“Tapi tiga ratus tujuh puluh lima juta itu terlalu ba—" "Lalu kenapa? Kamu mengirim dua ratus delapan puluh lima juta ke selingkuhanmu, tentu tidak susah bagimu untuk mendapatkan uang sebanyak itu.” "Aku bisa membayarnya jika Ayah mengembalikan pekerjaanku.” "Tidak, Roger. Itu adalah hukumanmu; kamu harus mencari kerja seperti orang-orang lain di luar sana, untuk menafkahi selingkuhanmu dan membayar kompensasi untuk Deborah dan anakmu, tanpa bantuan dariku.” "Sebentar ... maksud Ayah apa aku harus mencari pekerjaan?” tanya Roger panik. “Kamu harus mencari kerja, karena kamu dipecat dari perusahaan.” "Apa?!" Isabela dan Roger sama-sama terkejut. "Daniel, bukahkah ini sedikit keterlaluan? Roger itu anakmu dan—" "Dia adalah karyawan yang bolos tanpa alasan.”"Tanpa alasan? Dia masuk penjara!” "Namun itu karena dia membuat hakim kesal, bukan?” "Daniel, kamu ini harus adil.” “Bukan aku yang memecatnya, tetapi atasannya langsung, dan aku menghargai keputusan Edgar.
Sejenak, Roger masih tercengang, karena dia kini sudah benar-benar kehilangan segalanya. Semua terasa tidak nyata. Dia tadinya adalah putra tertua dari Keluarga Permana yang merupakan keluarga terkaya kedua di seluruh negeri. Sekarang, dia sudah menjadi seseorang yang bukan siapa-siapa lagi, tanpa uang atau pun bantuan dari keluarganya. Semua ini karena si Bisu yang bodoh itu. Pada saat dia memikirkan Deborah, dia langsung mengepalkan tinjunya. Dia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ini semua belum berakhir; dia akan merampas kembali semua yang merupakan miliknya, tidak peduli berapa lama waktu yang diperlukan. "Nak ..." Suara ibunya menyela isi pikirannya. Ibunya tampak sangat tertekan tentang segala yang terjadi, apalagi kini dia tidak punya rumah. “Tenang saja, Bu,” dia berkata sambil mendekati dan memeluknya. “Ini ... ini semua hanya masalah yang akan berlalu dalam beberapa hari.” Dia berusaha terdengar percaya diri tetapi dia juga merasa ragu mengingat bagaimana ayahn
Isabela menunjuk perut Sofia. “Kamu salah, sayang. Dia akan menjadi cucu keduaku,” katanya. “Apa maksudnya?” Sofia kebingungan. “Deborah hamil sebulan lebih cepat dari pada kamu,” Roger ikut menjawab dengan lengan terlipat. Sofia membelalak, “Tunggu, yang benar?” “Iya,” Roger membenarkan. “Jadi menggunakan bayi itu untuk memenangkan hati ayahku tidak akan berhasil. Dia mengumumkan di muka publik bahwa dia hanya akan mengakui satu cucu yaitu anak dari Deborah.” “Namun mungkin Sofia dan anak haramnya bisa membantu kita,” Isabela merenung. “Kalau anak Sofia laki-laki, kita masih punya kesempatan untuk merebut kembali semuanya.” Sofia menyela, “Sebentar, kenapa Ibu memanggil anakku ini anak haram?” “Perusahaan Permana selalu diwariskan ke anak pertama,” Roger menjelaskan. “Jika anak Sofia ini laki-laki, secara tradisi, dan juga memang masuk akal kalau kita mendapat kesempatan untuk merebut kembali semuanya demi anak itu.” Kegegeran Roger bertambah. “Namun bagaimana jika
Setelah beberapa hari, Deborah bertemu Christian lagi di kantornya untuk membahas cara membuka kembali kasus kematian ibunya—dia tidak percaya itu adalah kecelakaan. Christian dan teman-temannya mengumpulkan semua materi yang ada tentang Alexandra Nugroho selagi mereka duduk mengelilingi meja. Ketiga orang itu meneliti dokumen-dokumen yang ada, tetapi mereka tidak menemukan apa pun yang bisa berguna untuk membuka kembali kasus itu. "Ah ... tidak ada," asisten Christian mengeluh. "Di sini juga tidak ada apa-apa. Hei Deborah, apakah kamu ingat ada hal yang aneh atau mencurigakan di hari itu?” tanya Christian, sedikit kesal tentang betapa sempurnyanya laporan penyelidikan itu dinyatakan sebagai kecelakaan. [Ingatanku agak buram, tetapi aku tahu aku saat itu bersamanya.] "Hei! Tunggu, aku menemukan sesuatu," seru Alan dengan gembira setelah membaca suatu laporan di laptopnya. [Apa yang kamu temukan, Alan?] "Dikatakan di sini, Nyonya Alexandra Nugroho mengalami kecelakaan
Dalam perjalanan pulang, Deborah memesan makanan untuk semua orang. Kedatangan mereka bertepatan dengan sampainya pengirim makanan. [Waktu yang tepat.] Deborah tergelak saat dia membuka pintu dan membayar makananya. Caroline memerintahkan temannya itu untuk mandi begitu mereka memasuki rumah. “Aku yang akan menyajikan makanannya.” [Iya, Ibu.] Deborah menjawab dengan bercanda. "Hei Deborah, boleh tahu sandi internetmumu? " Christian bertanya. [Ada di buku catatan kecil warna merah muda di atas laptopku.] Dia berisyarat sebelum masuk ke kamar mandi untuk mandi. "Oh, terima kasih,” jawab Christian, dia duduk di ruang tamu untuk memeriksa sesuatu di komputernya. "Oh, sayang, berhenti bekerja dan bantu aku sini," Caroline mengeluh melihat suaminya sibuk dalam pekerjaannya lagi. “Sebentar, sayang. Aku hanya ingin memeriksa pasar saham sebentar.” “Kamu masih bermain saham?” “Iya, karena seseorang mengatakan padaku dia ingin punya rumah kecil di daerah sini.” Dia mel
Malam itu tampak indah dalam perayaan besar yang menghadirkan banyak tokoh-tokoh yang penting dan berkuasa di masyarakat untuk mengenang hari jadi kota. Orang-orang yang penting atau memiliki banyak uang, semuanya diundang. Lebih dari sekedar mengenang, semua mata dan telinga tertuju pada Keluarga Permana. Beberapa telah mendengar hasil persidangan yang membuat Daniel dan Isabela mengumumkan perceraian mereka—kebanyakan dari mereka ingin mengetahui kebenaran kabar itu. Untuk alasan yang sama, Roger menerima undangan terpisah yang memperbolehkannya membawa teman. Karena itulah, Sofia kini sedang dengan gembira merias diri untuk pesta mewah itu. "Kamu tahu, Roger, pesta ini akan terasa berbeda karena aku tidak punya perhiasan baru untuk dipakai,” Sofia cemberut karena Roger biasanya selalu menghadiahkannya satu pasang perhiasan setiap kali mereka menghadiri acara seperti ini. "Berhentilah mengeluh,” Isabela berkata, sudah muak dengan Sofia, dia sempat berpikir alangkah baiknya ji
“Tuan, hari ini istri Tuan berulang tahun. Apakah Tuan tidak ingin kembali ke apartemen?" tanya sopir mobil SUV mewah itu."Sudah kubilang jangan membicarakan dia," bentak pria berambut hitam itu sambil mengerutkan kening."Maaf, Tuan," kata sopir itu, tampak gelisah. Dia pun melanjutkan perjalanan kembali ke perusahaan.Roger Permana, yang merupakan CEO perusahaan teknologi terkemuka di seluruh kota, meringis sebelum bersandar di kursinya dan menatap ke luar jendela.Dia yang nyaris sempurna adalah kebanggaan keluarganya, namun bakat dan ketampanannya tertutupi oleh satu kekurangan: wanita yang tinggal serumah dengannya, wanita yang menghancurkan hidupnya.Roger mengerutkan kening lagi, memikirkan wanita itu. Dia sangat membenci wanita itu hingga dia bahkan mengutuk keberadaannya, bertanya-tanya mengapa wanita itu tidak mati saja. Sungguh sial, dia terikat pada wanita itu selamanya dalam takdir yang kejam.Ketika mereka sampai di perusahaan, Roger menghela nafas dan keluar untuk
“Jadi, kamu merekam mereka sedang berhubungan seks?" tanya wanita itu melalui telepon.Lawan bicaranya membalas dengan kode Morse: [Iya, dia tidak mematikan telepon.]"Bagus sekali ... Yah, kamu tahu rencana kita bagaimana."[Jangan khawatir, aku mengerti.]"Saat aku membawakan kue dan hadiahmu besok, berikan rekaman itu padaku agar aku bisa menyerahkannya pada suamiku untuk membantumu mengajukan gugatan cerai."[Terima kasih.]"Kamu tidak perlu berterima kasih padaku. Istirahatlah yang baik." kata orang itu sebelum mengakhiri panggilan.Wanita yang berkomunikasi dalam kode Morse itu menghela nafas, matanya perih karena air mata yang akan segera tumpah. Mengingat tentang suaminya yang menyatakan cintanya kepada selingkuhannya sungguh menyakitkan.Dia berjalan perlahan ke kamarnya dan berhenti di depan cermin besar di lorong. Pantulan cermin itu memperlihatkan seorang wanita cantik dengan rambut coklat agak bergelombang, meski matanya sembab karena bersedih. Warna biru matanya u