Hana menjerit-jerit karena ketakutan, dia takut akan dinodai oleh mantan suaminya. Karena wajah Bara terlihat diselimuti kabut hasrat, dia takut pria itu akan nekat dan melakukan hal yang di luar dugaannya.Pria itu pernah mencoba membunuh dirinya beberapa kali, sungguh Hana takut jika Bara akan memperkosa dirinya, setelah itu dia akan dibunuh dan dilempar ke jurang. Hani pasti tidak akan pernah lagi mendapatkan kasih sayang dari dirinya, walaupun pada kenyataannya Bertrand pasti memanjakan putri kecilnya itu. Namun, dia tidak mau mati konyol."Tolong jangan melakukan hal yang aneh, Mas!"Hana kembali berteriak ketika dia melihat Bara yang kini sudah berada di atas tubuhnya, pria itu menatap dirinya dengan tatapan lapar dengan tangannya yang terus saja mengurut miliknya. "Mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan emas ini," ujar Bara yang nampak memosisikan miliknya agar sejajar dengan milik Hana.Jika saja dia memiliki kekuatan, Hana rasanya ingin menendang pria itu. Sayangnya, di
Saat mendapatkan pemeriksaan ternyata Hana dinyatakan baik-baik saja, hanya saja dia perlu beristirahat dan diberikan vitamin oleh dokter.Bertrand juga mendapatkan tindakan, wajah tampannya langsung diobati dan diolesi salep luka. Kini keduanya sudah terlihat baik-baik saja, keduanya sudah pulang ke Villa."Bagaimana keadaan kalian?" tanya Helma dengan cemas.Semalaman dia tidak bisa tidur pulas, karena terus saja memikirkan bagaimana nasib menantunya itu. Dia sangat tahu kalau Hana adalah wanita baik, dia begitu gelisah saat mengetahui Bara menculik menantunya itu."Kami baik, Mom. Mana Hani?" tanya Hana.Padahal dia yang sudah diculik, tetapi tetap saja dia mengkhawatirkan kondisi putri cantiknya. Helma menghela napas panjang lalu memeluk Hana."Hani baik, dia sama Bobby. Kita langsung pulang ke ibu kota saja, Mom khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan lagi." Helma mengurai pelukannya, lalu dia mengusap puncak kepala Hana."Jangan khawatir, Mom. Bara sudah ditangkap polisi
Selama satu minggu di Villa, Hana benar-benar menikmati harinya bersama dengan Bertrand dan juga Hani. Dia selalu bisa menyenangkan hati suaminya, dia juga selalu bisa menyenangkan hati Hani. Awalnya dia mengira jika Bertrand akan egois, suaminya akan meminta banyak waktu darinya hanya untuk berduaan saja dengan Bertrand. Karena pada kenyataannya mereka memang pasangan pengantin baru. Namun, justru Bertrand selalu ingin pergi ke manapun untuk menikmati hari bersama dengan Hani. Pria itu seolah mengerti keinginan dari Hana yang memang sudah sangat lama tidak bertemu dengan putri cantiknya. Bertrand selalu mendahulukan keinginan putri cantiknya, dia selalu memanjakan putri cantiknya karena pria itu berpikir jika dia memanjakan putrinya, maka Hana akan semakin mencintai dirinya. "Sudah satu minggu loh, mau nambah waktu atau mau pulang ke Jakarta aja?" Bertrand memeluk Hana yang kini sedang berada di depan jendela kamar yang terbuka, wanita itu sedang menikmati udara segar di sana.
"Mas! Mas Bara! Kamu di mana, Mas?!"Hana berteriak dengan begitu kencang memanggil nama suaminya, dia baru saja sadar dan membuka matanya. Namun, dia tidak bisa melihat apa-apa.Semuanya nampak gelap, dia yang seperti berada di dalam gua yang begitu dalam. Tidak ada cahaya sedikit pun, sehingga dia tidak bisa melihat apa pun."Kenapa, Sayang? Kenapa kamu berteriak-teriak?""Mas Bara, kamu ke sini, Mas. Sini, jangan jauh-jauh dari aku."Hana meraba-raba ke arah mana pun, dia berusaha untuk mencari suaminya. Pria yang sudah tiga tahun menikah dengan dirinya."Ya, Sayang. Ini, Mas."Bara nampak menghampiri istrinya yang terbaring di atas ranjang pasien, lalu dia memeluk istrinya dengan begitu erat sekali."Kenapa gelap, Mas? Kenapa gelap?"Bara mengernyitkan dahinya, ini adalah siang hari. Cahaya begitu terang, dia merasa bingung karena istrinya terus saja mengeluh gelap."Gelap? Terang kok, Yang. Ini siang loh," ujar Bara."Tapi, Mas. Aku nggak bisa lihat apa-apa, kaki Aku juga merasa
"Bagaimana, Sayang? Apa kamu sudah ingat semuanya?" tanya Bara ketika melihat istrinya yang malah asik melamun.Pria itu mengusap puncak kepala istrinya dengan begitu lembut, lalu Bara mengecup kening istrinya. Dia terlihat begitu perhatian dan juga pengertian terhadap istrinya tersebut.Mendengar pertanyaan dari Bara, Hana seakan tertarik ke alam nyata. Dia tersadar dari lamunannya dan menganggukkan kepalanya dengan cepat."Iya, Mas. Aku ingat, aku melahirkan Hani secara prematur karena jatuh saat hendak mengambil air wudhu. Aku juga ingat kalau aku kecelakaan saat hendak pulang ke rumah kita, lalu di mana putri kita Mas? Bagaimana keadaannya sekarang?"Hana begitu rindu kepada putri kecilnya, dia berharap jika putri kecilnya baik-baik saja. Dia berharap jika putri kecilnya kini tumbuh dengan baik, walaupun selama enam bulan ini dia koma dan tidak bisa merawat putri kecilnya."Nanti saja kita bicarakan untuk masalah Hani, Sayang. Sekarang lebih baik aku panggil dokter dulu untuk meme
Hari ini dokter mengatakan kalau Hana sudah boleh pulang, dia merasa lebih baik kalau tinggal di rumah sendiri, karena pasti akan lebih nyaman daripada tinggal di rumah sakit. Walaupun memang kakinya belum bisa lancar dalam berjalan, dia bertekad akan berusaha untuk belajar berjalan kembali. Dia juga akan berusaha sabar dalam menghadapi kenyataan hidup, dia akan berusaha untuk bisa melihat walaupun tanpa mata. "Yang sabar ya, Nyonya. Kami akan segera menghubungi kalau ada pendonor mata untuk Nyonya," ujar Dokter sebelum Hana pulang. "Ya," ujar Hana. Setelah itu, Hana dibawa pulang oleh Bara menuju rumah mewahnya, kediaman Aditama. Hana langsung diantarkan ke kamar utama, Bara bahkan membantu wanita itu untuk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Mas, katanya kita mau ke kuburan? Mau nyekar ke makam putri kita, kok aku malah diajak pulang?' "Aku tahu kalau kamu pasti merindukan putri kita, tapi saat ini keadaan kamu sedang tidak baik-baik saja. Nanti kalau sudah benar-benar
Beberapa saat sebelumnya.Bara baru saja pulang, bi Heni, pelayan yang sudah bekerja selama tiga puluh tahun lamanya di sana nampak membukakan pintu untuk Bara. Lalu, wanita itu menurunkan barang-barang yang dibawa oleh Bara menuju kamar Hesti.Semenjak Hana mengalami kecelakaan, Bara membawa Hesti dan mereka selalu tidur di dalam kamar utama. Bi Heni sempat melayangkan protesnya, tetapi Bara langsung mengancam bi Heni.Bara berkata jika dia memiliki kuasa yang besar, jika bi Heni melawan Bara, maka pria itu akan membunuh bi Heni. Pria itu bahkan semenjak saat itu tidak pernah memperbolehkan bi Heni untuk keluar dari rumah.Bahkan, bi Heni tidak diperbolehkan untuk memegang ponsel. Bara juga memutuskan semua sambungan telepon yang ada di kediaman Aditama, dia memutuskan semua akses yang bisa digunakan untuk berkomunikasi.Rumah mewah itu bahkan dijaga oleh beberapa pengawal, baik di depan ataupun di belakang rumah tersebut. Pria itu sangat licik.Wanita itu menurut, dia tak lagi melay
Mendengar suara adzan yang berkumandang membuat Hana terbangun dari tidurnya, dengan begitu perlahan dia duduk dan menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur.Lalu, wanita itu nampak meraba-raba ke arah samping. Dia berusaha untuk mencari suaminya, tetapi dia merasa kalau kasur itu kosong."Mas Bara, kamu di mana?" tanya Hana.Terdengar seperti ada orang yang sedang bergerak di atas sofa, tetapi tidak ada ucapan yang terdengar. Hana merasa heran, jika saja bisa melihat, Hana pasti tahu sebenarnya ada apa di sofa dan ada siapa."Mas! Apa kamu sedang tidur di atas sofa? Atau kamu sedang di kamar mandi?" tanya Hana.Tidak ada sahutan sama sekali, Hana yang merasa penasaran berusaha untuk turun dari tempat tidur. Dia memakai sandal yang selalu dia simpan di dalam laci nakas, lalu dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan begitu perlahan dan juga hati-hati.Tanpa Hana tahu, Bara dan juga Hesti sedang berada di atas sofa. Keduanya baru saja selesai berolah raga yang mengha