"Kau itu memang tidak berguna! Seharusnya kau mati, dasar miskin!"
Seorang wanita menyeringai puas melihat wanita lain yang tak bukan adalah adik tirinya sendiri tengah dirundung oleh hampir seluruh siswa dan siswi di sekolah mereka. Ia adalah Esther Yasefa, si cantik putri bungsu keluarga Yasefa.Jika Esther adalah seorang tuan putri di dunia nyata yang begitu dipuja, maka hal itu sangat berbanding terbalik dengan sang adik tiri yang merupakan putri sulung keluarga Yasefa. Dia adalah Asteria Yasefa.Asteria Yasefa adalah putri sulung dalam keluarga Yasefa. Asteria disebut sebagai putri yang terbuang dalam keluarga Yasefa. Bukan tanpa alasan, selain karena ia bukanlah putri kandung dari Bella Hardy dan Tobias Yasefa, Asteria selalu dianggap tertinggal.Ia dikenal sebagai seorang wanita bodoh yang tidak memiliki bakat sedikitpun. Jika Esther bersinar begitu terang, maka Asteria adalah api lilin yang nyaris padam. Meski namanya berarti bintang, Asteria tidak pernah memiliki cahayanya sendiri.Asteria bersekolah dan mengambil jurusan yang sama dengan adiknya Esther. Ia bahkan berada di satu angkatan yang sama dengan Esther karena Asteria sempat tertinggal kelas di bangku sekolah menengah pertama.Asteria adalah orang yang pendiam dan culun. Gayanya yang kuno membuat Asteria sering dianggap sebelah mata dalam jurusan fashion design. Ia tidak memiliki satupun teman, namun Asteria memiliki segudang musuh yang siap menyerangnya kapanpun dia lengah.Bahkan jika dia masih menjadi bagian dari keluarga Yasefa yang cukup terkenal, itu tidak bisa menjamin keamanan dan keselamatan dirinya sendiri. Seperti saat ini, Asteria tengah dirundung habis-habisan karena dianggap sebagai saudara tiri jahat yang suka melakukan kekerasan.Asteria dituding sebagai penjahat karena ia tiba-tiba datang dan menyerang Esther yang tengah asyik berbincang dengan kawan-kawannya di rooftop kantin. Asteria mengatakan jika tunangannya, Joseph Griffin, telah bermain gila dengan adik tirinya sendiri di belakangnya. Namun, tak satupun orang mempercayainya.Joseph yang juga hadir dalam perundungan itu justru membela Esther dan menghardik Asteria. Ia membela Esther dan ikut menyerang Asteria dengan mengatakan jika Asteria adalah biang masalah dan saudara yang jahat."Aku mengatakan yang sebenarnya! Percayalah padaku! Aku melihat Joseph dan Esther bercumbu sore tadi! Untuk apa aku-"Suara tamparan tiba-tiba menggema di tempat itu. Suasana malam yang tenang justru semakin mencekam setelah Joseph melayangkan tangannya dan menyematkan sebuah tamparan keras di pipi Asteria.Gadis itu tampak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh tunangannya. Ia menatap Joseph dengan kedua mata yang memerah yang basah oleh air mata. Rambut dan seragamnya berantakan setelah ditarik oleh orang-orang yang mengaku sebagai sahabat dekat Esther."Tutup mulutmu! Apakah kau begitu tega memfitnah adikmu sendiri?! Kau selalu mengatakan jika kau mencintaiku, tapi apa?! Kau bahkan mencoba mengotori namaku! Asteria, tidakkah kau malu pada dirimu? Apakah pantas kau memperlakukan Esther begitu buruk saat kau sendiri bahkan bukan saudara kandungnya?!"Esther yang melihat itu diam-diam menarik senyuman. Ia menatap wajah kacau Asteria dengan puas. Gadis itu lantas mengubah ekspresi wajahnya menjadi semenyedihkan mungkin."Joseph! Apa yang kau katakan?! Asteria adalah saudaraku! Dia adalah kakakku! Jangan menghinanya!"Orang-orang yang sejak tadi sudah berkerumun pun dibuat semakin berang setelah melihat sikap Esther. Gadis itu masih rela membela Asteria bahkan ketika Asteria sudah memfitnahnya begitu keji."Esther! Jangan terlalu lunak padanya! Gadis tidak tau diri ini tidak pantas untuk dibela olehmu!"Silvanna yang merupakan sahabat dekat Esther pun segera maju dan meraih rambut panjang Asteria. Ia menjambak rambut Asteria sekuat mungkin hingga gadis itu merintih kesakitan dan memohon ampun."Sakit! Tolong hentikan! Bukan aku yang salah! Esther memang sudah berselingkuh dengan Joseph! Aku korban di sini!""Cukup Asteria! Aku tidak menyangka jika kau bisa menjadi sepicik ini! Aku kecewa padamu! Mulai sekarang, aku memutuskan pertunanganku denganmu!"Bagai disambar petir, Asteria pun tersentak kaget. Mulutnya sedikit terbuka dan kedua matanya melotot. Tubuhnya kaku seperti patung batu. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang selama ini ia cintai akan tega melakukan hal sekejam ini."Kau benar-benar wanita menjijikkan! Jika aku jadi Joseph, aku juga pasti akan meninggalkanmu!" ujar Clay, salah satu perempuan yang juga menjadi sahabat dekat Esther."Berhenti! Apa yang kalian lakukan?! Ini bukan salah Asteria! Berhenti mengatakan hal buruk tentangnya!""CUKUP!"Semua orang di sana termasuk Esther sangat terkejut mendengar teriakan Asteria. Asteria memandang Esther dengan wajah dingin yang sudah basah oleh air mata. Dari tatapan matanya saja Esther pun bisa melihat jika Asteria menyimpan amarah dan kekecewaan begitu besar."Hentikan kepalsuanmu itu! Aku sudah cukup muak dengan semua sandiwaramu Esther. Aku sudah cukup baik padamu selama ini, Esther."Semua orang di sana terkesiap dan saling berpandangan saat mendengar penuturan Asteria. Mereka mulai berbisik-bisik tentang Esther hingga membuat Esther berkeringat dingin dengan wajah memucat."A-asteria, apa yang sebe-""Sudah cukup! Kau menginginkan Joseph kan? Kau bisa memilikinya. Kalian juga ingin aku mati kan? Aku akan mengabulkannya. Tak ada satupun dari kalian yang menghargai air mataku. Tak satupun dari kalian mempercayai penderitaanku. Tak ada satupun dari kalian yang mengerti bagaimana hancurnya aku selama ini. Jika di kehidupan ini aku tak mampu membela diriku sendiri, maka aku bersumpah. Di kehidupan berikutnya, siapapun yang telah menindasku akan membayar harga yang setimpal!"Langit malam yang semula terang penuh bintang kini mendadak mendung. Sudah biasa bagi seluruh siswa di Saint Zjorgen menghabiskan waktu di sekolah hingga malam hari. Jam efektif sekolah dimulai pukul 8 pagi hingga 3 sore. Selebihnya, hanya akan digunakan untuk keperluan ekstrakurikuler dan bimbingan belajar tambahan.Usai mendengar penuturan Asteria, tak sedikit dari siswa-siswi yang tadi merundung Asteria merasa gentar. Tubuh mereka gemetar dan kaki mereka terasa lemas seperti jelly. Seolah ada aura gelap yang perlahan menyentuh namun kemudian mencekik mereka dengan kuat.Usai mengatakan kalimat panjang itu, Asteria melepaskan kalung dengan liontin bintang berwarna biru cerah dari lehernya secara paksa hingga terputus dan menggenggamnya erat. Asteria tanpa ragu mendorong Esther hingga gadis itu terjungkal ke belakang. Beruntung Joseph dengan sigap menangkap tubuh Esther dan mencegah gadis cantik yang merupakan kekasih gelapnya itu jatuh dan menghantam lantai rooftop.Saat semua mata fokus pada apa yang terjadi dengan Esther, Asteria memanfaatkan kesempatan untuk berjalan menuju tepian rooftop. Ia berdiri menghadap langit. Asteria menunduk melihat beberapa siswa siswi serta guru yang tampak panik di bawah sana.Kantin ini merupakan salah satu fasilitas sekolah yang berada di lantai 6, jika dihitung dengan rooftop, maka Asteria kini berada di lantai 7. Asteria tersenyum melihat satu bintang yang masih bersinar terang di tengah gelapnya langit malam.Ia mengulurkan tangannya seolah hendak meraih bintang kecil itu untuk ia genggam sendiri. Air mata Asteria mengalir menuruni pipi tirusnya. Seolah tak ada lagi emosi, Asteria pun memejamkan mata dan membiarkan tubuh kurusnya dihantam angin.Asteria sempat menoleh dan menatap tepat kedua mata Esther yang masih mengawasinya. Gadis itu tersenyum manis sebelum akhirnya menjatuhkan dirinya sendiri dari tepian rooftop itu.Hal itu mengundang teriakan tragis dari semua orang. Esther menatap kejadian di depan matanya dengan wajah pucat pasi. Joseph yang semula memangku dirinya pun buru-buru berlari ke tepi rooftop dan menunduk untuk melihat tubuh kaku Asteria yang sudah tak bergerak dan dimandikan oleh darah segarnya sendiri."Asteria sangat bodoh!" Seorang gadis dalam balutan gaun merah berenda dan dihiasi bordir itu menutup buku berukuran cukup besar dan tebal di tangannya dengan kasar. Ia meletakkan buku itu di atas sebuah meja rias yang dicat berwarna emas dengan hati-hati. "Kenapa Anda mengatakan itu, Yang Mulia? Bukankah Yang Mulia Edith sangat menyukai buku tentang manusia itu?" Gadis bernama Edith itu menghela napas berat dan kembali melihat buku yang ia letakkan di atas meja riasnya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya dan menatap seorang pelayan wanita yang kini tengah mengambil sebuah gaun baru untuk Edith dengan kedua matanya yang berwarna merah menyala. "Aku kesal pada Asteria. Kenapa dia harus bunuh diri dengan cara seperti itu? Apa semua manusia bertindak sebodoh itu?" Lilianne terkekeh pelan kemudian berjalan menuju sang tuan putri sembari membawa sebuah gaun megah berwarna biru cerah dibantu oleh dua rekan lainnya yang bernama Rosseta dan Zaryne. "Anda tidak akan tau bagaimana rasan
"Asteria? Asteria bangun!"Edith mengerutkan keningnya saat ia merasakan pening yang begitu hebat mendera kepalanya. Ia sadar jika kini tubuhnya sedang diguncang dengan kuat oleh seseorang yang tidak ia ketahui. Edith samar-samar mendengar suara riuh di sekitarnya, tubuhnya terasa begitu kaku dan sakit.Mungkinkah Esther sudi mendekat dan mencoba menyelematkannya? Edith ingat betul bagaimana sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya tepat setelah ia jatuh menghantam tanah. Apakah orang tuanya kini sudah mengetahui keadaannya?Tulang-tulang Edith terasa remuk dan hancur berkeping-keping. Kepalanya terasa pecah dan pandangannya gelap hingga perlahan semua rasa sakit itu menghilang. Edith yang sebelumnya merasakan sakit luar biasa menjadi nyaman dalam gelapnya.Tetapi tak lama, rasa sakit itu justru kembali. Ia merasakan pusing yang teramat sangat bersamaan dengan suara seorang gadis yang terdengar sedikit cempreng di telinganya."Asteria bangun! Kelas Miss Vivianne sebentar lagi dimulai
Luna tersenyum kecil pada Edith saat gadis itu sudah duduk di tepian ranjang ruang kesehatan. Edith hanya membalas senyuman kecil Luna itu dengan senyum sederhana.Gadis itu masih merasa begitu asing dengan tempat yang ia diami sekarang. Edith mengedarkan pandangannya dan melihat ke seliling ruangan bernuansa putih itu dengan kedua mata bulatnya."Aku akan memanggil seorang perawat untukmu, Asteria."Edith yang mendengar itu pun sontak menggeleng dengan ribut dan menatap Luna dengan wajah sedikit panik. Ia bahkan hendak turun dari ranjang ruang kesehatan jika Luna tidak menahannya."Tidak perlu. Aku, aku hanya butuh waktu untuk sendirian dan istirahat."Luna menghela napas panjang mendengar jawaban Edith. Ia pun hanya bisa mengangguk pasrah dan menepuk bahu Edith dengan lembut untuk sekedar memberikan dukungan pada gadis itu."Lekaslah sembuh. Aku akan meninggalkanmu, aku juga akan meminta ijin untukmu pada Miss Vivianne."Edith mengangguk kecil sebagai tanggapan atas perkataan Luna.
Asteria membaca lembaran surat di tangannya dengan senyum kecil. Setelah Vivianne menyebarkan undangan pada semua murid dalam kelas akselerasi yang didiami oleh Asteria, ia memerintahkan murid-muridnya untuk pulang karena waktu pembelajaran diselesaikan lebih awal.Asteria berjalan berdua dengan Luna menuju halaman depan Yu Zhorn Junior High School yang merupakan salah satu sekolah menengah pertama paling terkenal di kota Arone. Kota Arone adalah ibukota dari negara Bjorn yang ditinggali oleh Asteria."Aku yakin jika kau pasti akan mendapatkan nilai terbaik secara paralel seperti tahun lalu, Asteria!"Asteria menoleh pada Luna setelah mendengar ucapan penuh semangat dari kawannya itu. Ia tertawa kecil sembari memasukkan surat yang diberikan Vivianne padanya setelah melipat surat itu dengan rapi.Asteria tersenyum seraya menatap lurus ke depan. Senyuman di wajahnya begitu lebar yang membuat gadis itu tampak begitu ayu. Bukan tanpa alasan, Asteria tersenyum karena ia memang sudah tau ji
"Apa yang terjadi?"Seorang pria dalam balutan jas rapi berjalan menerobos kerumunan para siswa dan siswi Sekolah Menengah Pertama itu dengan langkah tegas dan suara berat yang membuatnya nampak berwibawa.Esther yang melihat kedatangan pria itu pun segera berlari seraya merentangkan kedua tangannya dan memasang wajah sedih yang membuat pria itu mengernyit bingung."Papa!"Asteria mengernyit bingung sambil terus memegang lengannya saat mendengar Esther berteriak nyaring sambil berlari ke arah seorang pria gagah berwajah tampan yang baru saja tiba.Ia memandangi pria itu dari atas hingga ke bawah. Asteria semakin dibuat bingung, wajah pria itu memiliki sedikit kesamaan dengan dirinya meski tidak 100% membuat mereka terlihat sama."Lihatlah dia, bersikap seperti korban meski pada kenyataannya dia adalah penjahatnya.""Benar. Itulah kenapa aku membencinya. Jika Om Tobi sampai membela dia, aku akan mencakar wajah menggelikannya itu," gerutu Luna dengan wajah kesal.Ah, rupanya pria itu ad
Esther turun dari mobil mewah sang ayah dengan wajah tertekuk kesal. Ia bahkan dengan kasar membanting pintu mobil di kursi penumpang begitu Tobias menghentikan mobil yang ia kendarai dan memarkirkannya di halaman rumah megah milik keluarga Yasefa itu.Perilaku Esther justru berbanding terbalik dengan Asteria, kakak tirinya. Tobias melirik Asteria yang tengah duduk di sampingnya sambil melihat sikap buruk Esther barusan dengan wajah melongo.Saat Tobias hendak memulai pembicaraan dengan gadis itu, Asteria lebih dulu menghadap kepadanya sembari membuka sabuk pengamannya dengan lembut. Senyuman yang muncul di wajah Asteria membuat Tobias mau tak mau ikut tersenyum."Maafkan Esther, Papa. Mungkin dia masih kesal dengan sikap teman-teman yang tadi menghakiminya." Tobias mengulurkan tangannya dan mengusap rambut panjang Asteria dengan lembut seraya terkekeh pelan."Tidak apa-apa, Sayang. Lagipula ini bukan pertama kalinya kita melihat sikap Esther yang seperti itu kan?"Asteria tertawa kec
Esther turun dari mobil mewah sang ayah dengan wajah tertekuk kesal. Ia bahkan dengan kasar membanting pintu mobil di kursi penumpang begitu Tobias menghentikan mobil yang ia kendarai dan memarkirkannya di halaman rumah megah milik keluarga Yasefa itu.Perilaku Esther justru berbanding terbalik dengan Asteria, kakak tirinya. Tobias melirik Asteria yang tengah duduk di sampingnya sambil melihat sikap buruk Esther barusan dengan wajah melongo.Saat Tobias hendak memulai pembicaraan dengan gadis itu, Asteria lebih dulu menghadap kepadanya sembari membuka sabuk pengamannya dengan lembut. Senyuman yang muncul di wajah Asteria membuat Tobias mau tak mau ikut tersenyum."Maafkan Esther, Papa. Mungkin dia masih kesal dengan sikap teman-teman yang tadi menghakiminya." Tobias mengulurkan tangannya dan mengusap rambut panjang Asteria dengan lembut seraya terkekeh pelan."Tidak apa-apa, Sayang. Lagipula ini bukan pertama kalinya kita melihat sikap Esther yang seperti itu kan?"Asteria tertawa kec
"Apa yang terjadi?"Seorang pria dalam balutan jas rapi berjalan menerobos kerumunan para siswa dan siswi Sekolah Menengah Pertama itu dengan langkah tegas dan suara berat yang membuatnya nampak berwibawa.Esther yang melihat kedatangan pria itu pun segera berlari seraya merentangkan kedua tangannya dan memasang wajah sedih yang membuat pria itu mengernyit bingung."Papa!"Asteria mengernyit bingung sambil terus memegang lengannya saat mendengar Esther berteriak nyaring sambil berlari ke arah seorang pria gagah berwajah tampan yang baru saja tiba.Ia memandangi pria itu dari atas hingga ke bawah. Asteria semakin dibuat bingung, wajah pria itu memiliki sedikit kesamaan dengan dirinya meski tidak 100% membuat mereka terlihat sama."Lihatlah dia, bersikap seperti korban meski pada kenyataannya dia adalah penjahatnya.""Benar. Itulah kenapa aku membencinya. Jika Om Tobi sampai membela dia, aku akan mencakar wajah menggelikannya itu," gerutu Luna dengan wajah kesal.Ah, rupanya pria itu ad
Asteria membaca lembaran surat di tangannya dengan senyum kecil. Setelah Vivianne menyebarkan undangan pada semua murid dalam kelas akselerasi yang didiami oleh Asteria, ia memerintahkan murid-muridnya untuk pulang karena waktu pembelajaran diselesaikan lebih awal.Asteria berjalan berdua dengan Luna menuju halaman depan Yu Zhorn Junior High School yang merupakan salah satu sekolah menengah pertama paling terkenal di kota Arone. Kota Arone adalah ibukota dari negara Bjorn yang ditinggali oleh Asteria."Aku yakin jika kau pasti akan mendapatkan nilai terbaik secara paralel seperti tahun lalu, Asteria!"Asteria menoleh pada Luna setelah mendengar ucapan penuh semangat dari kawannya itu. Ia tertawa kecil sembari memasukkan surat yang diberikan Vivianne padanya setelah melipat surat itu dengan rapi.Asteria tersenyum seraya menatap lurus ke depan. Senyuman di wajahnya begitu lebar yang membuat gadis itu tampak begitu ayu. Bukan tanpa alasan, Asteria tersenyum karena ia memang sudah tau ji
Luna tersenyum kecil pada Edith saat gadis itu sudah duduk di tepian ranjang ruang kesehatan. Edith hanya membalas senyuman kecil Luna itu dengan senyum sederhana.Gadis itu masih merasa begitu asing dengan tempat yang ia diami sekarang. Edith mengedarkan pandangannya dan melihat ke seliling ruangan bernuansa putih itu dengan kedua mata bulatnya."Aku akan memanggil seorang perawat untukmu, Asteria."Edith yang mendengar itu pun sontak menggeleng dengan ribut dan menatap Luna dengan wajah sedikit panik. Ia bahkan hendak turun dari ranjang ruang kesehatan jika Luna tidak menahannya."Tidak perlu. Aku, aku hanya butuh waktu untuk sendirian dan istirahat."Luna menghela napas panjang mendengar jawaban Edith. Ia pun hanya bisa mengangguk pasrah dan menepuk bahu Edith dengan lembut untuk sekedar memberikan dukungan pada gadis itu."Lekaslah sembuh. Aku akan meninggalkanmu, aku juga akan meminta ijin untukmu pada Miss Vivianne."Edith mengangguk kecil sebagai tanggapan atas perkataan Luna.
"Asteria? Asteria bangun!"Edith mengerutkan keningnya saat ia merasakan pening yang begitu hebat mendera kepalanya. Ia sadar jika kini tubuhnya sedang diguncang dengan kuat oleh seseorang yang tidak ia ketahui. Edith samar-samar mendengar suara riuh di sekitarnya, tubuhnya terasa begitu kaku dan sakit.Mungkinkah Esther sudi mendekat dan mencoba menyelematkannya? Edith ingat betul bagaimana sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya tepat setelah ia jatuh menghantam tanah. Apakah orang tuanya kini sudah mengetahui keadaannya?Tulang-tulang Edith terasa remuk dan hancur berkeping-keping. Kepalanya terasa pecah dan pandangannya gelap hingga perlahan semua rasa sakit itu menghilang. Edith yang sebelumnya merasakan sakit luar biasa menjadi nyaman dalam gelapnya.Tetapi tak lama, rasa sakit itu justru kembali. Ia merasakan pusing yang teramat sangat bersamaan dengan suara seorang gadis yang terdengar sedikit cempreng di telinganya."Asteria bangun! Kelas Miss Vivianne sebentar lagi dimulai
"Asteria sangat bodoh!" Seorang gadis dalam balutan gaun merah berenda dan dihiasi bordir itu menutup buku berukuran cukup besar dan tebal di tangannya dengan kasar. Ia meletakkan buku itu di atas sebuah meja rias yang dicat berwarna emas dengan hati-hati. "Kenapa Anda mengatakan itu, Yang Mulia? Bukankah Yang Mulia Edith sangat menyukai buku tentang manusia itu?" Gadis bernama Edith itu menghela napas berat dan kembali melihat buku yang ia letakkan di atas meja riasnya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya dan menatap seorang pelayan wanita yang kini tengah mengambil sebuah gaun baru untuk Edith dengan kedua matanya yang berwarna merah menyala. "Aku kesal pada Asteria. Kenapa dia harus bunuh diri dengan cara seperti itu? Apa semua manusia bertindak sebodoh itu?" Lilianne terkekeh pelan kemudian berjalan menuju sang tuan putri sembari membawa sebuah gaun megah berwarna biru cerah dibantu oleh dua rekan lainnya yang bernama Rosseta dan Zaryne. "Anda tidak akan tau bagaimana rasan
"Kau itu memang tidak berguna! Seharusnya kau mati, dasar miskin!" Seorang wanita menyeringai puas melihat wanita lain yang tak bukan adalah adik tirinya sendiri tengah dirundung oleh hampir seluruh siswa dan siswi di sekolah mereka. Ia adalah Esther Yasefa, si cantik putri bungsu keluarga Yasefa. Jika Esther adalah seorang tuan putri di dunia nyata yang begitu dipuja, maka hal itu sangat berbanding terbalik dengan sang adik tiri yang merupakan putri sulung keluarga Yasefa. Dia adalah Asteria Yasefa. Asteria Yasefa adalah putri sulung dalam keluarga Yasefa. Asteria disebut sebagai putri yang terbuang dalam keluarga Yasefa. Bukan tanpa alasan, selain karena ia bukanlah putri kandung dari Bella Hardy dan Tobias Yasefa, Asteria selalu dianggap tertinggal. Ia dikenal sebagai seorang wanita bodoh yang tidak memiliki bakat sedikitpun. Jika Esther bersinar begitu terang, maka Asteria adalah api lilin yang nyaris padam. Meski namanya berarti bintang, Asteria tidak pernah memiliki cahayany