Wajah pimpinan kesatria merah padam. Rasa malu menjalar di hatinya. Ada rasa gentar juga karena harus berhadapan dengan seorang pahlawan perang yang telah terkenal kehebatannya. Namun, amarah raja terasa lebih mengerikan baginya."Anda sudah menentang perintah Raja, Yang Mulia Grand Duke!" sergah si pimpinan dengan suara sedikit bergetar. Dia sudah susah payah mengumpulkan keberanian."Aku tidak peduli. Pergilah!" usir Grand Duke Erbish lagi.Pimpinan kesatria tampak menghela napas berat. "Kalau begitu, kami tak punya pilihan. Karena Anda tidak mau memenuhi perintah dengan baik-baik, maka kami akan menggeledah paksa!" tegasnya dengan raut wajah dibuat segalak mungkin.Grand Duke Erbish tersenyum sinis seperti menantang. Meskipun gentar, pimpinan kesatria tetap harus melaksanakan tugas. Dia mengangkat pedang, memberi isyarat kepada kesatria bawahannya. "Maju!" perintahnya. Pasukan istana merangsek maju. Pasukan utara dengan cepat menghadang. Pertarungan pun tak dapat dihindarkan. Bu
Lady Cherrie, Pangeran Seandock, dan Duke Thalennant keluar dari ruang kerja Raja Garrpou bersama-sama. Rasa puas tergambar di wajah mereka. Namun, suasana hati yang bahagia seketika berubah menjadi bencana bagi Duke Thalennant saat mereka memasuki bagian taman.Ya, rasa perih menggayuti hati saat melihat Lady Cherrie bermanja dengan Pangeran Seandock. Kemesraan mereka menerbitkan cemburu. Namun, kesetiaan akan menjerat Duke Thalennant agar selalu menyadari posisinya. "Duke Reinnerd, kita perlu bicara," cetus Pangeran Seandock tiba-tiba membuyarkan lamunan Duke Thalennant."Baik, Yang Mulia," sahut Duke Thalennant sembari membungkuk dengan takzim.Setelah itu, Pangeran Seandock memanggil Sir Markist dan seorang dayang. Dia meminta mereka untuk menemani Lady Cherrie kembali ke Istana Safir. Awalnya, Lady Cherrie merengek tak ingin kembali, tetapi tatapan tajam sang putra mahkota membuatnya menurut."Sean, aku tidak suka jika kamu membuat pertengkaran yang sia-sia," pesan Lady Cherrie.
Bocah berusia 10 tahun itu terus mengekori langkah sang ayah. Dadanya berdebar kencang. Ada rasa tak percaya bercampur dengan bahagia yang meluap-luap. Hari itu, dia akan resmi menjadi murid sang pahlawan perang, Marquess Arbeil Esbuach. Thalennant, sang penerus Keluarga Reinnerd memang sudah lama mendambakannya. Namun, saat berada di hadapan Marquess Arbeil, dia malah gelagapan dan terbata-bata."Mo-mo-hon bim-bingan guru!" serunya dengan. suara cempreng setelah sang ayah memperkenalkannya dengan penuh kebanggaan."Anak yang sangat bersemangat. Kau pasti akan menjadi pahlawan besar jika sudah besar nanti," puji Marquess Arbeil.Thalennant menunduk dengan pipi merona. Dia mencengkeram ujung bajunya. Marquess Arbeil terkekeh. Tangan kekarnya terulur ke depan, lalu mengelus kepala Thalennant. Si bocah hampir pingsan karena sangat senang."Selamat datang di Kediaman Esbuach, Bocah! Kau harus berlatih dengan benar dan niat kuat. Pelatihan di sini tidak akan mudah." Duke Ashtair Reinnerd
Wajah cantik Lady Cherrie tertangkap pandangan Duke Thalennant. Perlahan, bayangan kenangan bersama Lady Neenash dan Keluarga Esbuach tertutup kabut, lalu terkunci di sudut hati terdalam. Sihir hitam kembali menguasai Duke Thalennant."Tuan Duke, Anda baik-baik saja? Anda terlihat kebingungan?" celetuk Lady Cherrie menyentak kesadaran Duke Thalennant.Wanita itu diam-diam menyeringai karena telah berhasil mengendalikan lagi budaknya yang hampir terlepas. Dia menatap lembut dengan wajah yang membiaskan rasa khawatir. Duke Thalennant seketika merasa iba dan kembali menjadi budak cinta Lady Cherrie."Lady Cherrie? Kenapa Anda kembali ke sini? Anda sendirian? Ini berbahaya. Anda harus kembali ke Istana Safir," cecar Duke Thalennant.Lady Cherrie mendadak memasang wajah muram. Sorot matanya perlahan menjadi sendu. Duke Thalennant bisa melihat tangan gadis tampak gemetaran. Rasa ingin melindunginya semakin terbangkitkan."Ada apa, Lady? Ada seseorang yang menganggumu?"Lady Cherrie menggele
Duke Thalennant tampak gagah duduk di atas kuda hitam bersurai putih. Di belakangnya, pasukan khusus telah berbaris rapi. Raja Garrpou menyampaikan beberapa patah kata sebelum melepaskan mereka menuju utara. Dia berdiri di atas balkon istana utama sembari mengangkat tongkat kebesarannya."Erbish dan pasukan utaranya memang terkenal sangat kuat. Tapi, aku percaya dengan dipimpin Duke Reinnerd kalian pun tak kalah bersaing dengan mereka! Jagalah kepercayaanku dan bawalah kemenangan!" seru Raja Garrpou mencoba memantik semangat juang para prajurit."Suatu kehormatan bagi kami, Yang Mulia!" Suara para prajurit yang berapi-api terdengar bersahutan.Raja Garrpou mengucapkan salam keselamatan untuk menutup pidatonya. Setelah itu, Kepala Kuil memimpin doa. Terakhir, Lady Cherrie maju untuk memberikan berkat saintess."Karunia dan kasih sayang Dewi Asteriella melingkupi kita semua! Terimalah rasa cinta Dewi dengan tangan dan hati terbuka," tuturnya dengan suara lembut dan merdu.Cahaya keluar
Pasukan khusus istana sudah berada tak jauh dari ngarai paling strategis. Grand Duke Erbish memimpin prajuritnya naik ke atas tebing. Tepat begitu pasukan khusus istana melewati bawah tebing, anak panah ditembakkan secara bertubi-tubi."Arghhh! Sial!""Pasang perisai ke arah atas!""Bersiaga! Segera bersiaga!"Teriakan-teriakan panik dari bawah tebing membangkitkan semangat prajurit utara. Mereka menyerang semakin gencar dengan hujan anak panah dan lemparan tombak. Belum sempat pasukan khusus istana melakukan perlawanan, prajurit bayaran telah berdatangan dari segala sisi.Pasukan istana mulai kocar-kacir. Namun, tak disangka mereka ternyata membawa beberapa orang penyihir api. Panah api berlesatan. Lady Hazel sempat menyiapkan perisai penemuannya, tetapi sedikit terlambat melakukan pengaktifan."Argggh!"Erangan menyayat memenuhi udara. Dua puluh kesatria utara terkena serangan panah api. Louvi segera mengangkat tangan dan melakukan penyembuhan sekaligus."Serahkan para penyihir itu
Grand Duke Erbish telah tiba di kastilnya. Dia langsung melompat dari kuda, lalu berlari menuju kamar Lady Neenash. Entah sudah berapa pintu yang hancur akibat dibantingnya. Louvi dan Lady Hazel mengekor langkah Grand Duke Erbish tanpa banyak bicara. Mereka terus berlari hingga tiba di depan kamar Lady Neenash. Grand Duke Erbish lagi-lagi mendobrak pintu, hingga lempengan kayu itu jatuh berdebum ke lantai marmer."Neenash! Tidak! Neenash!" seru Grand Duke Erbish dengan suara menggelegar.Dia berlari menghambur ke arah Lady Neenash yang tergeletak di lantai dengan bersimbah darah. Sementara itu, Lady Hazel jatuh terduduk di depan pintu sembari menutup mulut. Kakinya mendadak lemas melihat kondisi mengenaskan Lady Neenash. Beruntung, Louvi yang selalu tenang berhasil mengendalikan emosi. Dia segera menggunakan kekuatan suci untuk memulihkan kondisi Lady Neenash, Pangeran Sallac, dan Pheriana. Sayangnya, kekuatan Louvi hanya berhasil menyembuhkan Pangeran Sallac dan Pheriana. Lady Neen
"Neenash! Neenash! Kumohon buka matamu ...."Pangeran Sallac menepuk-nepuk pipi Lady Neenash dan terus berseru panik. Tubuhnya ikut basah kuyup karena nekat langsung mengangkat Lady Neenash dari kolam air mancur. Tetesan air merembes dari kain bajunya membuat jejak-jejak genangan di lantai kuil."Neenash! Ayo buka matamu!" cecar Pangeran Sallac lagi."Tenanglah, Pangeran. Anda justru bisa menyakiti Lady Neenash jika seperti itu," tegur Louvi.Pangeran Sallac mendelik tajam. Jika tidak sedang mendekap tubuh Lady Neenash, bisa-bisa Louvi dijadikannya manusia panggang."Kau diam saja, Tuan Pendeta! Kau bilang tubuhnya sudah pulih, tetapi kenapa dia masih tidak sadar, hah?" gertak Pangeran Sallac dengan napas menderu."Lady Neenash benar-benar sudah pulih. Sihir hitamnya sudah tidak ada lagi. Lady belum sadar karena sepertinya sedang berbicara dengan kesatria cahaya di alam bawah sadar," jelas Louvi dengan hati-hati. "Oleh karena itu, sebaiknya jangan diganggu–"Louvi tak melanjutkan ucap
Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel
Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende
"Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men
Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha
Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.
Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa
"Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram
Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch
"Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand