Di tengah-tengah skandal dan cobaan berat yang dihadapi kedua keluarga itu, hari persidangan yang mereka takutkan akhirnya tiba. Inilah saat pembuktiannya, dan semua orang memikirkan hal yang sama: membalas dendam pada Deborah. Mereka bersumpah saat mereka bertemu dengannya di persidangan, mereka akan membuatnya menyesali perbuatan bodohnya yang menimbulkan banyak masalah bagi mereka. Isabela adalah yang paling kesal karena teman-temannya mengabaikannya, membuatnya frustasi tanpa henti. “Nak, begitu kamu bertemu dengan si Bisu, jangan ragu untuk menghukumnya tanpa ampun atas apa yang telah dia lakukan,” perintah Isabela pada Roger saat dia keluar dari mobil. Mereka sekeluarga menemani Roger ke persidangan. “Kamu tidak boleh melakukan apa-apa,” Daniel menegur sambil menutup pintu mobil. “Ibu, memalukan sekali mendengar perkataan Ibu,” Dion berkata, berdiri di samping ayahnya setelah keluar dari mobil. “Jangan berani-beraninya kamu menghakimiku. Hormati aku,” Isabela berkat
Roger menatapnya sesaat dengan bingung, hingga akhirnya dia menyadari Caroline sedang menoleh ke arah kirinya. Ucapan Caroline juga menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Saat mereka menoleh ke arah mata Caroline tertuju, mereka dikejutkan oleh seorang wanita cantik berambut cokelat pendek yang berjalan mendekat. Roger merasa seakan dia berada dalam mimpi atau acara lelucon di televisi karena tidak mungkin wanita cantik di depannya ini adalah Deborah, istrinya yang bisu. Wanita ini berdandan dengan rapi, dengan riasan wajahnya dan pakaiannya yang baru: blus putih lengan panjang dan rok pensil yang menonjolkan tubuh indahnya yang langsing. Saat wanita itu berjalan melewatinya, dia bertanya-tanya apakah Deborah memang secantik ini. Dalam ingatannya, Deborah selalu mengenakan pakaian yang sama sejak mereka menikah, dan menurutnya itu menjijikkan dan tidak menarik. [Halo, Roger.] Deborah berdiri di samping Christian. Roger kini yakin wanita itu adalah Deborah. Roger mengena
Bab 34[Aku mau kita cerai.] Roger sejenak bersyukur Deborah tidak bisa bicara, mengira tidak ada yang mengerti perkataannya. Namun, setelah itu dia mendengar beberapa reporter mengulangi perkataan Deborah, menandakan mereka memiliki penerjemah. "Deborah, dasar perempuan tidak tahu diuntung,” Isabela mencaci sambil bergegas melangkah mendekat, dia sudah muak mendengar keluah si Bisu. Isabela tidak mau lagi menoleransi apa pun yang dilakukan dan akan dilakukan Deborah untuk membantu anaknya membuat Deborah sadar akan situasinya. "Bu, harap mundur. Hanya yang terlibat dalam persidangan yang bisa berada di sini,” kata Christian. "Tidak usah ikut campur kamu, laki-laki kurang ajar,” Isabela membentak Christian sebelum menoleh kembali ke menantunya. "Dan kamu, kamu harus hentikan semua ini. Apakah kamu tidak tahu kamu menyakiti anakku yang malang dengan keluhanmu yang tidak masuk akan?” "Malang atau tidak, kita bisa lihat nanti,” ucap sebuah suara yang terdengar berat, hakim te
“Apa …? Itu konyol—" "Namun, saya senang Anda mengungkit tentang hal itu. Saya ingin bertanya, mengapa Anda menyatakan klien saya tidak punya uang, padahal dia adalah istri Tuan Permana?” Christian menoleh ke arah Roger. “Jelaskan pada saya, bagaimana bisa istri dari seorang CEO milyarder tidak punya cukup uang untuk menyewa pengacara?” Orang-orang di ruang persidangan mulai bergumam, tertarik pada detail itu. "Um … itu ..." John kesulitan menjawab, merasa bodoh dia tidak terpikirkan hal ini sebelumnya. “Nyatanya, pernyataan Anda itu tidak masuk akal,” Christian melanjutkan, “Bagaimana bisa Anda membuat klaim bahwa klien Anda adalah suami yang setia tetapi pada saat yang sama Anda juga dengan bangga mengumumkan bahwa istrinya tidak punya uang? Apakah klien Anda memperlakukan istrinya lebih buruk dari pada budak? Bahkan pembantu pun dibayar untuk membesihkan rumah.” John dan Roger merengut, menyadari mereka tidak punya alasan untuk membantah argumen itu. "Harap tenang,"
“Jika demikian, kita perlu menunda persidangan ini.” ‘Kena kamu, bodoh,’ adalah isi pikiran Roger, dia tersenyum dengan licik. Berkat kenalannya, dia menemukan nama penerjemah untuk persidangan ini dan menyuapnya untuk tidak datang. Artinya, persidangan hari ini akan ditunda, memaksa Deborah untuk kembali ke apartemen mereka bersamanya. Roger dan John senang karena, tanpa penerjemah, persidangan harus ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan. Ini akan memberi mereka waktu untuk menyiapkan argumen mereka atau malah mencari cara untuk membatalkan persidangannya. Christian melihat senyum mereka dan menyimpulkan merekalah dalang di balik ketidakhadiran sang penerjemah, tetapi Christian tidak mau menyerah segampang itu. "Tanpa penerjemah, saya khawatir saya harus ...”“Yang Mulia, jika diperbolehkan, istri saya bisa menjadi penerjemah Ibu Deborah,” Christian menyela dengan cepat. “Keberatan,” John berkata sambil bangkit dari tempat duduk. “Itu tidak mungkin diperbolehkan
“Itu tidak benar. Saya membutuhkan Deborah di sisi saya,” Roger berkata, bangkit dari tempat duduknya. “Untuk dijadikan pembantu yang memasak dan bersih-bersih dengan gratis?” Christian membalas dengan sinis. “Bukti perselingkuhan Anda sudah sangat jelas. Sudah jelas bahwa perselingkuhan ini dimulai sejak awal pernikahan kalian. Anda tidak pernah menghargai Deborah, mengapa menolak bercerai? Jelas-jelas Anda tidak mencintai atau pun menghargainya.” Christian memberikan sebuah map berisi lebih banyak bukti tentang bagaimana buruknya Deborah diperlakukan di rumah. Roger merengut dan mengepalkan tinjunya, dia sangat ingin memukul orang bodoh yang suka ikut campur ini, tetapi dia harus menahan dirinya sendiri. John juga khawatir melihat situasi ini. Video itu sendiri bisa menjadi bom bagi mereka, dan dia menyadari betapa tidak bergunanya semua argumen yang telah dia siapkan. Roger memamerkan perselingkuhannya dengan sangat terbuka sehingga semua orang di perusahannya tahu betapa d
“Anda tidak bisa melakukan itu, Yang Mulia,” seru Roger dengan amarah yang bergejolak. “Kalau begitu beri tahu saya, mengapa saya harus menolak gugatan cerai ini?” desak hakim. Roger melirik John, membiarkannya mengambil alih karena dia sudah tidak mampu menahan penghinaan ini. "Mohon maaf, Yang Mulia ..." John berdiri, berusaha tampak percaya diri saat dia mendekati podium hakim dengan map di tangannya. “Drama tragis yang diceritakan oleh Kuasa Hukum Penggugat adalah karangan belaka,” ungkapnya, menatap Christian sebelum dia menyerahkan salinan dari dokumen itu. “Seperti yang bisa Anda lihat, klien saya mengirim dua ratus delapan puluh lima juta setiap bulannya ke rekening Nyonya Permana untuk membayar pengeluaran mereka. Jika dia mengklaim dia hanya menggunakan lima belas juta dari uang tersebut, maka itu adalah pilihannya sendiri.”“Menarik, tetapi yang saya lihat di sini, nomor rekeningnya berbeda,” hakim menyatakan. “Berarti ada yang berbohong.” “Jelas-jelas Nyonya Per
“Nyonya Isabela Permana, silakan maju ke podium,” perintah hakim. Isabela mendekati podium, melafalkan sumpahnya, lalu duduk. "Nyonya Isabela Permana, bisakah Anda jelaskan kepada kami bagaimana putra Anda dibuat menderita oleh—" "Keberatan," Christian menyela. "Jika Pak Roger mencintai Bu Deborah, bagaimana mungkin Ibu Deborah bersikap kejam dan kasar pada ibu mertuanya? Bukankah ini semua bertentangan?” “Sama sekali tidak. Wanita itu memperdayai anak saya, membuatnya jatuh cinta, tetapi diam-diam dia memperlakukan saya dengan buruk dan menghina saya,” Isabela menjawab dengan dilebih-lebihkan. “Saya penasaran bagaimana bisa Anda tersinggung dengan gerakan tangan pada bahasa isyarat,” Christian berkata, memelototi wanita tua itu. "Jangan mengganggu sesi pertanyaan saya," John membalas dengan marah. "Kuasa Hukum Penggugat, tunggu giliran Anda." "Ck ...." [Tenanglah, Christian.] Deborah berisyarat. “Jadi, Nyonya Isabela Permana, bisakah Anda menjelaskan apa yang And