Share

Balasan untuk Suami Hidung Belang
Balasan untuk Suami Hidung Belang
Author: Hangga rezka

celana dalam

Author: Hangga rezka
last update Last Updated: 2022-07-15 15:34:43

Kamar hotel menjadi saksi bisu pertumpahan itu terjadi, teriakan demi teriakan semakin menguar di seluruh ruangan. Tanpa ingat istri Arya bergumul dengan seorang wanita. Mereka saling menyentuh, saling melenguh, merengkuh nikmat. Namun, saat akan mencapai puncak pelepasan impian, ponsel tiba-tiba berbunyi, mengganggu dua insan yang sedang mengadu asmara.

Laki-laki itu terpaksa menerima panggilan tersebut, ia takut kalau ternyata penting. Apalagi ia baru saja diangkat menjadi HRD.

“Sial!” gumam lelaki tersebut menatap layar ponsel tertera nama istrinya.

“Mas Arya ke mana kok belum pulang sih!”

Terdengar suara melengking dari ponsel Arya, membuat yang mendengar menutup telinga.

"Siapa Mas?" bisik wanita yang berada di sampingnya bergerak tak ingin melepaskan tautan mereka, tak berniat untuk menyudahi melainkan wanita itu mencari kepuasan lain.

"Inggit, istriku," bisik Arya yang tak lain seperti kucing nakal, bercinta sana sini sesuka hati!

Bodohnya si Inggit selalu menolak kebenaran isu yang ia dengar bahkan pernah melihat dengan mata kepala sendiri.

Inggit terus berkeyakinan bahwa Mas Arya adalah lelaki baik-baik bukan lelaki buaya darat. Sementara lelaki tersebut sedang menikmati sentuhan wanita yang terus meraba perlahan dada bidang milikinya. Menjamah setiap jengkal tubuh gagah lelaki tersebut hingga menari di area yang mampu membuat Arya mengerang bergulat dengan gairahnya.

Arya mencoba bersuara seperti biasanya, walau pada kenyataannya kenikmatan yang wanita itu berikan sungguh menggelitik hingga ke ubun-ubun, membuatnya ingin cepat-cepat menyudahi panggilan.

“Masa meeting terus sih Mas, Inggit takut di rumah sendiri.” Suara perempuan yang menelepon benar-benar membuatnya ingin menyudahi panggilan.

“Sabar,” balas Arya dengan ketus. Kemudian terpaksa memutuskan panggilan. Sebab wanita yang sedang bermanja dengannya mampu membuat ia ingin berteriak sekuatnya mencapai puncak pelepasan.

Kemudian, Arya tak tinggal diam, ia menjamah pangkal paha, bagian bawah tulang rusuk, pinggul, dada, leher, dan ketiak.

Desahnya mendapatkan sentuhan kecil dan lembut mampu memberikan sensasi yang luar biasa. Apalagi sentuhan tersebut diiringi dengan lagu yang diputar.

Perlakuan Arya benar senatural mungkin tanpa adanya kepura-puraan. Membuat wanita itu bisa menjadikan sesi berhubungan intim lebih lama dengan tidak segera melakukan hubungan intim, alih-alih dengan membangunnya dengan foreplay ulang.

Entah, Arya mampu menciptakan ide foreplay yang berbeda untuk setiap kali akan membuat gairah semakin terbakar.

Erangan demi erangan mulai menggelegar kembali di setiap sudut kamar. Pertempuran mereka seolah kenikmatan tiada ujung. Surga dunia.

Sampai akhirnya satu jam berlalu, mereka sama-sama sampai di titik puncak pelepasan bersamaan.

Setelahnya melakukan aktivitas panasnya mereka memunguti pakaian yang bercecer di lantai, entah mengapa wanita ini mendapat sebuah ide meletakkan celana dalamnya di pinggir tas kerja Arya. Sambil tersenyum binal.

**

Hari telah larut malam Inggit masih setia menunggu suaminya yang belum pulang. Sudah berjam-jam ia tiduran di atas sofa dan akhirnya ia menghela napasnya lega, saat suara deru klakson mobil Arya terdengar.

Setelahnya, Arya masuk ke dalam rumah. Terlihat gelagat Arya sedikit berbeda akhir-akhir ini. Menimbulkan kecurigaan Inggit. Namun, pikiran itu ia tepis. Biarkan Arya untuk menyegarkan dirinya terlebih dulu. Barulah ia akan mengajukan pertanyaan.

Di saat Arya membersihkan diri di kamar mandi. Entah kenapa hati Inggit Meisya Ayu tergerak untuk memeriksa tas kerja yang bertengger cantik di belakang pintu kamar. Menarik perhatian. Jujur, selama ini ia tidak pernah tergerak untuk memeriksanya. Banyak berkas-berkas di dalam.

Inggit yang masih berusia dua puluh satu tahun itu, merasa tidak berhak untuk mengikut campuri urusan suami tersayangnya.

Inggit terbelalak, terdiam sejenak saat mendapati celana dalam bergambar hello kitty yang tak sengaja ia temukan di pinggir-pinggir koper.

“Sempak!” Inggit syok. Jantungnya bertalu-talu. Ia berusaha tidak terbawa pikiran kotornya. Karena selama membina rumah tangga sejauh ini, ia mampu berusaha baik-baik saja. Memang sebulan terakhir Inggit belum disentuh, tapi itu bukan alasan untuk dirinya cemburu dan terperangkap pikiran kotor.

Inggit selalu memaklumi, karena sang suami beralasan sibuk dengan urusan kerjanya.

“Tidak! Mas Arya tidak selingkuh? Mas Arya bukan kucing nakal!” Inggit tidak percaya, tanpa terasa pelupuk matanya penuh bila harus menerima kenyataan yang ia tembak tebak sendiri.

Inggit tergolong wanita yang sangat lemah, ia terlalu cengeng untuk menjadi sosok wanita yang tangguh. Namun, ia juga tidak serta merta menyalahkan kedua orang tuanya yang mendidik anaknya terlalu manja di masa lalu dan berdampak di saat Inggit dewasa.

“Apa aku sudah tidak cantik, apa aku sudah tidak rapat, atau payudaraku sudah kendor, apa aku sudah tidak becus melayani di ranjang, mas.” Inggit terus bergumam seraya meremas tangannya kesal, sedih, dan amarah bercampur aduk.

Inggit membereskan barang milik suaminya seperti semula di tempatnya, ia lebih dulu ingin melihat sejauh apa permainan Arya. Jujur, hatinya sangat terpukul kini. Tidak percaya dengan yang terjadi.

"Jangan-jangan suami kamu yang membeli sempak yang dilelang artis itu.” Agam terkikik puas.

Lamunan Inggit terbubar, saat pikirannya kembali ke peristiwa dua hari yang lalu. Hingga rasa curiga terus hinggap di kepalanya.

“Coba kamu selikidi. Ehk, selidiki aja dulu! Kalau aku sih, sudah yakin kalau suamimu selingkuh!” ujar lelaki berusia dua puluh empat tahun bernama Agam itu mengompori sahabatnya yang tersadar dari lamunan tentang penemuan salah satu celana dalam.

Inggit dan Agam, mereka janjian bertemu di salah satu kafe. Saat itu Inggit mengingat siapa sahabat lamanya yang akan ada di saat ia butuh. Sekadar untuk mencurahkan isi hatinya. Sedikit beruntung, ia masih menemukan kontak nomornya, alhasil nomornya juga masih aktif. Agam juga tak berat hati untuk diajak bertemu.

Agam tertawa lepas mengingat cerita Inggit yang menemukan celana dalam bergambar hello kitty tersebut.

"Tidak!!! Aku yakin, Mas Arya bukan lelaki seperti itu!” Inggit menyangkal.

"Kenapa kamu bisa seyakin itu?"

Inggit gelisah mencari jawaban yang pas belum lagi membayangkan penemuannya tersebut. "Kan aku juga pandai di ranjang."

Inggit menutup mulutnya, keceplosan. Ia lupa bicara dengan seorang lelaki yang belum beristri.

Agam menelan ludahnya kelu. Menatap Inggit dengan pikiran travelling.

Related chapters

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   kebodohan yang mutlak

    “Wah, Apa benar kamu pandai di ranjang?” selidik Agam, dengan isi kepala membayangkan wanita berambut panjang, yang memiliki lekuk tubuh berisi seperti payudara Kim Kardashian dan perut rata Michelle Keegan yang ada di hadapannya. Agam menatap Inggit. Di sisi lain ada perasaan senang dengan keadaan temannya ini. Inggit mendesah berat, bingung untuk mengutarakan kalimat dan apa yang harus ia lakukan setelah ini. “Aku percaya sih, kalau kamu hebat kikuk kikuknya.” Agam menatap Inggit dengan buas. “Udah, deh! Kok jadi bahas itu.” “Cerai aja sudah.” Agam kembali membumbui. Inggit semakin gelisah, sedikit membenarkan kata-kata temannya ini. “Tapi, lebih baik aku liat permainannya dulu sampai mana.” “Permainan apa? Permainan kikuk kikuknya?” “Iih, kamu kok jadi genit gituu, gak jelas!” Inggit mencubit pelan lengan Agam. “Duh, duh, duh, cubit aja gak apa-apa, gue ikhlas. Jangankan di cubit, diapain aja rela.” “Aku udah punya suami,” ujar Inggit memoncongkan bibir. Seketika Inggit

    Last Updated : 2022-07-15
  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   lelaki penuh tipu daya

    Inggit mengusap wajahnya kasar prustasi. “Hah, sudahlah ... aku gak ada waktu.” “Oke, aku pergi! Tapi, setelah ini kamu akan melihat bahwa suamimu sedang bercumbu dengan wanita lain, dan kamu akan menangis, dan akhirnya menelepon aku kembali. Salam celana dalam. Bye!” Agam memasang kembali helmnya dan menyalakan mesin motornya, meninggalkan Inggit yang terdiam terpaku. Lagi-lagi Inggit mengusap wajahnya secara kasar. “Kayak peramal aja dia! Apa dia sekarang sudah menjadi peramal? Hah, kenapa juga harus memikirkan dia lebih, lupakan itu,” gumam Inggit melangkahkan kakinya. Inggit mulai mengendap-endap mencari tempat duduk yang aman, ia melihat salah satu sofa, dan duduk di sana. Sambil terus mengamati suaminya. Ia seakan enggan untuk membuntuti suaminya, karena ia enggan menerima kenyataan. Namun, rasa penasaran mendorong dirinya untuk tetap bersikukuh untuk menjadi mata-mata dadakan. “Maaf, bisa saya tahu di mana kamar Pak Arya dan calon istrinya? Kebetulan kami sudah janjian unt

    Last Updated : 2022-07-15
  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   laporan mata-mata

    Arya menarik pinggang Inggit merapatkan tubuhnya. “Utututu ... masa sih ngiris bawang. Pekerjaan kantor mulai menumpuk, dan ada masalah yang sering membuat meeting dadakan. Jadi, maaf kalau akhir-akhir ini belum bisa mencintaimu sepenuhnya. Soalnya harus jaga stamina untuk menyelesaikan proyek lemburan dan meeting.” ‘Stamina untuk lemburan dan meeting atau buat memuaskan selingkuhanmu mas!’ batin Inggit. Inggit tersenyum kecut. Tentu saja batinnya benar. Suaminya sedang butuh stamina lebih, untuk menggarap selingkuhannya. Dasar lelaki! Hidung kelabang. Ehk, belang! “Iyaa, gak apa kok. Yang penting mas sehat aja udah alhamdulillah.” ‘Sial! Kenapa bisa aku menjadi wanita polos. Tidak bisa mengungkapkan bahwa dirinya sudah selingkuh! Dasar lelaki setan, yang penuh dengan tipu daya!’ ** Inggit membuka matanya, tangannya ingin bergerak meraba sebelahnya akan tetapi sudah tak ada. Dilirik jam yang ada di dinding, masih jam setengah enam pagi. “Apakah rajin dalam bekerjanya selama ini,

    Last Updated : 2022-07-15
  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   labrak, jambak!

    “Di mana, mana hatiku senang.”“Jangan bercanda deh, kamu!” Inggit membentak. “Iya udah aktifin kamera kalau kamu tidak percaya.”Inggit mengernyit. Seketika pikirannya curiga karena Agam orangnya sering nyeleneh. “Tapi jangan nunjukin yang macem-macem ya! Nanti kamu kayak oknum yang gak bertanggungjawab itu? Tiba-tiba VC, langsung nunjukin kemaluan.”Agam tertawa lepas. “Iya enggak lah, emang aku lelaki apaan. Aku jomblo gini masih punya harga diri kali. Tapi kalau kamu mau liat ya gak apa?” guraunya. “Iihh, kamu ....”“Mau liat enggak?” “Liat apa?”“Gimana sih kamu! Hah, dari dulu kamu itu memang rada bego.” Agam mengaktifkan kamera untuk beralih panggilan video. Terlihat di layar ponsel Inggit, lelaki yang ia sayang menggandeng wanita lain. Sangat wajar apabila Inggit kesulitan melihat sisi terang atau sisi positif dalam kepelikan atau persoalan yang sedang ia hadapi. Apalagi jika permasalahan yang ia hadapi tersebut sampai membuat hatinya ‘hancur’ berkeping-keping, menjadi par

    Last Updated : 2022-07-15
  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   pertunjukan panas

    “Ets, jangan gegabah dong! Santai!” cegah Agam. Mereka mengatur siasat, untuk tetap di belakang kerumunan mematai Arya. Pelaku tak akan memperhatikan orang di sekitar karena ia lebih fokus dengan wanita yang sedari tadi ia gandeng dengan mesra. Ia sedang dimabuk cinta. Seakan dunia miliknya sendiri orang lain hanya mengontrak. “Babi!” Mata Inggit berapi-api. Menyaksikan pertunjukan panas ini. “Guling!” celetuk Agam asal. “Apaan sih, kamu gam!” Inggit mencubit kesal Agam. Sementara Arya semakin asyik bercengkerama akrab, saling melempar senyum bahkan tak segan wanita itu mengusap wajah lelaki yang masih berstatus suami orang lain. Jelas saja ini tontonan yang membuat semakin panas rasa hati Inggit. Semakin kuat pulalah cubitan yang diterima Agam.“Lebih baik kita pulang, bukan hati kamu aja yang bakalan hancur lama-lama menonton pertunjukan ini. Tapi, kulitku juga!”“Aku masih ingin melihat pertunjukan ini,” jelas Inggit mencubit kembali Agam. “Awww! Sakit tauk.”Inggit tidak mem

    Last Updated : 2022-07-15
  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   Kena Batunya

    “Oh, makasih udah support Mas, ya sayang.” Pip. Sambungan langsung ditutup. Arya tersenyum bangga karena istrinya bisa dikibuli dengan mudah. Ia masuk ke dalam kamar hotel setelah mengunci pintu rapat. Hotel mewah yang dipesan hanya untuk menyalurkan hasrat liarnya yang berlimpah ruah. Mungkin kalau uang membayar hotel untuk beli sabun, bisa penuh sabun satu kamar. (Bisa stok untuk setahun) Tak butuh waktu lama Arya langsung menyerbu Anya, berawal dari pergerakan kecil, seperti pagutan yang di penuhi decapan-decapan.waktu yang bergulir keduanya terlihat semakin panas begitu pun Arya yang terlihat sangat perkasa tiada henti membubuhkan bercak hangat di leher jenjang milik lawannya. Ketika Arya menyesap sedikit kulit mulus leher jenjang Anya, wanita itu menggelinjang bag cacing kermi. Jemari Arya juga tidak lupa bergerak menekan Anya, terasa tubuh Arya yang semakin berkeringat, membuat Anya tak kuasa. Arya masih menikmati Anya dengan liar. Lalu, perlahan bangun penuh dengan kebin

    Last Updated : 2022-08-11
  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   penyadapan

    Seminggu berlalu, gelagat Arya semakin berubah. Inggit pun tetap seolah baik-baik saja, tidak mempertanyakan tentang kenakalan suaminya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23:00 malam. Sekarang Arya sibuk dengan ponselnya yang beralasan pekerjaan.Anehnya kalau pekerjaan, masa sih, malah senyum-senyum sendiri. Ketahuan bohongnya. Inggit geleng-geleng kepala melihat Arya yang semakin gamblang belangnya. Apakah rumah tangga ini sudah tidak bisa dipertahankan? ‘Kalau gak inget pesen Agam, sudah aku rebut Mas hape kamu,’ batin Inggit. Dadanya bergejolak, amarah seakan memuncak.“Tidur aja duluan sayang, Mas masih sibuk,” ujar Arya tanpa menoleh sibuk dengan layar ponselnya yang menyala.“Aku nunggu di peyuk kamu Mas, baru bisa tidur. Kerjaan besok lagi Mas, bukannya kamu besok harus interview karyawan baru?”“Tanggung ini dikit lagi, lagian ada kopi. Jadi, gak terlalu ngantuk,” kilah Arya. ‘Kopi? Kopi atau selingkuhan Mas. Jelas aja betah, orang kamu itu bukan mengerjakan lapora

    Last Updated : 2022-08-11
  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   bukan pecinta buaya

    Menjelang sore, Inggit mendapatkan telepon dari Agam. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Mereka mulai melakukan penyelidikan layaknya detektif. Memata-matai sebuah kafe yang didatangi oleh Arya. Sedikit info, Inggit mengetahui semua pergerakan Arya yang akan bertemu dengan Anya di kafe ini lewat penyadapan wh***app. Setelah menunggu beberapa lama dari kejauhan. Terlihat mobil Arya yang memasuki kawasan kafe. Inggit seperti waktu lalu, ia melakukan penyamaran dengan menggunakan kaca mata hitam, syal dan berjilbab. Karena Inggit tidak pernah berhijab. Sedangkan Agam mengenakan topi dan kaca mata hitam. Mereka mengambil posisi duduk berdekatan dengan target. Agam memesan kopi latte art untuk kami nikmati. Dengan posisi tepat membelakangi suaminya. Maka dengan jelas ia bisa menangkap apa saja pembicaraan target dengan jelas. “Mas sudah baikan itunya?” tanya Anya. “Sudah dong! Sudah bisa kok meluluhlantakkan dek Anya.”“Huh, Mas bisa aja ... Mas adek mau beli hape baru lagi. Masa kemarin

    Last Updated : 2022-08-11

Latest chapter

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   Suasana hangat

    Pisau yang ingin tertancap di dada Inggit semakin menekan. Untungnya, Agam terlebih dulu mendorong tubuh Inggit dan melepaskan pisau itu. PRANG!Agam segera menjauhkan pisau itu dengan bantuan kakinya. Agam memeluk erat tubuh Inggit yang rapuh. “Baiklah! Aku percaya. Aku akan membantumu. Aku mohon jangan seperti ini. Inggit yang aku kenal tidak mudah patah semangat.”Nafas Inggit tersengal. Walau dadanya terasa sakit, tapi usahanya membuahkan hasil. Ia berhasil membuat Agam percaya. Akting Inggit tak sampai di sini, dirinya langsung berpura-pura pingsan, dan menjatuhkan tubuhnya di dada Agam. Agam yang sigap, langsung menuntun tubuh Inggit ke ranjang. Lalu, berlari menuju pintu. Dia berteriak meminta tolong kepada dokter. Inggit tersenyum senang menatap punggung Agam. Semua sudah Inggit rencanakan dengan matang. Dia akan membalas setiap luka dari Arya. Ia tak bodoh seperti dulu, terlalu baik untuk melupakan

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   melukai dadanya

    Tak jauh dari Inggit berdiri, mobil berhenti mendadak.“Dia pingsan.” Temannya ikut melihat wanita itu dari spion mobil. Mengerling jengah! Tentunya sangat malas mengikuti pola pikir Agam yang terlalu manusiawi. “Waktu....”Agam tetap setia menginjak pedal rem mobilnya. Sementara terlihat jelas lelaki yang ada di sebelahnya, tidak ingin membuang waktunya hanya untuk menolong wanita yang dianggap gila itu. “Emang Inggit itu siapa? Apa kamu mengenal nama itu?”“Hah, sudah tidak usah mengulik masa lalu seseorang, di sana ada luka yang cukup dalam. Sangat kentara menyakitkan.”Teman Agam tersenyum remeh, “Malah, puitis.”Mau tidak mau, Agam melaju dengan kecepatan pelan. “Waktu, Gam! Rapat tentang membuka cabang kedai akan segera di mulai, apa kamu mau membuang kesempatan ini!”Agam masih terpikir bila itu benar Inggit. Meskipun bukan Inggit, hatinya sangat berat bila tak menolong, meni

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   kembali ke kota

    “Bu Sari, nyuruh aku sembunyi.”“Kenapa?”“Itu Pak masalahnya, aku gak tau pasti,” ucapku lirih. “Ibu Sari ada bilang apa lagi?” Inggit hanya menggeleng. Pria itu mencoba menenangkan Inggit dengan mengelus pelan pundaknya. Ada sedikit rasa tertolong karenanya. Tak lama kemudian, seorang perawat keluar dari ruangan ICU. Perawat itu mengabarkan bahwa keadaan Ibu Sari mulai membaik. Hanya, memang masih butuh perawatan, sehingga harus menginap untuk beberapa waktu ke depan. “Tenang, Bu... Ibu tidak boleh banyak gerak dulu,” ucap seorang dokter yang kemudian menyusul keluar. “Terima kasih, Dok,” seru Inggit yang baru saja tiba. Dokter hanya membalas anggukan dan pamit berlalu. Inggit dan pria paruh baya itu menghampiri keadaan Ibu Sari. Dan Ibu Sari sempat bercerita singkat tentang tragedi yang sedang menimpa ini adalah suruhan Arya. Arya yang sudah mengetahui bahwa Inggi

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   tak terduga

    Dengan cepat Denny merebut bungkusan keresek. “Mas,” bentak Inggit. “Ini masih basah.” Inggit mendengus. Lalu, ia keluar kamar dan pergi ke halaman belakang. Perkataan tentang acara pernikahan itu membuat ia menyelidik. Ingin melihat dekorasi yang dikatakan Pak Djarot. Memang terlihat dekorasi itu terlihat sederhana membuat Inggit terenyuh, apabila semua rencana yang telah Pak Djarot persiapkan ini akan gagal. Inggit gelisah, bagaimana dengan dendamnya kepada sang suami, ia buru-buru meninggalkan rumah ini. Setelah sampainya di kebun tomat yang lumayan jauh dari rumah. Entah mengapa air mata Inggit menetes bila merasakan kekecewaan Pak Djarot bila mengetahui semua ini adalah setingan semata. Hampir dua jam lamanya, Inggit terjebak dalam pikiran kalutnya. Barulah setelah sedikit tenang Inggit mencoba bersabar menarik keinginannya. Namun, seketika Inggit kembali ke rumah itu tampak gelap. Padahal adzan maghrib sudah hampir satu jam lalu. Saat Inggit mende

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   janda kota dan janda desa

    “Maksud Mas, bukan ... iya benar, Mas salah. Tapi....”“Dalam soal apa lagi laki-laki harus bertanggungjawab dengan apa yang dia perbuat!” Inggit kembali maju mendekati Denny. Kini jarak mereka tak lebih dari satu meter. Inggit mendongak untuk melihat wajah Denny yang menyiratkan rasa penyesalannya. “Mas tau sebagai lelaki harus bertangungjawab, tapi Mas hanya mencari istri yang mau tinggal bersama ayah saya. Dengan segala sikap ayah saya.”“Banyak alasan, memang kenapa dengan wanita janda? Jangan mau nidurinnya aja?” Inggit menaikkan dagu tanpa mengalihkan tatapan. “Inggit....”“Jangan pernah meremehkan seorang janda, janda juga bukan hanya untuk sekadar tepat Mas memuaskan nafsu. Dan saya juga kelak akan menjadi janda, saya tahu perasaan wanita itu, Mas.”“Inggit, maksud Mas bu....”“Udah, ah. Aku beneran gak betah tinggal di sini, aku udah capek ikutin rencana ini.” Inggit berbalik menuju kamar mandi.

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   jangan mau enaknya saja

    Inggit terdiam. Sendoknya yang sudah nyaris sampai ke mulut kembali turun. “Iya, Bu ... terima kasih sudah mengingatkan,” balas Inggit dengan raut muram. “Bagaimana dengan tujuanmu yang kemarin?”“Aku tidak akan berubah pikiran, aku akan tetap untuk ke kota kelak ... bila waktunya sudah tiba,” balas Inggit. “Nak, jangan sampai menceritakan masa lalu kamu dengan siapapun? Dan jangan bertindak ceroboh, kasihan Pak Djarot bila tau semua ini....”Suara deretan langkah di lantai, membuat Inggit dan Bu Sari langsung terdiam. “Pak Djarot,” bisik Bu Sari. Ia lalu berbalik dan melihat Pak Djarot baru menyibak tirai pintu. “Pak, rendangnya sudah masak. Sudah saya pisah buat Bapak.” Bu Sari berdiri menuju lemari mengambil piring yang sudah dipisah. Matanya melebar ketika Pak Djarot duduk di kursi dan melipat tangannya memandang Inggit. Inggit terdiam. Pak Djarot sekarang duduk berhadapan dengan tatapan yang resah. Inggit mel

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   kemanjaannya muncul

    Inggit mengernyit dahi. Ia mengenali mimik wajah Denny yang sudah mulai mesum. Lidahnya pun keluar membasahi setiap sudut bibirnya yang terasa kering. “Hallo, Bu ... aku lagi sibuk, maaf ... duh sinyal juga jelek ... gak kuat sinyalnya. Sebentar aku cari sinyal dulu.” Denny tetap meletakkan ponselnya di pipi dan melangkah menuju pintu. “Mas aku jadi makan di sini aja, deng! Tolong ambilin ya, aku masih lemas banget nih,” unar Inggit memelas. Seraya melemparkan tatapan memohon. Denny berhenti dengan tangan sudah berada di knop pintu. Satu tangan lagi melihat layar ponsel yang masih tersambung. “Tadi katanya—““Duh, aku lemes banget Mas.” Inggit menarik selimut dan meringkuk. “Sebentar, ya.” Denny menggeser ponselnya sedikit jauh, supaya Bu Patmi tidak terlalu jelas terdengar percakapannya. “Lapar Mas, dingin.” Inggit mengeluarkan nada seperti orang yang kedinginan. Bergetar. Inggit merasa D

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   menatap nakal

    Terdengar suara pintu terbuka. “Aku kira udah selesai,” kata Denny. “Cepet buat teh buat istri kamu,” perintah tukang urut. Inggit sibuk menarik sarung yang sudah melorot untuk menutup bagian dadanya. Tak lama kemudian, Inggit dikerok oleh mbah urut, dan Denny datang dengan segelas teh hangat. Inggit melirik Denny yang meletakkan teh di sebelahnya. Mata Denny berkedip nakal pada Inggit sesaat Mbah urut berkata, “Den, liat punggung istrimu merah semua.” “Iya, Mbah, biar nanti aku oles dengan minyak angin nanti malam.” Denny menatap pemandangan punggung Inggit. Denny lelaki biasa, melihat itu membuat darahnya berdesir, hangat. “Kalau gitu, aku keluar dulu ya, Mbah,” pamit Denny. Inggit hanya terdiam pasrah, sesaat tubuhnya menjadi pemandangan untuk Denny. Sepulang tukang urut, Denny menyiapkan sepiring nasi dan lauk pauk untuk Inggit, berharap wanita itu berselera makan. “Aku masuk, kamu udah pakai baju belum,” seru Denny di depan pint

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   setengah bugil

    “Apa iya, Den?” tanya Mbah urut memecahkan pikiran Denny yang termenung. Denny menggelengkan kepala seakan menolak keluar kamar. “Tuh, suami kamu katanya tidak sibuk.”“Kata Pak Djarot kamu di suruh belah kayu,” tegas Inggit sembari membenarkan sarung yang membalut tubuhnya. Wanita paruh baya itu menatap Denny yang tak lepas memandang tubuh Inggit, celananya juga terlihat mengembung. “Pengantin baru emang seperti itu, terkadang udah gak tau waktu, tuh istrimu sampai demam,” kata Mbah urut tersenyum kepada Inggit dan Denny. Denny membenarkan celananya. Dia menggelengkan kepala mengusir pikiran nakalnya. “Iya, Mbah ... Eh, iya aku ada kerja ... kalau begitu aku permisi dulu,” ucap Denny terburu-buru keluar kamar takut tersulut gairahnya yang mulai bergelut di dalam darahnya. Brutal.Setelah Denny keluar menutup pintu, Inggit duduk kasur yang sudah dibentang oleh Denny barusan. Tangan meraba pengait bra untuk melepas

DMCA.com Protection Status