Luna tersenyum kecil pada Edith saat gadis itu sudah duduk di tepian ranjang ruang kesehatan. Edith hanya membalas senyuman kecil Luna itu dengan senyum sederhana.
Gadis itu masih merasa begitu asing dengan tempat yang ia diami sekarang. Edith mengedarkan pandangannya dan melihat ke seliling ruangan bernuansa putih itu dengan kedua mata bulatnya."Aku akan memanggil seorang perawat untukmu, Asteria."Edith yang mendengar itu pun sontak menggeleng dengan ribut dan menatap Luna dengan wajah sedikit panik. Ia bahkan hendak turun dari ranjang ruang kesehatan jika Luna tidak menahannya."Tidak perlu. Aku, aku hanya butuh waktu untuk sendirian dan istirahat."Luna menghela napas panjang mendengar jawaban Edith. Ia pun hanya bisa mengangguk pasrah dan menepuk bahu Edith dengan lembut untuk sekedar memberikan dukungan pada gadis itu."Lekaslah sembuh. Aku akan meninggalkanmu, aku juga akan meminta ijin untukmu pada Miss Vivianne."Edith mengangguk kecil sebagai tanggapan atas perkataan Luna. Luna pun berjalan pergi meninggalkan Edith seorang diri di dalam ruang kesehatan itu. Gadis itu menarik napas lega setelah pintu ruang kesehatan itu tertutup.Tatapan Edith tertuju pada pintu putih yang tengah tertutup di depannya. Jadi seperti inikah dunia manusia itu? Meski bingung dan merasa asing, Edith masih bisa bersikap natural dan mencerna segala hal yang ia lihat dengan baik.Dalam buku yang ia baca, penulis menggambarkan suasana dan semua tempat dengan sangat rinci hingga Edith pun mampu membuat bayangan tentang semua yang ditulis di buku. Ia masih tidak menyangka jika kini dirinya bahkan bisa hidup dalam bayangan itu sendiri.Meski tidak semua yang ia lihat sesuai dengan bayangannya, Edith masih cukup mampu untuk membiasakan dirinya dengan lingkungan sekitar. Saat Edith tengah asyik memandangi seisi ruang kesehatan itu, ia melihat sebuah cermin bulat yang digantung di dekat rak obat.Edith pun melompat turun dari ranjang ruang kesehatan dan berjalan menuju cermin itu untuk melihat wajahnya sekali lagi. Benar, Edith sudah sepenuhnya berganti menjadi orang lain.Mungkinkah ini kesempatan kedua yang diberikan oleh Tuhan padanya? Edith tersenyum tipis sambil mengulurkan tangannya dan menyentuh cermin di depannya dengan ujung jari telunjuknya.Edith adalah Aseteria Yasefa, tokoh utama dari buku kesukaannya. Itu merupakan fakta baru yang harus Edith terima, di kehidupan keduanya ini, tak ada lagi Edith. Ia akan menjalani hidupnya sebagai Asteria Yasefa secara penuh."Jika benar Tuhan sengaja memberikan kesempatan kedua padaku, maka aku tidak akan lagi mengecewakannya dengan melakukan hal bodoh seperti yang ku lakukan sebelumnya," gumam Edith pelan.Ia menatap lekat wajah barunya di cermin, sekelebat ingatan tiba-tiba melintas di benaknya. Ia ingat jika Asteria bahkan memiliki hidup yang jauh lebih menyedihkan dari dirinya sendiri.Jika benar ia berada di masa Sekolah Menengah Pertama dalam hidup Asteria, maka ia akan segera mengalami hal mengerikan tepat setelah pengumuman hasil ujian dan acara kelulusannya.Edith masih ingat betul bahwa Asteria akan mengalami titik balik dalam hidupnya karena perbuatan adik tirinya sendiri, Esther. Mengingat nama itu membuat darah Edith mendidih. Orang yang menghancurkan kehidupannya sebelumnya juga bernama Esther. Apakah semua Esther memang selalu muncul sebagai penjahat dalam kisah seseorang?"Kelas Miss Vivianne- bukankah itu kelas terakhir sebelum acara pengumuman hasil ujian itu?" gumam Edith dengan kening berkerut.Edith ingat, dalam buku yang ia baca, kelas Miss Vivianne menjadi kelas terakhir sebelum hasil ujian diumumkan. Di sana, Asteria akan menerima semua pujian dan kebahagiaan. Tetapi seminggu kemudian, Esther justru dengan mudah mengubah hidup Asteria semudah membalik telapak tangan."Aku punya waktu seminggu untuk memperbaiki semua itu bukan? Aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku lagi. Aku tidak ingin menjadi wanita bodoh sekali lagi. Asteria, aku berjanji akan menjaga identitasmu ini. Aku berjanji akan menyelamatkanmu dan diriku sendiri dari kehancuran."Edith tersenyum manis menatap wajahnya sendiri di cermin. Mulai saat ini tidak ada lagi Edith Rowena. Hanya ada Asteria Yasefa. Edith Rowena sudah berubah menjadi Asteria Yasefa. Gadis itu akan hidup menjadi orang baru dan menjalani kehidupan baru.***"Maaf, Miss. Saya baru saja mengantarkan Asteria ke ruang kesehatan. Dia terlihat tidak sehat."Seorang wanita dalam balutan blouse putih dan rok sepan selutut menghela napas pelan setelah mendengar perkataan Luna. Ia menatap Luna dengan tatapan teduh yang membuat hati Luna menjadi tenang."Apa yang terjadi pada Asteria? Apakah sakitnya parah?"Luna menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan Vivianne, wali kelas mereka. Saat Luna hendak menjawab pertanyaan tersebut, pintu kelas mereka secara perlahan terbuka.Semua murid dalam kelas itu termasuk Vivianne dan Luna pun menoleh untuk melihat ke arah pintu. Di sana, Asteria berjalan masuk dengan langkah anggun yang membuat mereka terperangah.Asteria memang selalu menjadi idola dan kesayangan di sekolah mereka. Namun, kali ini gadis itu justru terlihat berbeda. Asteria terlihat jauh lebih bersinar dan mempesona. Ia seolah memancarkan aura "Royalty" yang membuat dirinya tampak seperti seorang tuan putri."Maafkan saya, Miss Vivianne. Saya baik-baik saja."Vivianne yang masih terkesan dengan kedatangan Asteria pun berdeham pelan. Ia membenarkan letak kacamatanya dan mendekati Asteria yang berdiri di depan pintu kelas."Apakah kau yakin jika kau baik? Miss bisa memanggil orang tuamu jika kau memang berada dalam keadaan tidak baik, Asteria."Asteria tersenyum sopan seraya menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban atas tawaran Vivianne. Ia berjalan mendekati Luna dan meraih lengan gadis itu untuk dipeluk."Asteria sudah merasa baik, ini semua berkat Luna. Luna membawa Asteria sesegera mungkin ke ruang kesehatan, Miss."Luna membulatkan mulutnya dan menatap Asteria serta Vivianne secara bergantian. Bukankah ia baru saja membawa Asteria ke ruang kesehatan? Apakah gadis itu baru saja berbohong?"Baiklah kalau begitu. Kalian berdua bisa duduk. Miss akan menyampaikan beberapa pengumuman penting mengenai hasil ujian dan acara kelulusan kalian."Asteria mengangguk patuh dan berjalan menuju ke mejanya seraya menarik Luna. Setelah mereka berdua duduk di kursi mereka masing-masing, Luna segera mendekatkan dirinya pada Asteria, gadis itu melirik Vivianne yang masih tampak sibuk mengeluarkan beberapa kertas dari dalam tasnya sebelum menatap Asteria."Apakah kau baru saja berbohong pada Miss Vivi?" bisik Luna di telinga Asteria.Asteria yang mendengar itu pun hanya tertawa kecil. Ia melirik Luna dengan senyum jenaka kemudian menganggukkan kepalanya pelan. Posisi duduk Asteria membuat Luna sedikit terkejut, kawannya itu tampak begitu berbeda. Asteria tidak pernah duduk begitu tegak seperti seorang bangsawan sebelumnya, namun kini, ia seolah melihat Asteria yang berbeda."Maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi lain kali," balas Asteria sambil juga berbisik pada Luna.Setelah mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam tasnya, Vivianne berjalan ke depan kelas dan tersenyum memperhatikan semua anak didiknya dalam kelas akselerasi itu."Baiklah anak-anak, hari ini Miss akan mulai memberikan undangan pesta kelulusan yang berisi jadwal pengumuman serta beberapa hal penting lain pada kalian. Pastikan surat ini sampai ke tangan kedua orang tua kalian, okay?""Baik, Miss Vivi!"Viviannne tersenyum puas atas respon dari anak muridnya. Ia pun berjalan menyusuri meja demi meja untuk memberikan lembaran surat di tangannya secara langsung kepada masing-masing anak didiknya yang berada dalam kelas akselerasi itu.Asteria membaca lembaran surat di tangannya dengan senyum kecil. Setelah Vivianne menyebarkan undangan pada semua murid dalam kelas akselerasi yang didiami oleh Asteria, ia memerintahkan murid-muridnya untuk pulang karena waktu pembelajaran diselesaikan lebih awal.Asteria berjalan berdua dengan Luna menuju halaman depan Yu Zhorn Junior High School yang merupakan salah satu sekolah menengah pertama paling terkenal di kota Arone. Kota Arone adalah ibukota dari negara Bjorn yang ditinggali oleh Asteria."Aku yakin jika kau pasti akan mendapatkan nilai terbaik secara paralel seperti tahun lalu, Asteria!"Asteria menoleh pada Luna setelah mendengar ucapan penuh semangat dari kawannya itu. Ia tertawa kecil sembari memasukkan surat yang diberikan Vivianne padanya setelah melipat surat itu dengan rapi.Asteria tersenyum seraya menatap lurus ke depan. Senyuman di wajahnya begitu lebar yang membuat gadis itu tampak begitu ayu. Bukan tanpa alasan, Asteria tersenyum karena ia memang sudah tau ji
"Apa yang terjadi?"Seorang pria dalam balutan jas rapi berjalan menerobos kerumunan para siswa dan siswi Sekolah Menengah Pertama itu dengan langkah tegas dan suara berat yang membuatnya nampak berwibawa.Esther yang melihat kedatangan pria itu pun segera berlari seraya merentangkan kedua tangannya dan memasang wajah sedih yang membuat pria itu mengernyit bingung."Papa!"Asteria mengernyit bingung sambil terus memegang lengannya saat mendengar Esther berteriak nyaring sambil berlari ke arah seorang pria gagah berwajah tampan yang baru saja tiba.Ia memandangi pria itu dari atas hingga ke bawah. Asteria semakin dibuat bingung, wajah pria itu memiliki sedikit kesamaan dengan dirinya meski tidak 100% membuat mereka terlihat sama."Lihatlah dia, bersikap seperti korban meski pada kenyataannya dia adalah penjahatnya.""Benar. Itulah kenapa aku membencinya. Jika Om Tobi sampai membela dia, aku akan mencakar wajah menggelikannya itu," gerutu Luna dengan wajah kesal.Ah, rupanya pria itu ad
Esther turun dari mobil mewah sang ayah dengan wajah tertekuk kesal. Ia bahkan dengan kasar membanting pintu mobil di kursi penumpang begitu Tobias menghentikan mobil yang ia kendarai dan memarkirkannya di halaman rumah megah milik keluarga Yasefa itu.Perilaku Esther justru berbanding terbalik dengan Asteria, kakak tirinya. Tobias melirik Asteria yang tengah duduk di sampingnya sambil melihat sikap buruk Esther barusan dengan wajah melongo.Saat Tobias hendak memulai pembicaraan dengan gadis itu, Asteria lebih dulu menghadap kepadanya sembari membuka sabuk pengamannya dengan lembut. Senyuman yang muncul di wajah Asteria membuat Tobias mau tak mau ikut tersenyum."Maafkan Esther, Papa. Mungkin dia masih kesal dengan sikap teman-teman yang tadi menghakiminya." Tobias mengulurkan tangannya dan mengusap rambut panjang Asteria dengan lembut seraya terkekeh pelan."Tidak apa-apa, Sayang. Lagipula ini bukan pertama kalinya kita melihat sikap Esther yang seperti itu kan?"Asteria tertawa kec
"Kau itu memang tidak berguna! Seharusnya kau mati, dasar miskin!" Seorang wanita menyeringai puas melihat wanita lain yang tak bukan adalah adik tirinya sendiri tengah dirundung oleh hampir seluruh siswa dan siswi di sekolah mereka. Ia adalah Esther Yasefa, si cantik putri bungsu keluarga Yasefa. Jika Esther adalah seorang tuan putri di dunia nyata yang begitu dipuja, maka hal itu sangat berbanding terbalik dengan sang adik tiri yang merupakan putri sulung keluarga Yasefa. Dia adalah Asteria Yasefa. Asteria Yasefa adalah putri sulung dalam keluarga Yasefa. Asteria disebut sebagai putri yang terbuang dalam keluarga Yasefa. Bukan tanpa alasan, selain karena ia bukanlah putri kandung dari Bella Hardy dan Tobias Yasefa, Asteria selalu dianggap tertinggal. Ia dikenal sebagai seorang wanita bodoh yang tidak memiliki bakat sedikitpun. Jika Esther bersinar begitu terang, maka Asteria adalah api lilin yang nyaris padam. Meski namanya berarti bintang, Asteria tidak pernah memiliki cahayany
"Asteria sangat bodoh!" Seorang gadis dalam balutan gaun merah berenda dan dihiasi bordir itu menutup buku berukuran cukup besar dan tebal di tangannya dengan kasar. Ia meletakkan buku itu di atas sebuah meja rias yang dicat berwarna emas dengan hati-hati. "Kenapa Anda mengatakan itu, Yang Mulia? Bukankah Yang Mulia Edith sangat menyukai buku tentang manusia itu?" Gadis bernama Edith itu menghela napas berat dan kembali melihat buku yang ia letakkan di atas meja riasnya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya dan menatap seorang pelayan wanita yang kini tengah mengambil sebuah gaun baru untuk Edith dengan kedua matanya yang berwarna merah menyala. "Aku kesal pada Asteria. Kenapa dia harus bunuh diri dengan cara seperti itu? Apa semua manusia bertindak sebodoh itu?" Lilianne terkekeh pelan kemudian berjalan menuju sang tuan putri sembari membawa sebuah gaun megah berwarna biru cerah dibantu oleh dua rekan lainnya yang bernama Rosseta dan Zaryne. "Anda tidak akan tau bagaimana rasan
"Asteria? Asteria bangun!"Edith mengerutkan keningnya saat ia merasakan pening yang begitu hebat mendera kepalanya. Ia sadar jika kini tubuhnya sedang diguncang dengan kuat oleh seseorang yang tidak ia ketahui. Edith samar-samar mendengar suara riuh di sekitarnya, tubuhnya terasa begitu kaku dan sakit.Mungkinkah Esther sudi mendekat dan mencoba menyelematkannya? Edith ingat betul bagaimana sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya tepat setelah ia jatuh menghantam tanah. Apakah orang tuanya kini sudah mengetahui keadaannya?Tulang-tulang Edith terasa remuk dan hancur berkeping-keping. Kepalanya terasa pecah dan pandangannya gelap hingga perlahan semua rasa sakit itu menghilang. Edith yang sebelumnya merasakan sakit luar biasa menjadi nyaman dalam gelapnya.Tetapi tak lama, rasa sakit itu justru kembali. Ia merasakan pusing yang teramat sangat bersamaan dengan suara seorang gadis yang terdengar sedikit cempreng di telinganya."Asteria bangun! Kelas Miss Vivianne sebentar lagi dimulai
Esther turun dari mobil mewah sang ayah dengan wajah tertekuk kesal. Ia bahkan dengan kasar membanting pintu mobil di kursi penumpang begitu Tobias menghentikan mobil yang ia kendarai dan memarkirkannya di halaman rumah megah milik keluarga Yasefa itu.Perilaku Esther justru berbanding terbalik dengan Asteria, kakak tirinya. Tobias melirik Asteria yang tengah duduk di sampingnya sambil melihat sikap buruk Esther barusan dengan wajah melongo.Saat Tobias hendak memulai pembicaraan dengan gadis itu, Asteria lebih dulu menghadap kepadanya sembari membuka sabuk pengamannya dengan lembut. Senyuman yang muncul di wajah Asteria membuat Tobias mau tak mau ikut tersenyum."Maafkan Esther, Papa. Mungkin dia masih kesal dengan sikap teman-teman yang tadi menghakiminya." Tobias mengulurkan tangannya dan mengusap rambut panjang Asteria dengan lembut seraya terkekeh pelan."Tidak apa-apa, Sayang. Lagipula ini bukan pertama kalinya kita melihat sikap Esther yang seperti itu kan?"Asteria tertawa kec
"Apa yang terjadi?"Seorang pria dalam balutan jas rapi berjalan menerobos kerumunan para siswa dan siswi Sekolah Menengah Pertama itu dengan langkah tegas dan suara berat yang membuatnya nampak berwibawa.Esther yang melihat kedatangan pria itu pun segera berlari seraya merentangkan kedua tangannya dan memasang wajah sedih yang membuat pria itu mengernyit bingung."Papa!"Asteria mengernyit bingung sambil terus memegang lengannya saat mendengar Esther berteriak nyaring sambil berlari ke arah seorang pria gagah berwajah tampan yang baru saja tiba.Ia memandangi pria itu dari atas hingga ke bawah. Asteria semakin dibuat bingung, wajah pria itu memiliki sedikit kesamaan dengan dirinya meski tidak 100% membuat mereka terlihat sama."Lihatlah dia, bersikap seperti korban meski pada kenyataannya dia adalah penjahatnya.""Benar. Itulah kenapa aku membencinya. Jika Om Tobi sampai membela dia, aku akan mencakar wajah menggelikannya itu," gerutu Luna dengan wajah kesal.Ah, rupanya pria itu ad
Asteria membaca lembaran surat di tangannya dengan senyum kecil. Setelah Vivianne menyebarkan undangan pada semua murid dalam kelas akselerasi yang didiami oleh Asteria, ia memerintahkan murid-muridnya untuk pulang karena waktu pembelajaran diselesaikan lebih awal.Asteria berjalan berdua dengan Luna menuju halaman depan Yu Zhorn Junior High School yang merupakan salah satu sekolah menengah pertama paling terkenal di kota Arone. Kota Arone adalah ibukota dari negara Bjorn yang ditinggali oleh Asteria."Aku yakin jika kau pasti akan mendapatkan nilai terbaik secara paralel seperti tahun lalu, Asteria!"Asteria menoleh pada Luna setelah mendengar ucapan penuh semangat dari kawannya itu. Ia tertawa kecil sembari memasukkan surat yang diberikan Vivianne padanya setelah melipat surat itu dengan rapi.Asteria tersenyum seraya menatap lurus ke depan. Senyuman di wajahnya begitu lebar yang membuat gadis itu tampak begitu ayu. Bukan tanpa alasan, Asteria tersenyum karena ia memang sudah tau ji
Luna tersenyum kecil pada Edith saat gadis itu sudah duduk di tepian ranjang ruang kesehatan. Edith hanya membalas senyuman kecil Luna itu dengan senyum sederhana.Gadis itu masih merasa begitu asing dengan tempat yang ia diami sekarang. Edith mengedarkan pandangannya dan melihat ke seliling ruangan bernuansa putih itu dengan kedua mata bulatnya."Aku akan memanggil seorang perawat untukmu, Asteria."Edith yang mendengar itu pun sontak menggeleng dengan ribut dan menatap Luna dengan wajah sedikit panik. Ia bahkan hendak turun dari ranjang ruang kesehatan jika Luna tidak menahannya."Tidak perlu. Aku, aku hanya butuh waktu untuk sendirian dan istirahat."Luna menghela napas panjang mendengar jawaban Edith. Ia pun hanya bisa mengangguk pasrah dan menepuk bahu Edith dengan lembut untuk sekedar memberikan dukungan pada gadis itu."Lekaslah sembuh. Aku akan meninggalkanmu, aku juga akan meminta ijin untukmu pada Miss Vivianne."Edith mengangguk kecil sebagai tanggapan atas perkataan Luna.
"Asteria? Asteria bangun!"Edith mengerutkan keningnya saat ia merasakan pening yang begitu hebat mendera kepalanya. Ia sadar jika kini tubuhnya sedang diguncang dengan kuat oleh seseorang yang tidak ia ketahui. Edith samar-samar mendengar suara riuh di sekitarnya, tubuhnya terasa begitu kaku dan sakit.Mungkinkah Esther sudi mendekat dan mencoba menyelematkannya? Edith ingat betul bagaimana sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya tepat setelah ia jatuh menghantam tanah. Apakah orang tuanya kini sudah mengetahui keadaannya?Tulang-tulang Edith terasa remuk dan hancur berkeping-keping. Kepalanya terasa pecah dan pandangannya gelap hingga perlahan semua rasa sakit itu menghilang. Edith yang sebelumnya merasakan sakit luar biasa menjadi nyaman dalam gelapnya.Tetapi tak lama, rasa sakit itu justru kembali. Ia merasakan pusing yang teramat sangat bersamaan dengan suara seorang gadis yang terdengar sedikit cempreng di telinganya."Asteria bangun! Kelas Miss Vivianne sebentar lagi dimulai
"Asteria sangat bodoh!" Seorang gadis dalam balutan gaun merah berenda dan dihiasi bordir itu menutup buku berukuran cukup besar dan tebal di tangannya dengan kasar. Ia meletakkan buku itu di atas sebuah meja rias yang dicat berwarna emas dengan hati-hati. "Kenapa Anda mengatakan itu, Yang Mulia? Bukankah Yang Mulia Edith sangat menyukai buku tentang manusia itu?" Gadis bernama Edith itu menghela napas berat dan kembali melihat buku yang ia letakkan di atas meja riasnya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya dan menatap seorang pelayan wanita yang kini tengah mengambil sebuah gaun baru untuk Edith dengan kedua matanya yang berwarna merah menyala. "Aku kesal pada Asteria. Kenapa dia harus bunuh diri dengan cara seperti itu? Apa semua manusia bertindak sebodoh itu?" Lilianne terkekeh pelan kemudian berjalan menuju sang tuan putri sembari membawa sebuah gaun megah berwarna biru cerah dibantu oleh dua rekan lainnya yang bernama Rosseta dan Zaryne. "Anda tidak akan tau bagaimana rasan
"Kau itu memang tidak berguna! Seharusnya kau mati, dasar miskin!" Seorang wanita menyeringai puas melihat wanita lain yang tak bukan adalah adik tirinya sendiri tengah dirundung oleh hampir seluruh siswa dan siswi di sekolah mereka. Ia adalah Esther Yasefa, si cantik putri bungsu keluarga Yasefa. Jika Esther adalah seorang tuan putri di dunia nyata yang begitu dipuja, maka hal itu sangat berbanding terbalik dengan sang adik tiri yang merupakan putri sulung keluarga Yasefa. Dia adalah Asteria Yasefa. Asteria Yasefa adalah putri sulung dalam keluarga Yasefa. Asteria disebut sebagai putri yang terbuang dalam keluarga Yasefa. Bukan tanpa alasan, selain karena ia bukanlah putri kandung dari Bella Hardy dan Tobias Yasefa, Asteria selalu dianggap tertinggal. Ia dikenal sebagai seorang wanita bodoh yang tidak memiliki bakat sedikitpun. Jika Esther bersinar begitu terang, maka Asteria adalah api lilin yang nyaris padam. Meski namanya berarti bintang, Asteria tidak pernah memiliki cahayany