Share

Bab 18

Penulis: Author Receh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa minggu berlalu sejak pertemuan di kafe, dan Sera merasa lega bahwa gosip tentang dirinya perlahan-lahan mereda. Namun, dia dan Galen tetap waspada, mengawasi setiap pergerakan yang mencurigakan di sekitar mereka. Suatu sore, ketika Sera sedang menyiapkan makan malam di dapur, teleponnya berdering.

Sera mengangkat telepon dan melihat bahwa itu dari sahabatnya, Dinda. “Halo, Din. Ada kabar apa?” tanya Sera sambil menyiapkan bahan-bahan masakan di meja.

“Hai, Ser. Aku baru saja dengar dari seorang teman di media kalau ada yang mencoba mengorek-ngorek informasi tentang kamu dan Galen. Kayaknya ada yang nggak bisa move on dari masalah kemarin,” kata Dinda dengan nada prihatin.

Sera menghela napas panjang, mencoba tetap tenang. “Duh, siapa lagi, ya? Kayaknya kita udah berusaha baik-baik sama Annisa dan Rani. Kok, mereka nggak kapok juga?”

“Ini masih spekulasi, sih, tapi kamu tahu kan, berita kayak gini bisa cepat menyebar kalau nggak diatasi d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 19

    Beberapa hari kemudian, Annisa duduk di ruang tamunya, menatap ponselnya dengan penuh ketegangan. Dia menunggu kabar dari Fikri tentang langkah berikutnya dalam rencananya mencelakai Sera. Rani, yang duduk di sebelahnya, tampak gelisah.“An, kamu yakin mau lanjut dengan rencana ini? Ini bisa berbahaya banget,” kata Rani, mencoba meyakinkan Annisa untuk mempertimbangkan ulang.Annisa menghela napas panjang, pandangannya masih tertuju pada layar ponselnya. “Ran, kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang. Aku nggak akan biarkan Sera terus merasa menang.”Ponsel Annisa bergetar, sebuah pesan masuk dari Fikri. “Semuanya sudah siap. Kamu tinggal tunggu waktu yang tepat,” bunyi pesannya.Annisa tersenyum tipis, merasa lega bahwa rencananya berjalan lancar. Dia lalu melihat Rani dengan tatapan penuh tekad. “Kita harus pastikan Sera nggak tahu dari mana asalnya semua ini. Kita harus cerdas dan hati-hati.”Rani mengangguk, meskipun hatinya masih penuh keraguan. “Baiklah, An. Tapi aku berhar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 20

    Setelah situasi di luar mansion mulai reda, Galen kembali ke ruang tamu di mana Sera masih duduk di sofa dengan tatapan kosong. Dia duduk di sampingnya, menyentuh tangan Sera dengan lembut, mencoba memberikan kenyamanan di tengah kekacauan yang mereka hadapi. “Sera,” Galen mulai dengan suara lembut, “aku tahu ini semua sangat berat buat kamu. Kamu sudah berusaha sekuat tenaga, dan sekarang kita harus melawan semua ini bersama.” Sera menatap suaminya dengan mata yang masih penuh rasa cemas. “Aku merasa seperti semuanya berantakan. Semua orang menuduhku tanpa dasar, dan aku merasa tidak berdaya.” Galen mengeratkan pelukannya, memberikan rasa hangat dan keamanan. “Kita semua tahu siapa kamu sebenarnya, Sera. Kamu orang yang baik dan penuh kasih sayang. Apa yang orang-orang katakan sekarang hanyalah kebohongan. Yang penting, kita tahu kebenarannya dan kita akan berjuang untuk membuktikannya.” Sera menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Tapi bagaimana kalau semua ini terus

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 21

    Saat mereka tiba kembali di rumah, suasana tenang mulai merasuki mansion. Namun, ketenangan itu segera terganggu oleh bunyi ponsel Galen yang tiba-tiba berdering. Dia meraih ponselnya dari saku dan melihat nama asistennya, Raka, di layar. Merasa ada sesuatu yang penting, dia langsung mengangkat panggilan tersebut.“Halo, Raka. Ada apa?” tanya Galen dengan nada serius.“Pak Galen, saya baru saja mendapat informasi penting. Penyebar berita palsu tentang Bu Sera berasal dari keluarga Arga dan ibunya,” kata Raka dengan cepat, suaranya terdengar tegang.Wajah Galen berubah tegas, sorot matanya menunjukkan kemarahan yang ia coba kendalikan. “Apakah kamu yakin dengan informasi ini?”“Ya, Pak. Kami memiliki bukti kuat yang menunjukkan keterlibatan mereka. Saya juga sudah menghubungi beberapa sumber lain untuk memastikan informasi ini,” jawab Raka.Galen mengangguk, meskipun Raka tidak bisa melihatnya. “Baik, Raka. Terima kasih atas informasinya. Segera lakukan langkah selanjutnya seperti yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 22

    Di sisi lain, di kediaman keluarga Arga, suasana penuh ketegangan dan kepanikan mulai terasa semakin nyata. Arga duduk di ruang kerjanya dengan wajah yang dipenuhi kekesalan dan frustasi. Ponsel di tangannya berdering tanpa henti, menerima panggilan dari para pemegang saham dan karyawan yang khawatir akan masa depan perusahaan. “Ini tidak mungkin terjadi!” seru Arga sambil melemparkan ponselnya ke meja, suaranya penuh kemarahan dan kekecewaan. “Perusahaan kita berada di ambang kebangkrutan, dan semua ini karena Galen!” Ibunya, Martha, yang duduk di sofa, mencoba menenangkan dirinya meskipun wajahnya menunjukkan kecemasan yang mendalam. “Arga, kita harus mencari cara untuk mengatasi ini. Apa yang bisa kita lakukan sekarang?” Arga menghela napas panjang, mencoba menenangkan amarahnya sebelum berbicara. “Aku sudah mencoba berbicara dengan Galen, tapi dia menolak untuk membantu. Dia mengatakan bahwa kita harus menghadapi konsekuensi dari tind

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 23

    Sera duduk di ruang keluarga mansion Galen, sambil menatap ke luar jendela dengan ekspresi tenang. Pagi itu, berita mengenai kekacauan yang melanda perusahaan Arga telah sampai ke telinganya melalui berbagai saluran informasi, dan dia merasa campur aduk—ada rasa puas yang sulit diungkapkan, namun dia memilih untuk tetap diam. Ketika Galen memasuki ruangan dengan secangkir kopi di tangannya, dia bisa merasakan perubahan di aura Sera. “Ada apa, sayang?” tanya Galen sambil duduk di sebelahnya. Sera menoleh dan memberikan senyuman lembut. “Oh, tidak ada apa-apa. Aku hanya memikirkan beberapa hal,” jawabnya sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Galen menyadari bahwa Sera tampaknya lebih tenang dari biasanya, dan dia bisa menebak bahwa kabar mengenai Arga dan keluarganya mungkin telah mencapai Sera. “Kamu mendengar berita tentang Arga dan ibunya, kan?” tanya Galen, mencoba untuk mengkonfirmasi. Sera mengangguk pelan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 24

    Setelah makan siang selesai, Sera membawa Alana dan Alina ke ruang keluarga untuk bersantai sejenak sebelum pergi ke taman. Namun, di dalam hatinya, Sera merasa gelisah dan sedih setelah mendengar pertanyaan-pertanyaan dari kedua putrinya tentang Arga.Sambil duduk di sofa, Alana dan Alina mulai bermain dengan mainan mereka, sementara Sera duduk di dekatnya dengan tatapan kosong. Galen yang sedang membaca koran di dekatnya, menyadari perubahan pada Sera. Dia menurunkan korannya dan mendekati Sera dengan lembut."Sera, kamu kelihatan sedih," kata Galen sambil duduk di sebelahnya. "Ada apa? Apakah itu karena pertanyaan Alana dan Alina tentang Arga?"Sera menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. "Iya, Galen. Rasanya sulit menjawab pertanyaan mereka. Mereka masih terlalu kecil untuk mengerti kenapa Papa Arga tidak pernah datang lagi. Dan itu membuatku merasa bersalah."Galen menggenggam tangan Sera dengan lembut. "Kamu tidak perlu merasa bersal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 25

    Pada keesokan harinya, Arga sudah memutuskan untuk menemui Alana dan Alina, mengumpulkan keberanian yang telah lama hilang. Dia merasa ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki kesalahan dan menunjukkan kepada anak-anaknya bahwa dia masih peduli. Namun, ketika dia bersiap-siap untuk pergi, ibunya, Ny. Martha, datang menghampirinya dengan ekspresi marah di wajahnya."Arga, kamu mau pergi ke mana?" tanya Ny. Martha dengan suara tajam, menatapnya dengan mata menyala-nyala.Arga menghela napas, berusaha tetap tenang. "Aku mau menemui Alana dan Alina, Ma. Mereka perlu mendengar penjelasan dariku."Ny. Martha menggelengkan kepala dengan keras, nadanya semakin tinggi. "Tidak, Arga. Kamu tidak boleh menemui mereka. Mereka sudah cukup bahagia dengan Sera dan pria barunya itu. Kamu tidak perlu mengganggu kehidupan mereka lagi."Arga merasakan amarah dan frustrasi meluap. "Ma, ini bukan tentang mengganggu. Ini tentang tanggung jawabku sebagai ayah. Anak-anak perlu tahu bahwa aku masih peduli

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 26

    Di suatu sore, Annisa duduk di ruang tamunya yang mewah dengan ekspresi marah yang tidak bisa dia sembunyikan. Sejak Arga mulai lebih sering menghabiskan waktu dengan Alana dan Alina, Annisa merasa cemburu dan terancam. Dia merasa terabaikan dan tidak senang melihat suaminya lebih memprioritaskan anak-anak tirinya. Keberadaan mereka semakin membuatnya merasa tidak nyaman."Sekarang apa? Kenapa Arga malah makin sering pulang ke rumah Galen?" gerutunya pada Rani, sahabatnya yang setia mendengarkan.Rani, yang duduk di seberang Annisa dengan wajah penuh perhatian, menjawab dengan nada hati-hati. "Annisa, aku paham perasaanmu. Tapi kamu tahu kan, Arga memang ayah biologis mereka. Dia berhak untuk terlibat dalam kehidupan anak-anaknya."Annisa menggigit bibirnya, tampak tidak puas dengan jawaban itu. "Aku tidak peduli tentang hak-hak biologisnya. Yang aku lihat adalah dia semakin mengabaikanku demi anak-anak itu. Mereka sudah memiliki ibu mereka sendiri, dan aku tidak mau dia terus-terusan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Ban 78

    Daffi menutup telepon tanpa berkata sepatah kata pun lagi. Suara napasnya terdengar berat, matanya menatap kosong ke kejauhan. Ruangan itu dipenuhi dengan ketegangan yang belum terurai. Giska mendekatinya, menaruh tangan lembut di pundaknya. “Kau baik-baik saja?” Daffi mengangguk pelan, meski ekspresinya menunjukkan konflik batin. “Aku tak bisa menolongnya, Giska. Dia telah menghancurkan hidup kita. Semua yang terjadi... luka yang ia tinggalkan... terlalu dalam.” Galen, yang sejak tadi mendengarkan dengan penuh perhatian, akhirnya bersuara. “Kau sudah membuat keputusan yang benar, Nak. Ada hal-hal yang tak bisa diperbaiki begitu saja.” Sera mengangguk, mendukung pernyataan suaminya. “Dia hanya akan mempermainkanmu lagi. Ini bukan tentang dendam, Daffi, ini tentang melindungi dirimu dan keluargamu.” Daffi menarik napas dalam, seolah ingin mengusir beban berat dari dadanya. “Aku tahu. Tapi... ada rasa bersalah di sini,” ujarnya sambil menepuk dadanya. “Aku ingin percaya bahwa

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 77

    Daffi menatap layar ponsel dengan tatapan yang semakin goyah. Matanya bergerak cepat, mengikuti gambar-gambar kenangan yang terpampang jelas di sana. Suara Giska terdengar dari rekaman itu, tawa lembut yang selama ini terasa begitu akrab namun asing di benaknya. Daffi mulai mengingat, kilatan memori muncul seperti kilat di tengah badai. “Giska?” bisiknya nyaris tak terdengar, namun semua orang di ruangan itu mendengarnya. Lily, yang berdiri di sampingnya, merasakan ancaman itu semakin nyata. Dengan cepat, dia menarik lengan Daffi, memaksa senyumnya yang paling manis meskipun dalam hatinya gemuruh ketakutan mulai melanda. “Daffi, sayang, jangan biarkan mereka membingungkanmu lagi. Kau tahu aku satu-satunya yang selalu ada untukmu,” kata Lily, nada suaranya mencoba mengunci perhatian Daffi. Namun, detik itu juga, Daffi menepis tangannya. “Cukup, Lily,” ucap Daffi dengan nada yang tak lagi ragu. Dia menatap Giska, melihat matanya yang memerah dan wajahnya yang dipenuhi luka hati. “

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   bab 76

    Giska menatap Daffi dengan mata yang berbinar penuh harapan, meski ada ketakutan yang bersembunyi di sudut hatinya. “Daffi, aku hanya ingin kau tahu satu hal—cinta kita bukan sekadar kenangan. Itu nyata, dan kau merasakannya sebelum semua ini terjadi.” Lily mengepalkan tangannya erat di samping tubuhnya, mencoba mempertahankan senyuman manis di wajahnya, meski hatinya bergejolak marah. “Daffi, kau tahu aku selalu di sini. Aku yang mendampingimu saat semua terasa gelap, bukan dia.” Daffi mengalihkan pandangannya ke arah ibunya, Sera, yang menatapnya penuh kasih sayang. “Nak, pilih dengan hatimu. Kebenaran selalu datang pada saatnya.” Daffi terdiam, tatapannya beralih antara Giska yang penuh harapan dan Lily yang berusaha memancarkan keyakinan. Ingatan-ingatan kabur mulai terbangkitkan, seperti bayangan-bayangan samar yang muncul dan tenggelam. Rasa sakit di kepalanya kembali menyeruak, membuatnya memegangi pelipisnya. “Aku... aku hanya butuh waktu untuk mengingat,” gumam Daffi,

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   bab 75

    Daffi berdiri di tengah ruangan, pandangannya terarah ke lantai, tampak kebingungan. Giska berdiri di sudut lain, memegang selembar kertas yang penuh bukti, matanya berkaca-kaca. Lily di sisi lain, menggenggam erat tangannya, menyembunyikan ketegangan di balik senyum tipisnya. “Semuanya sudah jelas, Daffi,” ujar Giska dengan suara yang bergetar namun penuh keberanian. “Aku istrimu. Kau harus tahu kebenarannya, bahkan jika kau tidak mengingatnya sekarang.” Daffi memandang Giska dengan sorot mata yang kosong, seolah mencoba mencari serpihan ingatan di balik kabut yang membelenggu pikirannya. “Tapi… aku tak mengerti. Kenapa aku tak bisa mengingatnya?” Lily, yang sejak tadi diam, melangkah maju. Wajahnya seolah diliputi ketegasan palsu yang dibuat-buat. “Daffi, mereka hanya ingin membuatmu ragu. Kau tak harus memaksakan diri untuk mengingat sesuatu yang sudah hilang. Aku di sini untukmu, untuk masa depan kita,” katanya, suaranya mengalun lembut seperti mantra berbahaya. Sera, yang

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 74

    Hari yang telah direncanakan Lily dengan penuh kegigihan akhirnya tiba—hari pernikahannya dengan Daffi. Di antara dekorasi mewah dan tamu-tamu yang hadir dalam suasana meriah, Daffi berdiri di sampingnya, mengenakan setelan yang elegan dan tampak siap untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Hanya Lily yang tahu kenyataan di balik semua ini—bahwa pria yang sekarang berdiri di altar dengannya adalah pria yang telah hilang ingatan, terlupa pada cintanya yang dulu, dan kini siap mengucapkan janji suci untuknya. Mata Lily berbinar penuh kemenangan saat pastor di depan mereka mulai mengucapkan sumpah pernikahan. Namun, suasana sakral itu tiba-tiba terpecah ketika pintu gereja terbuka lebar. Giska muncul di ambang pintu, wajahnya penuh tekad. Gaun sederhana yang dikenakannya tak mampu mengurangi auranya—keberaniannya memancar, menuntut perhatian semua orang di dalam gereja. “Daffi!” seru Giska, suaranya lantang namun penuh haru. Beberapa tamu menoleh, terkejut dengan kedatangan tak terd

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 73 Season 2 Part 20

    Setelah pengumuman pernikahan Daffi dan Lily, suasana di keluarga Daffi menjadi campur aduk. Meski orang tuanya, Sera dan Galen, mencoba untuk mendukung keputusan Daffi, mereka tidak bisa menutupi kekhawatiran di wajah mereka. Daffi, di sisi lain, berusaha menampakkan sikap optimis saat merencanakan pernikahan. Hari-hari berlalu dan Daffi mulai menghadiri berbagai pertemuan untuk merencanakan hari besarnya. Dalam proses ini, Lily sangat bersemangat dan aktif, tetapi terkadang Daffi merasakan ketidaknyamanan yang samar, terutama ketika Lily terlalu banyak berbicara tentang masa lalu mereka. Suatu sore, saat Daffi sedang duduk di taman rumahnya sambil memikirkan detail pernikahan, Sera datang menghampirinya. “Daffi, bisakah kita bicara sebentar?” tanyanya lembut, duduk di sampingnya. “Ya, Mama. Ada apa?” jawab Daffi, berusaha tersenyum. Sera menatapnya dengan tatapan penuh perhatian. “Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja dengan keputusan ini. Aku tahu kau berusaha

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 72 season 2 Part 19

    Beberapa minggu berlalu, dan Daffi semakin terjerat dalam kebohongan yang dibangun oleh Lily. Dia mulai menganggap Lily sebagai sosok penting dalam hidupnya, meskipun bayang-bayang Giska terus menghantuinya. Suatu sore, Daffi dan Lily duduk di taman belakang mansion, menikmati cuaca yang cerah. “Daffi, aku ingin membahas sesuatu yang penting,” kata Lily dengan nada serius. “Aku merasa kita harus mengambil langkah selanjutnya dalam hubungan ini.” Daffi menatap Lily dengan bingung. “Langkah selanjutnya? Seperti apa?” “Pernikahan,” jawab Lily, menatap Daffi dalam-dalam. “Aku tahu kamu mengalami banyak hal, dan kita bisa melakukannya dengan cara yang sederhana dulu, tanpa pesta besar-besaran. Hanya kita berdua.” Daffi terdiam sejenak, berusaha memproses kata-kata Lily. “Pernikahan? Tapi, aku tidak yakin. Semua ini terasa begitu cepat. Aku masih berusaha mengingat masa laluku.” Lily mendekat, mengambil tangan Daffi dengan lembut. “Sayang, aku mengerti. Namun, kita harus melanjutk

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 71 Season 2 Part 18

    Beberapa hari berlalu sejak insiden di kafe itu, tetapi amarah dan obsesi Lily pada Daffi tak mereda. Kali ini, dia merencanakan sesuatu yang lebih licik. Dengan hati penuh dendam, Lily berencana menyebarkan gosip palsu yang bisa mengguncang hubungan Daffi dan Giska. Dia merasa, jika tidak bisa memiliki Daffi, setidaknya dia akan memastikan kebahagiaannya hancur. Sementara itu, di rumah, Daffi dan Giska menghabiskan malam bersama. Mereka berbincang hangat di ruang keluarga, mencoba melupakan semua masalah yang telah terjadi. “Aku tidak ingin kau khawatir tentang Lily lagi,” kata Daffi, menatap Giska dengan penuh perhatian. “Dia tidak ada apa-apanya. Yang penting hanya kau dan kebahagiaan kita.” Giska tersenyum, meski kekhawatiran masih membayangi hatinya. “Aku percaya padamu, Daffi. Tapi… Lily tidak akan diam begitu saja. Aku tahu dia pasti punya rencana lain.” Daffi menggenggam tangan Giska erat-erat. “Aku akan selalu ada untukmu. Apapun yang dia lakukan, aku tidak akan perna

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 70 Season 2 Part 17

    Beberapa bulan setelah pernikahan Daffi dan Giska, kehidupan Lily semakin terpuruk dalam bayang-bayang obsesinya. Dengan kegagalan yang menghantuinya, dia menjadi semakin terobsesi untuk merebut Daffi dari Giska. Setiap kali melihat foto kebahagiaan Daffi dan Giska di media sosial, darahnya terasa mendidih. Dalam pikirannya, Daffi seharusnya menjadi miliknya, dan Giska hanyalah penghalang yang harus dihilangkan. Suatu sore, Lily duduk di depan cermin, merias wajahnya dengan cermat. Dia memilih pakaian yang menonjolkan lekuk tubuhnya dan menyisir rambutnya hingga mengkilap. “Hari ini, aku akan menunjukkan siapa yang lebih layak untuk Daffi,” gumamnya pada diri sendiri dengan suara serak. Rasa percaya diri mulai mengisi dirinya, dan dia merasa siap untuk menghadapi apa pun yang terjadi. Lily memutuskan untuk menghadiri pesta yang diadakan oleh salah satu teman Daffi, dengan harapan bisa menemukan kesempatan untuk mendekati Daffi. Dalam perjalanan ke pesta, jantungnya berdebar-debar.

DMCA.com Protection Status