Setelah mendengar kata-kata itu, mata Roger berkedut ketika dia berbalik untuk menatap ibunya."Benar Nak, kamu tidak boleh mengabaikan Sofia dan cucuku," desaknya."Apa tapi-""Selagi kalian ngobrol, aku akan membongkar barang-barangku," kata Sofia, segera melepaskan diri darinya. Dia memasuki apartemen dengan kopernya dan mulai menjelajahi tempat itu sambil bergumam pada dirinya sendiri."Bu, Ibu ini sudah gila atau apa?" Roger mengeluh pelan.“Jangan bicara seperti itu padaku, Roger.”"Bagaimana Ibu bisa membawanya ke rumahku?""Tapi aku tidak melakukan kesalahan apa pun, karena kalian berdua seharusnya hidup bersama karena bayinya dan—"“Bu, lupakan itu karena aku akan membawa Deborah kembali.”"Kenapa?" Kedua wanita itu berseru serempak.“Karena aku ingin merebut kembali semua milikku,” katanya sambil menyilangkan tangan."Bagaimana apanya?" Sofia bertanya, tidak menyadari masalah bisnisnya."Tetapi ayahmu .... Dia tidak menyebutkan—"“Dia sangat serius, dan kalau Ibu
Mereka yang dulunya membenci Deborah dan berharap dia mati, kini mati-matian mencarinya karena mereka menyadari bahwa dia lebih dari sekadar pengganggu. Dia adalah kunci menuju kehidupan yang nyaman—kehidupan yang dulunya mereka anggap biasa saja namun ternyata sangat ingin mereka jalani.Yang paling menderita karena hilangnya Deborah adalah kerabatnya. Mereka dengan mudahnya mengaku sebagai keluarganya tetapi tidak pernah peduli dengan kebahagiaannya. Sekarang mereka menggila, menggerakkan langit dan bumi untuk menemukannya.Sayangnya, mereka tidak tahu harus mulai mencari dari mana atau kepada siapa harus bertanya tentang keberadaannya. Sebab, setahu mereka Deborah tidak punya teman."Tetap tidak ada?" Farel bertanya, gugup karena dia tidak punya uang untuk membayar bagiannya dari bisnis besar yang dia investasikan."Belum, Ayah," Ernest meringis. “Temanku tidak dapat melakukan penyelidikan dengan cepat karena wanita bodoh itu bahkan tidak memiliki akun media sosial untuk memulai
“Aku bodoh sekali karena tidak pernah memberimu apa pun dari semua koleksi perhiasan yang kau bantu desainkan,” Roger meringis, kini benar-benar menyesal karena telah kehilangan Deborah. Dia tahu alasan dari perceraiannya, tapi harga dirinya menolak menerima bahwa Deborah yang meninggalkannya. “Ck … mungkin aku harus berubah sedikit. Mungkin sebaiknya aku memberimu anak agar tidak kesepian di rumah begitu aku mendapatkanmu kembali.""Kamu bicara dengan siapa?"Roger menoleh dan mendapati adik laki-lakinya sedang menatapnya. Alisnya segera menyatu. "Apa maumu?""Aku datang menemuimu karena Ayah ingin tahu apa kamu sudah menemukan kakak ipar."“Jelas tidak, kalau sudah kamu tidak akan berada di sini, di perusahaan.”"Hm ... kamu tahu, aku masih tidak mengerti kenapa kamu membenciku.""Karena kamu dilahirkan untuk mengambil segalanya dariku, seperti kata Ibu."“Wah, sayang sekali, karena dulu aku mengagumimu, Kak, tapi sekarang aku hanya kasihan padamu.”"Kamu ..." Roger berdiri u
“Ayah, aku juga mau keluar," kata Dion, berusaha menyembunyikan kegembiraannya."Baiklah, Nak, ini hampir jam makan siang," kata Daniel, menyadari ada yang Dion sembunyikan. "Apakah kamu ingin makan bersama?""Maaf Ayah, aku sudah ada rencana.""Oke, hati-hati. Ingatlah untuk kembali tepat waktu karena sebagai bos, kamu harus memberi contoh.""Mengerti," Dion berkata dengan gembira, lalu berbalik dan mulai berlari ke tempat yang disebutkan dalam pesan itu.Tempat pertemuannya adalah sebuah restoran, jadi ketika Dion tiba, dia meminta meja untuk dua orang di tempat yang agak terpencil demi privasi.Setelah duduk, dia mengirim pesan kepada orang itu untuk memberi tahu mereka bahwa dia sudah mendapatkan meja. Dion merasa sedikit cemas sekaligus senang karena kakak iparnya akhirnya menghubunginya. Dia menikmati kebersamaan mereka dan melihatnya sebagai saudara perempuan yang tidak pernah dia miliki.Sambil menunggu, dia memesan makanan untuk mereka berdua. Setelah sekitar lima men
“Jadi, kamu tinggal di mana sekarang?"[Itu rahasia.]"Ah, jahat."[Tetapi kalau kamu mau, aku bisa memberikan nomor ponselku.]"Boleh juga."[Aku masih belum bisa memberi tahukan di mana aku tinggal karena aku ingin luput dari perhatian sampai persidangan.]"Aku mengerti, Debbie. Untuk saat ini, aku akan menerima nomormu," katanya sambil mencatat nomornya. "Dan apakah kamu sudah tahu jenis kelaminnya?"[Kehamilanku baru dua setengah bulan.]"Ah ... begitu, tapi kamu akan memberitahuku begitu kamu mengetahuinya, kan?"[Tentu saja, kamu akan menjadi orang pertama yang mengetahuinya.]Dion senang mendengarnya, kini dia tahu bahwa kakak iparnya tidak melupakannya.Setelah selesai makan, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Mereka akhirnya harus berpamitan ketika tiba waktunya Dion kembali ke kantor."Aku akan mengirimimu pesan nanti," katanya sambil menatap matanya.[Tentu, aku akan menunggu kabar darimu.]"Sampai jumpa lagi,
Hari-hari mulai berlalu dengan cepat, meskipun Roger dan pengacaranya telah berupaya sebaik mungkin untuk mencegahnya, berita tentang persidangan tersebut diketahui publik. Kini, semua media sedang menggali rincian tentang skandal besar tersebut, yang berarti keluarga yang terlibat mulai dilecehkan oleh wartawan yang penasaran.Selain itu, gosip menyebar dengan cepat di dalam Permana Group."Jadi … sekarang dia hanya pegawai biasa."“Dia pantas mendapatkannya.”"Benar, astaga, sungguh menjijikkan melihat wanita pirang bodoh itu berjalan kesana kemari dengan sombong."“Baguslah, tukang selingkuh itu mendapatkan apa yang pantas mereka terima.”“Sekarang dia tidak punya uang, dia tidak merasa berkuasa lagi.”Roger mengerutkan kening, menggenggam pensil itu erat-erat dan mematahkannya—para 'idiot' itu berbicara seolah-olah dia tidak hanya berjarak beberapa meter dari mereka.'Nanti saat aku menjadi presiden lagi, aku akan memecat kalian semua. Lihat saja nanti, aku akan membuat kal
Dion: Deborah, apakah kamu baik-baik saja? Deborah: Iya, aku sedang bersantai di rumah. Ada apa? O.o? Dion: Phew … baguslah. Di sini kacau X-X. Reporter dimana-mana, dan Ibu pasti akan histeris karena tidak bisa meninggalkan rumah tanpa diganggu. Deborah: Heh … tumben. Bukankah biasanya ibumu suka menjadi pusat perhatian? Dion: Dia suka sekali perhatian, tetapi tidak jika menyangkut skandal anak laki-laki kesayangannya. Deborah: Namun ini terjadi karena dia membiarkan Roger berselingkuh dengan Sofia. Jadi, aku tidak mengerti kenapa dia mengeluh tentang ini sekarang. :/ Dion: Aku tahu …. Oh ya, apakah para reporter sudah mulai menganggumu? Deborah: Jangan khawatir. Aku bersembunyi dengan baik, mereka tidak tahu dimana aku tinggal. Dion: Kamu yakin? Melihat semua keributan ini, bukan tidak mungkin tetanggamu membocorkan pada media tentang keberadaanmu. Deborah: Meskipun ada tetanggaku yang melakukan itu, tempatku tinggal ini keamanannya ketat. Mereka tidak akan bisa d
Di tengah-tengah skandal dan cobaan berat yang dihadapi kedua keluarga itu, hari persidangan yang mereka takutkan akhirnya tiba. Inilah saat pembuktiannya, dan semua orang memikirkan hal yang sama: membalas dendam pada Deborah. Mereka bersumpah saat mereka bertemu dengannya di persidangan, mereka akan membuatnya menyesali perbuatan bodohnya yang menimbulkan banyak masalah bagi mereka. Isabela adalah yang paling kesal karena teman-temannya mengabaikannya, membuatnya frustasi tanpa henti. “Nak, begitu kamu bertemu dengan si Bisu, jangan ragu untuk menghukumnya tanpa ampun atas apa yang telah dia lakukan,” perintah Isabela pada Roger saat dia keluar dari mobil. Mereka sekeluarga menemani Roger ke persidangan. “Kamu tidak boleh melakukan apa-apa,” Daniel menegur sambil menutup pintu mobil. “Ibu, memalukan sekali mendengar perkataan Ibu,” Dion berkata, berdiri di samping ayahnya setelah keluar dari mobil. “Jangan berani-beraninya kamu menghakimiku. Hormati aku,” Isabela berkat