telah menjaga Raka juga merupakan ibu dari Axel. Kalau saja Jeslyn tak memintanya, Savira juga tak akan mau.Jeslyn tersenyum pada Savira yang baru saja tiba. Dia menggiring Savira memasuki ruang tamu yang di mana sudah terdapat Daniel juga Raka di sana, minus Axel yang belum datang."Mama kira kamu gak datang," ujar Jeslyn sembari tersenyum.Savira pun ikut tersenyum, kemudian dia mendudukkan di samping Raka."Tadi nyari kado dulu buat Axel, Ma," balas Savira.Tangannya terulur untuk menyalim Daniel kemudian beralih pada anaknya yang diselingi dengan kecupan di dahi Raka."Mama kangen sayang," ujar Savira memeluk Raka."Papa juga kangen sama Mama," kata Raka tanpa rasa bersalahnya. Raka menatap mata mamanya, melihat bagaimana reaksi mamanya.
HaiApa kabar?Ada yang nungguin update dari cerita ini gak? Semoga ada yah Kali ini belum update tapi aku bakal kasih info buat kalian kenapa aku gak update-update. Pertama, aku mau ngucapin maaf sebesar-besarnya karena gak update-update dan terima kasih buat yang udah nungguin cerita ini. Kedua, cerita ini bakal tetap update sampai end kok, jadi tunggu aja. Keempat, aku gak update karena banyak alasan. Alasan yang pertama, kesehatan aku yang kembali menurun buat aku jadi gak bisa lanjut ngetik dan update. Pasti ada yang bilang "Sakit kok main hp?" Yang sakit bukan tangan aku, aku juga bukan sakit parah kok. Alasan kedua, aku juga lagi sibuk ngurusin revisi proposal skripsi dan teman-temannya. Alasan ketiga, aku ngerasa mental aku akhir-akhir ini down, ada banyak yang aku lalui akhir-akhir ini bikin ngerasa capek dengan semuanya. Ada banyak luka baru yang bersarang di hati aku, rasanya pengen berhenti aja dari semuanya, tapi gak bis
"Maaf."Savira yang tadi tengah sibuk menidurkan Raka terkejut dengan suara Axel yang telah tiba-tiba terdengar di belakangnya. Wanita itu menoleh, menatap Axel tajam."Buat? Bukannya Pak Axel selalu benar?"Axel menghembuskan napasnya panjang, kesalahannya benar-benar sudah sangat banyak hingga sulit bagi Savira untuk memaafkannya.Merasa kalau Raka sudah benar-benar tidur, Savira keluar dari kamar, tak lupa juga dia mengajak Axel keluar."Apa kesalahan saya tidak bisa dimaafkan?" Tanya Axel kala mereka telah berada di luar kamar.Savira belum menjawab, dia menuruni tangga satu per satu, diikuti oleh Axel di belakangnya."Saya gak tahu, maafin kesalahan Bapak yang mana, udah terlalu banyak soalnya," ujar Savira.Seketika Axel diam mendengar perkataan Savira. Sulit ternyata bagi Savira untuk memaafkannya. Kakinya tetap bergerak mengikuti Savira, kemana pun Savira pergi dan mereka berhenti tepat di taman belakang rumah.L
"Kenapa lagi?"Kali ini, Salsa bertanya dengan nada malasnya. Dia sudah sangat malas melihat Savira yang memiliki begitu banyak masalah dengan orang yang sama. Orang yang sama? Ya, Salsa yakin kalau sahabatnya ini datang ke rumahnya karena kini tengah ada masalah dengan Axel.Padahal baru beberapa jam yang lalu Savira mengirimkannya pesan dan mengatakan kalau mereka telah berbaikan.Savira masih belum menjawab, tapi wanita itu langsung memeluk Salsa erat menumpahkan segalanya. Isakan Savira terdengar memilukan dan sepertinya ini bukan seperti masalah biasanya."Vira, kamu kenapa?"Salsa memegang pundak Savira, melepaskan pelukannya dengan Savira. Lalu wanita itu membawa Savira masuk. Ketika sudah berada di ruang tamu, Savira didudukkan di sofa oleh Salsa."Udah nangis aja dulu, tenangin diri kamu," ucap Salsa membuat Savira mengangguk kemudian kembali melanju
"Jadi, Mama sama Papa kapan nikah lagi?" Tanya Raka membuat Savira yang sedang menikmati es jeruk langsung tersedak.Sementara Axel hanya tersenyum lebar, melirik Savira bermaksud memberikan Savira kode, tapi sepertinya wanita itu tak tahu dengan maksud lirikan Axel dan dia malah menatap Axel tajam."Kenapa tanya kayak gitu?" Savira mengelus rambut Raka lembut, anaknya memang sangat pintar karena sudah mengerti dengan keadaan kedua orang tuanya bahkan terlihat sangat dewasa dari sifatnya di umur yang masih anak-anak ini."Papa pernah bilang mau nikahin Mama lagi," jawab Raka dengan santainya.Mata Axel melebar mendengar jawaban Raka, itu memang pernah, tapi dia tidak menyangkal jika anaknya itu malah membongkar kartu AS-nya.Tapi kali ini, Savira tak marah, wanita itu malah malu dengan pipi yang memerah. Dia teringat dengan perkataan Axel kemarin malam. Ya Tuhan, kalau setiap har