“Ayah, aku juga mau keluar," kata Dion, berusaha menyembunyikan kegembiraannya."Baiklah, Nak, ini hampir jam makan siang," kata Daniel, menyadari ada yang Dion sembunyikan. "Apakah kamu ingin makan bersama?""Maaf Ayah, aku sudah ada rencana.""Oke, hati-hati. Ingatlah untuk kembali tepat waktu karena sebagai bos, kamu harus memberi contoh.""Mengerti," Dion berkata dengan gembira, lalu berbalik dan mulai berlari ke tempat yang disebutkan dalam pesan itu.Tempat pertemuannya adalah sebuah restoran, jadi ketika Dion tiba, dia meminta meja untuk dua orang di tempat yang agak terpencil demi privasi.Setelah duduk, dia mengirim pesan kepada orang itu untuk memberi tahu mereka bahwa dia sudah mendapatkan meja. Dion merasa sedikit cemas sekaligus senang karena kakak iparnya akhirnya menghubunginya. Dia menikmati kebersamaan mereka dan melihatnya sebagai saudara perempuan yang tidak pernah dia miliki.Sambil menunggu, dia memesan makanan untuk mereka berdua. Setelah sekitar lima men
“Jadi, kamu tinggal di mana sekarang?"[Itu rahasia.]"Ah, jahat."[Tetapi kalau kamu mau, aku bisa memberikan nomor ponselku.]"Boleh juga."[Aku masih belum bisa memberi tahukan di mana aku tinggal karena aku ingin luput dari perhatian sampai persidangan.]"Aku mengerti, Debbie. Untuk saat ini, aku akan menerima nomormu," katanya sambil mencatat nomornya. "Dan apakah kamu sudah tahu jenis kelaminnya?"[Kehamilanku baru dua setengah bulan.]"Ah ... begitu, tapi kamu akan memberitahuku begitu kamu mengetahuinya, kan?"[Tentu saja, kamu akan menjadi orang pertama yang mengetahuinya.]Dion senang mendengarnya, kini dia tahu bahwa kakak iparnya tidak melupakannya.Setelah selesai makan, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Mereka akhirnya harus berpamitan ketika tiba waktunya Dion kembali ke kantor."Aku akan mengirimimu pesan nanti," katanya sambil menatap matanya.[Tentu, aku akan menunggu kabar darimu.]"Sampai jumpa lagi,
Hari-hari mulai berlalu dengan cepat, meskipun Roger dan pengacaranya telah berupaya sebaik mungkin untuk mencegahnya, berita tentang persidangan tersebut diketahui publik. Kini, semua media sedang menggali rincian tentang skandal besar tersebut, yang berarti keluarga yang terlibat mulai dilecehkan oleh wartawan yang penasaran.Selain itu, gosip menyebar dengan cepat di dalam Permana Group."Jadi … sekarang dia hanya pegawai biasa."“Dia pantas mendapatkannya.”"Benar, astaga, sungguh menjijikkan melihat wanita pirang bodoh itu berjalan kesana kemari dengan sombong."“Baguslah, tukang selingkuh itu mendapatkan apa yang pantas mereka terima.”“Sekarang dia tidak punya uang, dia tidak merasa berkuasa lagi.”Roger mengerutkan kening, menggenggam pensil itu erat-erat dan mematahkannya—para 'idiot' itu berbicara seolah-olah dia tidak hanya berjarak beberapa meter dari mereka.'Nanti saat aku menjadi presiden lagi, aku akan memecat kalian semua. Lihat saja nanti, aku akan membuat kal
Dion: Deborah, apakah kamu baik-baik saja? Deborah: Iya, aku sedang bersantai di rumah. Ada apa? O.o? Dion: Phew … baguslah. Di sini kacau X-X. Reporter dimana-mana, dan Ibu pasti akan histeris karena tidak bisa meninggalkan rumah tanpa diganggu. Deborah: Heh … tumben. Bukankah biasanya ibumu suka menjadi pusat perhatian? Dion: Dia suka sekali perhatian, tetapi tidak jika menyangkut skandal anak laki-laki kesayangannya. Deborah: Namun ini terjadi karena dia membiarkan Roger berselingkuh dengan Sofia. Jadi, aku tidak mengerti kenapa dia mengeluh tentang ini sekarang. :/ Dion: Aku tahu …. Oh ya, apakah para reporter sudah mulai menganggumu? Deborah: Jangan khawatir. Aku bersembunyi dengan baik, mereka tidak tahu dimana aku tinggal. Dion: Kamu yakin? Melihat semua keributan ini, bukan tidak mungkin tetanggamu membocorkan pada media tentang keberadaanmu. Deborah: Meskipun ada tetanggaku yang melakukan itu, tempatku tinggal ini keamanannya ketat. Mereka tidak akan bisa d
Di tengah-tengah skandal dan cobaan berat yang dihadapi kedua keluarga itu, hari persidangan yang mereka takutkan akhirnya tiba. Inilah saat pembuktiannya, dan semua orang memikirkan hal yang sama: membalas dendam pada Deborah. Mereka bersumpah saat mereka bertemu dengannya di persidangan, mereka akan membuatnya menyesali perbuatan bodohnya yang menimbulkan banyak masalah bagi mereka. Isabela adalah yang paling kesal karena teman-temannya mengabaikannya, membuatnya frustasi tanpa henti. “Nak, begitu kamu bertemu dengan si Bisu, jangan ragu untuk menghukumnya tanpa ampun atas apa yang telah dia lakukan,” perintah Isabela pada Roger saat dia keluar dari mobil. Mereka sekeluarga menemani Roger ke persidangan. “Kamu tidak boleh melakukan apa-apa,” Daniel menegur sambil menutup pintu mobil. “Ibu, memalukan sekali mendengar perkataan Ibu,” Dion berkata, berdiri di samping ayahnya setelah keluar dari mobil. “Jangan berani-beraninya kamu menghakimiku. Hormati aku,” Isabela berkat
Roger menatapnya sesaat dengan bingung, hingga akhirnya dia menyadari Caroline sedang menoleh ke arah kirinya. Ucapan Caroline juga menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Saat mereka menoleh ke arah mata Caroline tertuju, mereka dikejutkan oleh seorang wanita cantik berambut cokelat pendek yang berjalan mendekat. Roger merasa seakan dia berada dalam mimpi atau acara lelucon di televisi karena tidak mungkin wanita cantik di depannya ini adalah Deborah, istrinya yang bisu. Wanita ini berdandan dengan rapi, dengan riasan wajahnya dan pakaiannya yang baru: blus putih lengan panjang dan rok pensil yang menonjolkan tubuh indahnya yang langsing. Saat wanita itu berjalan melewatinya, dia bertanya-tanya apakah Deborah memang secantik ini. Dalam ingatannya, Deborah selalu mengenakan pakaian yang sama sejak mereka menikah, dan menurutnya itu menjijikkan dan tidak menarik. [Halo, Roger.] Deborah berdiri di samping Christian. Roger kini yakin wanita itu adalah Deborah. Roger mengena
Bab 34[Aku mau kita cerai.] Roger sejenak bersyukur Deborah tidak bisa bicara, mengira tidak ada yang mengerti perkataannya. Namun, setelah itu dia mendengar beberapa reporter mengulangi perkataan Deborah, menandakan mereka memiliki penerjemah. "Deborah, dasar perempuan tidak tahu diuntung,” Isabela mencaci sambil bergegas melangkah mendekat, dia sudah muak mendengar keluah si Bisu. Isabela tidak mau lagi menoleransi apa pun yang dilakukan dan akan dilakukan Deborah untuk membantu anaknya membuat Deborah sadar akan situasinya. "Bu, harap mundur. Hanya yang terlibat dalam persidangan yang bisa berada di sini,” kata Christian. "Tidak usah ikut campur kamu, laki-laki kurang ajar,” Isabela membentak Christian sebelum menoleh kembali ke menantunya. "Dan kamu, kamu harus hentikan semua ini. Apakah kamu tidak tahu kamu menyakiti anakku yang malang dengan keluhanmu yang tidak masuk akan?” "Malang atau tidak, kita bisa lihat nanti,” ucap sebuah suara yang terdengar berat, hakim te
“Apa …? Itu konyol—" "Namun, saya senang Anda mengungkit tentang hal itu. Saya ingin bertanya, mengapa Anda menyatakan klien saya tidak punya uang, padahal dia adalah istri Tuan Permana?” Christian menoleh ke arah Roger. “Jelaskan pada saya, bagaimana bisa istri dari seorang CEO milyarder tidak punya cukup uang untuk menyewa pengacara?” Orang-orang di ruang persidangan mulai bergumam, tertarik pada detail itu. "Um … itu ..." John kesulitan menjawab, merasa bodoh dia tidak terpikirkan hal ini sebelumnya. “Nyatanya, pernyataan Anda itu tidak masuk akal,” Christian melanjutkan, “Bagaimana bisa Anda membuat klaim bahwa klien Anda adalah suami yang setia tetapi pada saat yang sama Anda juga dengan bangga mengumumkan bahwa istrinya tidak punya uang? Apakah klien Anda memperlakukan istrinya lebih buruk dari pada budak? Bahkan pembantu pun dibayar untuk membesihkan rumah.” John dan Roger merengut, menyadari mereka tidak punya alasan untuk membantah argumen itu. "Harap tenang,"