Desahan panjang terdengar dari sebuah kamar. Bima, lelaki yang akhirnya mendapatkan kepuasan segera meninggalkan sang istri yang tengah menangis sedih.
Pagi ini Bima mengatakan akan menceraikan wanita yang berstatus sebagai istri selama tiga tahun itu yang ternyata mandul dan tidak dapat memberikannya keturunan.“Percuma saja kamu menangis, Bima tidak akan pernah kembali lagi kepadamu. Perasaan suka dan cintanya terhadapmu sudah hilang karena kamu itu hanyalah wanita mandul yang tidak dapat memberikannya anak!" ucap Saras."Ya, untuk apa Kak Bima tetap mempertahankan pernikahannya dengan wanita mandul sepertimu. Apalagi kamu itu juga sudah tidak cantik lagi, harta saja juga sudah tidak punya. Keputusan Kak Bima untuk menceraikanmu memang sudah yang paling tepat," ucap Sarla.Saras dan Sarla memang adalah orang-orang yang sejak awal tidak menyetujui pernikahan antara Bima dan Rieta. Itulah sebabnya saat mereka berdua mendengar kabar tentang perceraian Bima dan Rieta, mereka berdua merasa sangat senang dan juga merasa menang. Saras adalah kakak Bima, sedangkan Sarla adalah adik Bima.'Apakah benar yang dikatakan oleh Kak Saras dan juga Sarla, kalau aku ini sudah tidak berguna lagi sekarang?' batin Rieta bersedih memikirkan nasibnya.“Heee, untuk apa kamu masih melamun di sini? Sana cepat masuk ke kamar dan bereskan semua barang-barangmu. Karena sebentar lagi aku yakin Kak Bima pasti akan mengusirmu,” ucap Sarla menghentakkan kaki.Mendengar kata-kata Sarla membuat hati Rieta merasa sangat sakit. Ia pun segera berjalan menuju kamar dan mulai memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dan juga koper.Sebenarnya semua barang-barang milik Rieta adalah barang-barang lama. Selama tiga tahun menikah dengan Bima, Rieta sangat jarang berbelanja. Bahkan uang untuk shoping saja Bima tidak pernah memberikan.Rieta Bonanza, itulah nama istri Bima. Wanita bertubuh gemuk dan juga tidak cantik lagi.Awal mula pernikahan mereka dulu karena Rieta asal memilih pasangan. Rieta kesal karena setiap hari di serang dengan pertanyaan kapan menikah dengan keluarga besarnya.3 tahun memang bukanlah waktu yang singkat. Rieta bisa bertahan dengan Bima karena awalnya Bima sangat menyukai Rieta. Tetapi lama kelamaan Bima mulai tidak menghiraukan dan juga menjauhi Rieta.Rieta adalah anak yatim piatu. Meskipun begitu dirinya dulu memiliki beberapa harta warisan. Sayangnya harta warisan tersebut saat ini sudah habis dipakai oleh Bima dengan alasan untuk keperluan modal usaha. Saat ini Rieta sudah tidak memiliki apa-apa lagi, semua harta warisannya sudah habis dan yang tersisa hanyalah pakaian, cincin pernikahan, dan juga gelang masa kecil dari peninggalan sang ibu.Setelah selesai berkemas, Rieta tinggal menunggu keputusan dari Bima. Apakah ia benar-benar akan diceraikan dan diusir malam ini juga atau Bima masih mau mempertahankan rumah tangganya tersebut."Untuk apa kamu masih berada di sini? Belum jelas tadi pagi aku bilang kalau aku akan menceraikanmu, Ta!" ucap Bima saat membuka pintu kamarnya dan masih melihat sosok Rieta yang tengah melamun."Tapi Bim, apa karena aku mandul lalu kamu tega menceraikanku begitu saja? Padahal sudah tiga tahun kita hidup bersama," jawab Rieta."Hahaha. Selama tiga tahun aku merasa sangat bodoh Ta, karena ternyata kamu sudah membohongiku. Kamu wanita mandul dan hanya mempermainkanku. Padahal aku sangat berharap bisa memiliki keturunan darimu," ucap Bima."Aku tidak berbohong Bim, aku juga tidak tahu kalau ternyata aku ini mandul," ucap Rieta sambil menangis."Malam ini kamu aku ceraikan Rieta, besok aku akan mengurus surat perceraian kita di kantor agama. Kamu hanya tinggal menunggu surat panggilan dan menandatanganinya saja. Dan ini, aku ada sedikit uang untukmu sebagai modal untuk mencari tempat tinggal dan juga biaya hidup selama mungkin satu bulan. Aku lelaki yang bertanggung jawab karena mengusirmu dan menceraikanmu dengan memberikan uang," ucap Bima melempar amplop berwarna cokelat kepada Rieta.Rieta membuka amplop cokelat yang diberikan oleh Bima, ternyata isinya adalah uang yang berjumlah 5 juta. Hati Rieta begitu sakit karena dirinya hanya dihargai 5 juta oleh Bima.Saras dan Sarla tersenyum bahagia saat melihat Rieta melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Akhirnya pengganggu di rumah mereka pergi untuk selama-lamanya."Seharusnya sudah sejak dulu kakak menceraikan dan mengusir wanita mandul itu. Sudah tidak ada gunanya dia berada di rumah ini. Hartanya kan juga sudah habis. Wajah cantik juga tidak. Jadi apalagi yang bisa dibanggakan dari si Rieta itu?" ucap Sarla."Cukup Sarla, jangan mengungkit lagi masalah harta itu. Aku tidak ingin mendengarnya," ucap Bima menatap tajam sang adik lalu memilih masuk ke dalam kamar."Ck, payah sekali kak Bima ini. Padahal apa yang aku katakan itu benar faktanya," ucap Sarla merasa kesal."Sudah La, jangan mengganggu Bima dulu. Bercerai bukanlah hal yang mudah, apalagi dia sudah tiga tahun menikah dan menjalin hubungan dengan wanita mandul itu. Ayo sekarang sebaiknya kamu juga masuk ke dalam kamar dan tidur. Ini sudah malam," ucap Saras."Baik kak," jawab Sarla segera masuk ke dalam kamar mengikuti perintah sang kakak.Saras, adalah seorang wanita yang bekerja sebagai apoteker di sebuah rumah sakit kecil di pinggiran kota. Saras, Bima dan Sarla memang tinggal di dalam satu rumah milik peninggalan kedua orang tua mereka.Saras adalah orang pertama yang mengenalkan Bima kepada Rieta. Saras bisa mengenal Rieta dari temannya yang bekerja di rumah sakit yang kebetulan adalah tetangga Rieta dulu.Dulunya tubuh Rieta memang ramping dan juga cantik. Namun setelah tiga tahun menikah dengan Bima, entah mengapa tubuhnya lama-kelamaan menjadi mengembang.Rieta dengan mudahnya dulu langsung menerima lamaran Bima karena akhirnya ada juga seorang lelaki yang mau menikahi dirinya. Perawan tua yang tidak kunjung menikah. Dulu saat menikah, umur Rieta memang sudah menginjak usia 30 tahun. Sedang Bima berusia 31 tahun.Tujuan Saras dulu mengenalkan Rieta kepada Bima hanya karena Saras mengincar harta warisan milik Rieta saja."Maafkan aku Rieta, tapi memang sebaiknya kita sudahi pernikahan ini. Aku tidak mau membuatmu menderita lagi," ucap Bima mengusap kasar wajahnya didalam kamar.Sejujurnya Bima khawatir dengan kondisi Rieta. Apalagi saat ini waktu juga sudah sangat malam. Ia khawatir jika Rieta belum mendapatkan tempat untuk berteduh malam ini.GludukGludukSuara guntur sudah mulai terdengar karena memang musim hujan sudah mulai datang.Rieta masih berjalan menyeret kopernya dengan tatapan kosong. Ia bingung harus pergi kemana saat ini.'Kamu tega sekali Bim, menceraikan aku disaat seperti ini. Padahal dulu kamu selalu mengatakan hal-hal manis untuk kehidupan masa depan kita. Seharusnya kita bisa mencari jalan keluar dari masalah kita ini secara bersama-sama. Tapi ternyata kamu lebih memilih untuk menceraikanku,' batin Rieta meneteskan air mata mengingat kenangan indah dirinya bersama dengan Bima dulu."Berhenti," ucap seseorang yang membuat Rieta kaget dan juga takut.2 orang lelaki menggunakan masker dan topi tiba-tiba turun dari motor. Rieta pun merasa ketakutan. Ia hanya bisa berdoa dan juga memegang erat tas yang sedang ia bawa tersebut karena didalamnya terdapat uang sebanyak 5 juta pemberian dari Bima. "Si-siapa kalian berdua?" tanya Rieta memberanikan diri. "Serahkan tas yang kau pegang itu!" ucap salah seorang dari mereka sambil mengeluarkan pisau lipat dari balik jaket yang ia gunakan. "Tidak, tolong jangan ganggu aku," ucap Rieta berusaha melindungi diri dan juga mempertahankan tas yang ia bawa."Banyak bicara kau," ucap salah seorang dari lelaki tersebut merampas secara paksa tas yang dibawa oleh Rieta kemudian kedua lelaki tersebut pergi meninggalkan Rieta begitu saja. "Tolong, tolong ada perampok!" teriak Rieta mencari pertolongan. Sayangnya jalanan yang dilalui Rieta sangatlah sepi malam ini, tidak ada satupun orang yang lewat. Sehingga tidak ada orang yang dapat menolong dirinya untuk mengejar perampok tersebut. "Hiks hiks hiks,
Ternyata yang berteriak adalah lelaki pemilik cafe tersebut. Rieta hampir saja kejatuhan kotoran burung yang sedang berada diatas atap cafe."Selamat pagi. Maaf sudah mengagetkanmu.""Selamat pagi tuan, saya kira siapa tadi yang berteriak. Tapi terima kasih karena tuan saya jadi tidak kena kotoran burung.""Hahaha it's oke. Hmmm, saya mencium aroma kopi yang begitu nikmat. Apa ibu sedang membuat kopi?""Maaf jika saya sudah mengacak-acak dapur di cafe ini tuan. Kebetulan saya membuat secangkir kopi dan juga roti bakar untuk tuan sebagai ucapan terima kasih saya kepada tuan. Tetapi maaf karena semua bahannya berasal dari cafe milik tuan sendiri." "Ya ampun Bu, kenapa pakai repot-repot segala membuatkan saya kopi. Saya kan jadi tidak enak. Tapi terima kasih banyak. Saya juga penasaran dengan kopi buatan ibu karena dari aromanya saja sudah sangat menggoda." "Hehehe, silahkan dicoba tuan." Lelaki tersebut segera meminum kopi buatan Rieta. Dan ternyata rasanya sesuai dengan aroma yang te
"Astaga Vi, ada apa?" jawab Rieta berlari menghampiri Viona dengan tergesa-gesa karena saat itu dirinya tengah sibuk mengangkat pakaian kering. Ia sangat khawatir jika terjadi sesuatu terhadap Viona yang berteriak begitu keras. "Ya ampun Rieta, kamu itu benar-benar hebat," ucap Viona yang langsung memeluk tubuh Rieta dengan sangat erat. "Uhuk uhuk. Vi, lepaskan pelukanmu," ucap Rieta memukul lengan Vioan dan berusaha melepaskan pelukan Viona yang begitu erat. "Upss, sorry Ta. Aku terlalu bahagia." "Memangnya ada apa Vi sampai kamu sebahagia ini?" tanya Rieta penasaran. "Lirik lagu yang kamu buat itu langsung laku dan akan dibeli oleh produser Jason. Nanti malam aku mau bertemu dengan dia, kamu mau ikut tidak? Produser Jason ingin sekali bertemu denganku. Tapi kalau sendiri aku sedikit takut karena ini pertama kalinya bagiku datang menemui produser Jason. Biasanya aku kan mengirimkan karya kepada produser Ali." "Boleh Vi kalau kamu mau mengajakku untuk menemanimu. Aku malah merasa
Viona segera membaca dengan seksama email balasan dari produser Ali."Waaaa, yes yes yes. Asikkkk," teriak Viona begitu keras. "Astaga Vi, kamu kenapa teriak-teriak begitu? Apa kamu kesurupan?" ucap Viona terbangun dari tidur siangnya karena kaget mendengar suara teriakan Viona. "Ihh, aku itu sedang bahagia tahu Ta." "Bahagia kenapa? Kamu itu ya Vi, senang sekali membuat orang jantungan." "Akhirnya produser Ali sembuh, dan beliau langsung mau menerima dan membeli lirik lagu milikmu Ta. Dan besok aku disuruh datang langsung ke kantornya. Aku disuruh ikut serta dalam memilih penyanyi yang pantas membawakan lagu tersebut." "Benarkah begitu Vi? Syukurlah kalau hadiah yang aku berikan kepadamu bisa berguna." "Jadi kamu mau ikut aku tidak besok Ta? Kalau kamu mau ikut, besok pagi-pagi sekali kita harus segera berangkat. Aku akan meminjamkan pakaian untukmu karena bertemu produser itu kita harus menggunakan pakaian yang rapi dan juga menarik supaya meyakinkan kalau kita ini menghargai h
"Sabar Vi. Kamu mau teriak sekeras apapun orang itu tidak akan dengar. Sudah ayo kita ke supermarket.""Dasar orang gila," ucap Viona yang masih merasa kesal karena mobil yang melempar sampah sembarangan itu tidak berhenti sama sekali.Sambil menunggu Viona membeli gula dan keperluan lainnya, Rieta mengecek saldo tabungannya di mesin ATM yang terdapat didekat supermarket.Ini adalah gaji pertama Rieta bekerja sebagai seorang penyanyi dan pembuat lagu. Meskipun wajahnya tidak terekspos sama sekali justru Rieta merasa lebih percaya diri karena wajahnya tidak dipertontonkan oleh semua orang. "Hari ini aku ingin mentraktirkanmu makan. Kamu mau makan apa Vi malam ini?" "Ciee yang sudah jadi penyanyi, sudah bisa mentraktir makan malam nih," ucap Viona menggoda dan menyenggol lengan Rieta. "Aku belum jadi apa-apa Vi, ini baru permulaan dan semua ini bisa terjadi juga berkat dirimu. Kalau bukan karena kamu yang membantuku maka aku tidak bisa menjadi seorang penyanyi seperti sekarang meskipu
Akhir-akhir ini, Arlo menjadi orang yang pemalas. Kegiatannya hanya mendengarkan lagu yang dinyanyikan oleh Rieta terus menerus. Entah mengapa perasaannya begitu tenang saat mendengarkan suara Rieta yang begitu menyentuh hati.“Bagaimana ya wajah penyanyi dari yang membuat lagu ini? Dia adalah seorang penyanyi dan juga pembuat lagu yang hebat. Pasti dia memiliki pengalaman yang begitu menyakitkan sehingga dapat menciptakan lagu yang begitu indah. Suaranya saja sudah membuatku terhipnotis, bagaimana kalau aku bisa bertemu dengannya secara langsung dan berbincang-bincang,” batin Arlo hingga membuatnya tersenyum sendiri.Tok tok tok“Tuan, apakah ........” ucap Jack terhenti saat ia masuk ke dalam ruangan dan melihat banyak dokumen yang masih utuh diatas meja kerja Arlo.“Ada apa Jack?” tanya Arlo dengan santainya.Jack hanya dapat mengelus dada. Ia ingin marah tetapi yang ingin ia marahi itu adalah bosnya.“Ada apa Jack, kenapa kau malah diam didepan pintu sambil mengelus dada? Apakah ka
"Aku harus bagaimana ya? Apakah aku harus membicarakan masalah ini kepada Rieta? Tetapi ini kan bukan sesuatu hal yang menjadi kepentingannya. Ini adalah masalah pribadiku. Karena jika aku menerima tawaran ini yang untung hanyalah perusahaan. Dan bagaimana jika bos dari pak Jack itu adalah orang jahat?" ucap produser Ali berbicara kepada dirinya sendiri karena merasa bimbang.Jack segera kembali ke kantor untuk menemui Arlo. Sebenarnya sangat mudah bagi dirinya untuk melakukan pembobolan akun media sosial milik Rieta. Tetapi Jack tidak ingin melakukan hal tersebut. Ia harus meminta persetujuan kepada Arlo terlebih dahulu untuk melakukan hal tersebut karena jika ia sampai gegabah bisa saja Arlo menjadi murka.Tok tok tok"Permisi tuan.""Ya, ada apa Jack? Apa kau sudah berhasil menyelesaikan misi yang aku perintahkan?""Maaf, belum tuan. Orang yang saya mintai tolong untuk membantu saya membutuhkan waktu tiga hari untuk berpikir.""Orang yang membantumu? Tumben sekali kau meminta bantua
Sesuai dengan rencana, sore hari ini Viona dan Rieta pergi ke tempat orang yang bisa membuat gerobak. Rieta berniat ingin mendesain gerobak yang ia inginkan itu agar terlihat menarik sehingga nantinya pembeli akan penasaran dengan apa yang ia jual.Viona tidak menyangka jika Rieta bisa memiliki pemikiran yang begitu luar biasa. Memulai sebuah usaha adalah tantangan tersendiri untuk setiap orang. Kegagalan ataupun kesuksesan adalah sebuah akhir dari usaha tersebut dan seseorang harus bisa menerimanya dari semua hasil yang akan dicapai.Namun bagi Viona, ia masih trauma jika mengingat kejadian dulu dimana dirinya mencoba membuka usaha tetapi bukannya untung yang datang melainkan rugi besar. Viona hanya bisa mendoakan agar usaha Rieta dapat laris manis sesuai dengan yang diharapkan.Rencana yang Rieta lakukan ini juga sudah diketahui oleh produser Ali. Produser Ali semakin menjadi bingung untuk menyampaikan kedatangan Jack kemarin kepada Rieta jika melihat Rieta yang sedang bersemangat da
"Ayo kita pergi saja Vi, jangan hiraukan keberadaan Bima.""Rieta, tunggu sebentar," ucap Bima menahan tangan Rieta."Cukup Bim, jangan ganggu aku lagi. Aku bisa teriak dan security di mall ini akan menangkapmu.""Rieta, aku ingin kita berteman. Please, tolong kabulkan keinginanku ini. Aku janji tidak akan membuatmu sedih seperti dulu."Rieta hanya terdiam. Ia memang orang yang tidak tegaan. Apalagi Bima. ini pernah menjadi bagian dalam hidupnya."Aku yakin si Bima ini mau berteman dengan Rieta karena ada maunya," batin Viona merasa kesal."Beri aku waktu untuk memutuskan Bim. Aku tidak bisa secara mendadak seperti ini.""Baiklah. Nomer teleponku tidak berubah jika kamu ingin menghubungiku Ta.""Hmm. Aku pulang dulu Bim, maaf tidak bisa berlama-lama karena Arlo sudah menungguku.""Hati-hati Ta."Senang rasanya saat Rieta masih mau memberikan kesempatan kepada Bima. Ia yakin jika dirinya sudah berteman dengan Rieta nanti maka keberuntungan akan kembali berpihak kepadanya."Ta, kenapa k
Selama dua hari Viona benar-benar merawat Rieta dengan baik dan penuh perhatian. Rieta merasa bersyukur bisa mengenal dan memiliki sahabat seperti Viona."Ta, gawat. Ayo cepat cuci muka.""Ada apa Vi, kenapa kamu panik begitu?""Tuan Arlo datang. Dia membawa sebuah kotak besar juga.""Ehh. Arlo datang? Kok dia tidak menelponku dulu. Untung saja aku sudah sembuh hanya tinggal memulihkan energiku saja. Tolong temui Arlo dulu ya Vi, aku mau bersiap sebentar," ucap Rieta yang bergegas cuci muka dan berganti pakaian."Selamat siang Tuan Arlo.""Hmm, di mana Rieta. Dia tidak pergi kan hari ini?""Kenapa Tuan Arlo datang kemari tidak mengabari terlebih dahulu? Untung saja Rieta tidak pergi. Dia sedang berada di kamar mandi. Mari silakan masuk dan duduk dulu Tuan.""Terserah aku mau menemui calon istriku itu kapan saja, kenapa jadi kau yang cerewet.""Ohh bukan saya yang cerewet Tuan, tapi Rieta. Dia tadi sempat kaget dan mau marah saat melihat Tuan Arlo dari jendela.""Kau serius?""Buat apa
"Arlo, kenapa kamu mengajakku ke butik?" tanya Rieta merasa bingung."Aku ingin kau memilih gaun untuk pernikahan kita.""Gaun? Tapi aku belum menerima lamaranmu Sayang.""Aku tidak peduli. Aku hanya ingin mempersiapkan semua persiapan pernikahan kita yang entah kapan akan dilaksanakan. Aku sangat mencintaimu Rieta, aku ingin membina rumah tangga denganmu.""Sayang, jangan memasang wajah bersedih seperti itu. Aku merasa sangat bersalah. Kalau kamu mau kita menikah ayo kita lakukan. Aku rasa saat ini aku sudah siap.""Serius sayang?""Iya Arlo, aku serius. Ayo kita menikah," ucap Rieta merangkul leher Arlo dan tersenyum dengan tulus."Wait. Aku belum melamarmu secara romantis sayang, jadi katakan kembali nanti saat aku sudah melamarmu.""Dengan senang hati sayang."Krekkk"Ehh, ada Tuan Arlo. Selamat siang Tuan.""Siang."Rieta segera melepaskan pelukannya dan tersenyum kepada karyawan butik yang baru saja keluar."Apakah Tuan Arlo ingin mampir ke butik kami hari ini?""Rencananya begi
Plakkk"Bodoh kamu Jen. Kenapa juga kamu harus mengakui semua kesalahanmu dan mau meminta maaf kepada Rieta? Bikin malu saja. Kalau sudah niat ingin menghancurkan seharusnya kamu tidak perlu berbuat seperti ini.""Awww, sakit bodoh. Kenapa kamu harus menamparku segala. Lagi pula kalau aku tidak minta maaf dan mengakui semua kesalahan yang ada masa depanku akan hancur San," ucap Jenika memegang pipinya yang terasa perih."Argh, kenapa juga si Rieta itu punya kekasih seperti Arlo yang memiliki kekuasaan yang kuat. Sial.""Kalau kamu ingin marah ya sana marah saja. Aku sudah tidak mau berurusan dengan Rieta lagi. Sudah cukup aku dibuat malu olehnya. Dan aku sudah cukup puas bisa membuatnya terpuruk seperti saat ini. Yang penting semua orang sudah tahu kalau Rieta itu janda mandul.""Payah kamu Jen, baru segini saja kamu sudah merasa puas.""Terserah kamu saja. Aku sudah tidak mau ikut campur masalah ini. Yang penting aku tidak menyebutkan namamu jadi kamu aman. Kalau kamu ingin melanjutka
Setelah mengetahui siapa pelaku sebenarnya membuat Viona jadi tidak suka jika bertemu dengan orang tersebut. Tetapi Jacob melarang Viona untuk memberi tahu Rieta tentang orang tersebut karena ia harus mengumpulkan barang bukti yang lebih banyak lagi sebelum banyak orang tahu tentang pelakunya."Vi, aku rasa kamu jadi sering datang ke kantor Tuan Ali. Memangnya kamu sedang ada proyek apa?" tanya Rieta penasaran."Aku sedang tidak ada proyek apa-apa Ta. Aku hanya ingin menemanimu saja. Memangnya tidak boleh ya? Aku juga bosan berada di rumah terus.""Oh, aku pikir kamu sedang ada proyek dengan Tuan Ali. Tentu saja aku merasa senang karena kamu mau menemaniku setiap saat Vi. Maaf ya jika aku menyinggung perasaanmu."Didalam diri Viona ia berjanji akan menjaga Rieta sampai Arlo dan yang lainnya berhasil membongkar kebenaran yang ada. Ia tidak ingin sahabatnya itu jatuh terpuruk kembali.Beberapa hari ini Arlo memang tidak dapat menemui Rieta karena kesibukannya yang sedang menggarap proye
Tidak ingin berlama-lama dalam kesedihan, Rieta sadar jika kesedihannya ini hanya akan merugikan dirinya sendiri. Ia tidak ingin terpuruk hanya karena masalah sepele seperti saat ini. Semua ini memang akan menyangkut masa depan dirinya di dunia entertainment tetapi jika Rieta hanya berdiam diri saja seperti ini ia rasa juga tidak ada gunanya sama sekali."Ta, kamu mau kemana?""Aku mau menemui Arlo Vi. Aku ingin meminta tolong kepadanya untuk membantuku. Aku harus keluar dari masalah ini. Masalah ini terlalu berat untuk aku lewati sendiri. Aku butuh Arlo untuk mengatasi semua ini. Aku ingin semua kabar berita tentangku dibekukan. Aku yakin Arlo pasti bisa membantuku.""Sabar ya Ta. Aku yakin semua ini akan segera berakhir dan kamu dapat hidup tenang lagi seperti semula.""Aku heran saja Vi kenapa ada orang yang tega berbuat jahat kepadaku. Padahal aku ini tidak pernah berbuat jahat kepada siapapun.""Mungkin orang itu iri saja kepadamu Ta.""Padahal apa coba yang dia iri kan dariku ini
Arlo tidak ingin dibuat pusing terlalu lama dengan masalah sang kekasih yang memang sepertinya tidak hanya satu orang saja yang ikut membuat keributan. Ia harus segera menyelesaikan masalah ini secepatnya karena memang ia ingin segera melamar Rieta."Siang Jenika. Bisa kita bicara sebentar," ucap Arlo yang siang itu langsung datang ke kantor produser Ali dan menghampiri Jenika."Siang tuan Arlo. Tuan ingin berbicara dengan saya?" tanya Jenika kaget."Iya Jen, saya ingin berbicara denganmu. Hanya sebentar, tidak lama dan kita bicara di cafe yang berada disamping kantor ini saja.""Baik tuan."Jenika mengikuti langkah kaki Arlo dari belakang. Ia gugup dan juga sedikit takut karena tiba-tiba saja Arlo ingin berbicara dengannya. Dibelakang Jenika ada Jack yang ikut mengawasi. Jenika seperti seorang tersangka yang sedang ingin diinterogasi.Para karyawan yang melihat Jenika berada di tengah-tengah Arlo dan Jack bertanya-tanya, ada urusan apa Jenika dengan kedua orang penting tersebut."Maa
"Tuan Arlo gawat. Ada berita kurang mengenakan mengenai nona Rieta.""Ada apa lagi Jack? Masalah kemarin saja belum selesai secara tuntas. Ini sudah ada masalah baru lagi?""Iya tuan. Dan kali ini saya yakin akan membuat nona Rieta semakin terpuruk.""Ada apa memangnya. Coba ceritakan semuanya kepadaku dengan jelas."Jack segera menceritakan jika tadi ia baru saja mendapatkan informasi bahwa ada sebuah gosip yang menggemparkan dunia maya yaitu tentang fakta perceraian Rieta dan kemandulannya. Arlo semakin geram karena masalah Rieta tidak kunjung usai justru semakin melebar. Sepertinya Rieta harus benar-benar mundur dari dunia hiburan agar tidak ada lagi yang nengusik ketenangan hidupnya."Sepertinya kali ini aku harus turun tangan. Masalah ini jangan sampai ke telinga mommy. Bisa bahaya nanti kalau sampai mommy mengetahuinya. Sekarang saja mommy belum merestui hubunganku dengan Rieta, bagaimana jika mommy tahu bahwa Rieta itu mandul.""Tapi tuan ingin melakukan apa?" tanya Jack penas
Hari ini Jacob sengaja datang ke kantor produser Ali. Ia ingin mendekati Jenika. Ia ingin membuat sedikit perhitungan terhadap wanita tersebut karena sudah berani mengganggu Rieta. Bagi Jacob mengganggu Rieta sama saja dengan mengganggu Arlo.Jenika merasa senang saat Jacob datang dan mengajaknya berbincang. Untung saja hari ini ia berdandan cantik karena baru saja ikut produser Ali menemui klien."Oiya Jenika, nanti malam apakah kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu makan malam bersama.""Ada tuan. Saya selalu ada waktu jika tuan Jacob yang mengajak.""Bagus lah kalau begitu. Nanti malam mau aku jemput atau kau datang sendiri ke restoran yang nanti akan aku beri tahu dimana tempatnya?""Kalau tuan tidak keberatan tuan bisa tidak menjemput saya nanti? Kebetulan saya sedang tidak ada uang untuk naik taksi karena ini akhir bulan," ucap Jenika dengan nada dibuat manja."Oke. Nanti malam akan aku jemput. Beri tahu saja dimana alamat tempat tinggalmu.""Baik tuan. Dengan senang hati saya aka