Tak hanya sekali tendang, Lady Hazel terus melakukannya secara beruntun. Rasa kaget bercampur luapan amarah setelah mendengar kondisi sebenarnya sang adik membuatnya kehilangan akal sehat. Dia bahkan tak lagi memeriksa siapa yang sedang ditendang.Sementara itu, Grand Duke Erbish yang menjadi korban hanya bisa melindungi wajahnya dengan tangan. Sebenarnya, dia tentu bisa membalikkan keadaan dengan mudah. Namun, Grand Duke Erbish tidak ingin menyerang balik Lady Hazel yang tengah terguncang."Lady, hentikan! Tolong hentikan! Ini aku!" seru Grand Duke Erbish setelah intensitas tendangan Lady Hazel sedikit berkurang.Awalnya, Lady Hazel tidak bisa mendengarkan teriakan Grand Duke Erbish. Namun, lama-kelamaan dia kelelahan sehingga tak lagi fokus menendang. Suara erangan sang grand duke pun bisa terdengar. Lady Hazel seketika memucat."Ah, maafkan saya, Yang Mulia Grand Duke! Saya kaget dan refleks menyerang Anda!" serunya panik.Grand Duke Erbish berdiri sambil mengusap bahunya yang tera
"Tuan Pendeta Anda salah paham!" seru Lady Hazel dan Grand Duke Erbish kompak. Louvi membungkukkan badan sedikit. Wajahnya memerah malu. Dalam hati, dia meminta ampun kepada sang dewi karena telah menyaksikan sesuatu yang dianggapnya vulgar. Ada sedikit rasa kecewa karena selama ini mengira Grand Duke Erbish adalah pemuda suci yang tidak akan sembarang menyentuh wanita sebelum pernikahan."Saya ke sini karena khawatir Anda berdua tidak kembali. Saya benar-benar minta maaf telah menganggu–""Tunggu, Tuan Pendeta!" seru Lady Hazel."Kami bisa menjelaskannya!" timpal Grand Duke Erbish.Louvi tersenyum canggung. Dia terpaksa mengalihkan pandangan ke hamparan taman bunga di bawah balkon. Meskipun Lady Hazel dan Grand Duke Erbish berkali-kali menyebut salah paham, tetapi mereka malah tak sadar masih berpelukan. Tentu saja, Louvi berpikiran keduanya hanya malu karena terpergok. "Tuan Louvi, tolong jangan salah paham dulu. Saya akan menjelaskan apa yang terjadi," cerocos Lady Hazel. "Tidak
"Apa tadi katamu, Dulcais? Tamu?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot. "Iya, Yang Mulia. Ada tamu bangsawan dari ibukota yang tengah menunggu Anda," sahut Sir Dulcais takut-takut. Grand Duke Erbish tersenyum sinis. Sir Dulcais semakin mengkerut. Dia berdoa sungguh-sungguh dalam hati agar amarah Grand Duke Erbish tidak meledak. Sir Dulcais tahu seberapa benci tuannya kepada sebagian besar bangsawan ibukota, terutama pendukung Ratu Olive. Namun, dia juga tahu bangsawan yang datang kali ini bukanlah manusia picik. Keluarga Blossom justru telah banyak memberikan bantuan kepada wilayah utara bersama Keluarga Esbuach, "Bangsawan ibukota mana yang tertarik pada daerah utara yang malang ini?" tanya Grand Duke Erbish sarkastik. Sir Dulcais mengepalkan tangan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa para bangsawan angkuh itu selalu memandang rendah wilayah utara. Mereka tentu enggan menjejakkan kaki ke wilayah Grand Duchy meskipun hal itu juga memberi keuntungan tersendiri. Wilayah utara
Count Calliant masih ternganga. Sementara itu, dua kesatrianya bersama dengan Sir Datte sampai terlonjak dari kursi. Mereka bertiga jatuh dari kursi dengan estetik secara kompak.Grand Duke Erbish mengerutkan kening. "Kenapa kalian kelihatan kaget sekali? Memangnya kenapa kalau aku menyembunyikan mereka?" ketusnya. "Kalau seperti itu, Anda akan benar-benar ditangkap, Yang Mulia. Bagaimana nasib wilayah utara kalau hal itu terjadi?" cecar Sir Datte."Bukan hanya wilayah utara. Seluruh kerajaan mungkin akan hancur jika kehilangan satu lagi pahlawan perang. Kerajaan Varyans akan menjadi sasaran empuk musuh yang sudah lama mengincar," timpal Count Calliant."Jadi, Anda bermaksud menyuruh saya menyerahkan Neenash dan Sallac begitu?" Grand Duke Erbish memukul meja hingga terbelah dua. "Hal itu tidak akan pernah terjadi! Neenash dan Sallac tidak bersalah! Gadis yang mengaku Saintess itu pasti sudah melakukan sesuatu!" geramnya.Dia langsung berdiri dan hampir menghunus pedang. Kesatria Coun
Hawa dingin terasa membekukan sekeliling. Lady Neenash berhasil membekukan panah api yang dilepaskan Pangeran Sallac sebelum menyentuh rambut Lady Lily dan Lady Rosie. Ya, kedua gadis itulah yang tadi tiba-tiba merangsek masuk dan langsung menubruk Lady Neenash. Mereka masih memeluk Lady Neenash sembari menangis hari mengungkapkan rasa rindu. Sementara itu, Lady Neenash menatap tajam Pangeran Sallac. "Kau ingin membakar kami beserta kastil ini, Sallac?" sindir Lady Neenash.Pangeran Sallac mendecakkan lidah. "Kau tahu apiku hanya akan menyerang target yang sudah dipilih oleh tuannya, Neenash," sahutnya ringan tanpa beban. Dia mendekat. Tanpa perasaan, lengan Lady Lily dan Rosie ditarik dengan kasar. Kedua gadis itu melotot, tetapi tak lama. Demi melihat wajah suram sang pangeran, mereka langsung gemetaran."Ja-jangan kutuk kami, Pangeran!" seru Lady Rosie gelagapan. Sementara Lady Lily bahkan tidak bisa bersuara. Gadis itu hanya terus menunduk sambil memegangi erat lengan Lady Rosi
Lady Hazel terus meronta dan mengerang. Lady Lily tampak tak mau melepas jambakannya. Sementara Lady Rosie sudah tak menjambak, tetapi malah menyemangati dengan berapi-api.Semua yang ada di ruang tamu selain ketiga lady tersebut melongo. Perlu waktu yang cukup lama hingga mereka tersadar. Sebagai orang pertama yang sadar, Pangeran Sallac bukannya menolong malah langsung tergelak. Keusilan Lady Hazel memang sudah lama memupuk rasa kesal dalam hatinya. Tawa lepas Pangeran Sallac sampai membuat Lady Lily terhenti. Tangannya seketika gemetar. Lady Rosie juga langsung menutup mulut dengan kedua tangan."Ah, kenapa kalian berhenti? Jambak saja lagi sampai puas," celetuk Pangeran Sallac seenaknya membuat Lady Hazel melotot."Sallac!" tegur Lady Neenash dan Grand Duke Erbish bersamaan.Lady Neenash tersentak. Dia menatap Grand Duke Erbish dengan kening berkerut. Sebelumnya, kakak angkatnya itu juga sering terlibat pertengkaran dengan Lady Hazel. Tentu dia heran melihat Grand Duke Erbish mem
Wajah pimpinan kesatria merah padam. Rasa malu menjalar di hatinya. Ada rasa gentar juga karena harus berhadapan dengan seorang pahlawan perang yang telah terkenal kehebatannya. Namun, amarah raja terasa lebih mengerikan baginya."Anda sudah menentang perintah Raja, Yang Mulia Grand Duke!" sergah si pimpinan dengan suara sedikit bergetar. Dia sudah susah payah mengumpulkan keberanian."Aku tidak peduli. Pergilah!" usir Grand Duke Erbish lagi.Pimpinan kesatria tampak menghela napas berat. "Kalau begitu, kami tak punya pilihan. Karena Anda tidak mau memenuhi perintah dengan baik-baik, maka kami akan menggeledah paksa!" tegasnya dengan raut wajah dibuat segalak mungkin.Grand Duke Erbish tersenyum sinis seperti menantang. Meskipun gentar, pimpinan kesatria tetap harus melaksanakan tugas. Dia mengangkat pedang, memberi isyarat kepada kesatria bawahannya. "Maju!" perintahnya. Pasukan istana merangsek maju. Pasukan utara dengan cepat menghadang. Pertarungan pun tak dapat dihindarkan. Bu
Lady Cherrie, Pangeran Seandock, dan Duke Thalennant keluar dari ruang kerja Raja Garrpou bersama-sama. Rasa puas tergambar di wajah mereka. Namun, suasana hati yang bahagia seketika berubah menjadi bencana bagi Duke Thalennant saat mereka memasuki bagian taman.Ya, rasa perih menggayuti hati saat melihat Lady Cherrie bermanja dengan Pangeran Seandock. Kemesraan mereka menerbitkan cemburu. Namun, kesetiaan akan menjerat Duke Thalennant agar selalu menyadari posisinya. "Duke Reinnerd, kita perlu bicara," cetus Pangeran Seandock tiba-tiba membuyarkan lamunan Duke Thalennant."Baik, Yang Mulia," sahut Duke Thalennant sembari membungkuk dengan takzim.Setelah itu, Pangeran Seandock memanggil Sir Markist dan seorang dayang. Dia meminta mereka untuk menemani Lady Cherrie kembali ke Istana Safir. Awalnya, Lady Cherrie merengek tak ingin kembali, tetapi tatapan tajam sang putra mahkota membuatnya menurut."Sean, aku tidak suka jika kamu membuat pertengkaran yang sia-sia," pesan Lady Cherrie.
Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel
Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende
"Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men
Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha
Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.
Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa
"Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram
Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch
"Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand