"Ada apa, Neenash? Kau menemukan sesuatu?" cecar Pangeran Sallac.Lady Neenash mengangguk kecil. Tatapannya kembali beralih kepada danau di tengah-tengah gua. Meskipun sangat samar, dia bisa melihat kabut hitam yang sangat tipis di permukaan air. Hidungnya juga mencium aroma busuk."Sepertinya, ada sesuatu yang mengendalikan sihir hitam ini secara terus menerus. Sekelebat aku melihat kabut hitam dari arah sana," sahut Lady Neenash sembari menunjuk ke arah danau di tengah-tengah gua.Pangeran Sallac ikut menatap danau sambil mengerutkan kening. Dia memicingkan mata untuk menajamkan penglihatan. Benar saja, kabut hitam tipis memang menyebar secara merata di sana.Pangeran Sallac mengelus dagu, lalu bergumam, "Sepertinya, dugaanmu bena–""Kalau begitu, ayo kita singkirkan!" potong Grand Duke Erbish. Dia hampir saja melompat ke danau. Beruntung, Lady Neenash dan Pangeran Sallac sempat memegangi tangannya. Pangeran Sallac mendecakkan lidah."Gunakanlah otak Paman lebih dulu sebelum bertin
Grand Duke Erbish seperti merasakan terpaan angin dan hangatnya mentari. Dia refleks membuka mata. Keningnya seketika berkerut. Sekeliling telah berubah. Tak ada lagi danau dalam gua dan bola kristal hitam. Kini, dia berada di taman bunga yang indah. Dalam kebingungannya, Grand Duke Erbish mencoba menyusuri taman, tetapi terkejut lagi saat melihat kaki sendiri."Kenapa kakiku menjadi kecil sekali? Tunggu! Tanganku juga kecil!" Grand Duke Erbish tersentak. "Suaraku juga jadi seperti anak kecil!" serunya panik.Dia berlari ke arah kolam air mancur di tengah taman. Bayang wajahnya terpantul di permukaan kolam. Grand Duke Erbish yang gagah dan tampan tak tampak di sana, digantikan bocah berpipi gembul.Belum sempat mencerna apa yang terjadi, tubuh Grand Duke Erbish malah bergerak sendiri. Dia juga tak lagi bisa berbicara sesuai isi hati. Tubuh mungil itu berjalan menuju taman bunga dan menghampiri seorang wanita bergaun biru muda."Kau dari mana saja, Erbish? Kakak mencarimu ke mana-mana
"Ja-ga Sallac untukku, Er-bish ...." Suara lirih Ratu Amarilis menjelang kematian menyentak kesadaran Grand Duke Erbish.Dia seketika mencengkeram lengan Ratu Amarilis palsu. Cekikan wanita itu seketika terlepas. Tak ingin membuang waktu, Grand Duke Erbish langsung menghunus pedang dan menusuk lawan dengan cepat."Argggh! ERBISH! Apa yang kau lakukan pada Kakak hah?" "Kau bukan Kak Amarilis, Iblis sial*n! Kak Amarilis tidak pernah menyalahkan siapa pun atas kematiannya! Dia justru menyuruhku menjaga Sallac karena itu ...." Grand Duke Erbish menusuk musuh sekali lagi tepat di jantungnya. "Aku harus tetap hidup!"Grand Duke Erbish mencabut pedangnya. Ratu Amarilis palsu telah kembali ke wujud asli. Ternyata, dia adalah iblis wanita yang mengerikan."Arghhh! Sial*n! Sial*n!" umpatnya sambil memegangi dada kiri yang berlubang.Tepat saat iblis jahat yang hendak membunuhnya terbunuh, cahaya yang begitu benderang menerpa. Grand Duke Erbish refleks memejamkan mata."Tuan Grand Duke! Tuan Gr
Saat membuka mata kembali, Pangeran Sallac masih berada di kamar yang sama. Namun, dia dalam keadaan tidak baik-baik saja. Ratu Olive juga ada di sana, menggenggam tangan mungil dengan raut wajah yang tampak cemas."Ibunda, aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit lelah," ucap Pangeran Sallac kecil berusaha menenangkan. Namun, setelah berkata seperti itu, dia malah kejang-kejang. Ratu Olive langsung berdiri dan menjerit histeris, "Cepat panggilkan pendeta! Pangeran pertama dalam bahaya!"Teriakan sang ratu membuahkan hasil. Tak lama kemudian, dayangnya datang bersama pendeta yang memang ditugaskan untuk keluarga kerajaan. Sang pendeta mencoba memulihkan Pangeran Sallac, tetapi seperti tak ada gunanya."Saya tidak bisa menanganinya, Yang Mulia Ratu. Pangeran harus dibawa ke kuil suci," tuturnya dengan hati-hati."Apa pun itu! Lakukan apa saja agar pangeran bisa selamat!" jerit Ratu Olive histeris yang tentu saja hanya pura-pura.Akhirnya, Pangeran Sallac kecil dibawa ke kuil suci. Dia lan
Srat!Tarikan kuat menyeret tubuh Pangeran Sallac ke belakang tepat sebelum melompat ke luar jendela. Dia seperti melewati lorong bercahaya. Perlahan, tubuh mungilnya berubah menjadi dewasa bersamaan dengan ingatan yang kembali."Sial! Kenapa aku malah mengingat masa-masa buruk itu!" umpat Pangeran Sallac.Bruk!Tubuhnya terasa seperti menubruk sesuatu. Tak lama kemudian, terdengar erangan dari suara yang familiar. Pangeran Sallac mengalihkan pandangan ke arah asal suara. Dia seketika mengerutkan kening."Paman Erbish?""Cepatlah berdiri, sial*n! Kau itu berat sekali!" umpat Grand Duke Erbish.Pangeran Sallac malah terbengong-bengong. Dia masih berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Tak ayal, Grand Duke Erbish pun berteriak-teriak kesal."Keponakan sial*n! Cepatlah berdiri atau kupotong-potong badanmu!" geramnya.Saat itulah Pangeran Sallac tersadar. Ternyata, dia tengah duduk di atas badan Grand Duke Erbish. Pantas saja, pamannya itu terus menggerutu dari tadi."Ya, ya, maaf. Aku
"Anakku, lawan pengaruh sihirnya! Kau pasti bisa, Anakku!"Suara lembut yang familiar membuat Lady seketika Neenash membuka mata. Ayah dan kakaknya sudah tidak ada. Kini, dia meringkuk di ruangan luas yang bercahaya."Anakku ...." Panggilan lembut itu terdengar lagi.Lady Neenash mencari asal suara. Saat menemukannya, dia membulatkan mata. Wanita tua dengan raut wajah bersahaja itu memang tidak asing baginya. Wanita itu adalah saintess terdahulu."Anda ... Nyonya Saintess ...." Lady Neenash menggigit bibir. "Ini pasti khayalanku. Setelah ini, Nyonya Saintess juga akan menyerangku seperti Ayah dan Kakak, 'kan?" gumamnya dengan suara gamang."Aku yang kau lihat ini memang bukan asli. Tapi, aku bukan khayalanmu. Aku adalah perlindungan terakhir yang diberikan saintess untukmu.""Perlindungan terakhir?""Iya, Anakku. Saintess sebelumnya sudah melihat kejadian-kejadian buruk yang akan kau alami dari mimpi. Saintes berusaha keras mencegahnya, tetapi tetap gagal. Saat kau sakit dulu, dia mem
"Sial*n! Apa yang kau lakukan!" bentak Pangeran Sallac.Suaranya menggelegar. Pheriana yang tadi begitu berani menusuk langsung jatuh tersungkur dengan tubuh gemetaran. Pangeran Sallac menatap nyalang dengan napas yang terembus kasar."Kau benar-benar ingin mati di tanganku, hah?" geramnya.Dia mengangkat tangan. Bola api terbentuk di telapak tangan, siap dilempar ke arah Pheriana. Beruntung, Lady Neenash dengan cepat tersadar dari keterkejutan dan langsung memegangi lengan Pangeran Sallac."Sallac, kumohon jangan melukainya. Dia pelayan yang menemaniku sejak kecil," bujuk Lady Neenash.Namun, amarah Pangeran Sallac masih bergolak. "Mau melayanimu sejak kecil, atau apa pun, dia sudah bertindak lancang, Neenash!" serunya gusar."Tenanglah dulu, Sallac. Aku yakin ada kesalahpahaman di sini," bujuk Lady Neenash lagi.Dia menatap kekasihnya dengan sorot mata memelas. Pangeran Sallac mencoba memalingkan muka sambil menahan perih akibat luka tusukan di perutnya. Saat amarah mulai mereda, ra
Sosok misterius itu membuka penutup kepala jubahnya. Wajah bersahaja Louvi langsung tertangkap pandangan. Grand Duke Erbish langsung menurunkan pedang."Anda membuat saya kaget, Tuan Pendeta, kenapa muncul tiba-tiba seperti itu?" keluhnya sambil menyimpan lagi pedang ke dalam sarungnya."Kenapa Anda keluar malam-malam, Yang Mulia? Bahaya bepergian sendiri di Hutan Oklasian." Louvi malah balik bertanya.Dia memang pernah mendengar kehebatan Grand Duke Erbish di medan perang. Namun, tempat ini adalah Hutan Oklasian. Hal-hal misterius bisa saja terjadi. Terlebih, mereka baru saja menghadapi hewan mistis yang menggila.Satu bola kristal pengendali memang sudah dihancurkan. Namun, menurut perkiraan Louvi, benda tersebut tidak hanya satu jumlahnya. Tidak menutup kemungkinan mereka akan bertemu lagi dengan hewan mistis yang bertingkah aneh.Seorang Grand Duke Erbish mungkin bisa menghadapi empat sampai lima ekor hewan mistis sendirian. Namun, bagaimana jika hewan-hewan itu datang berkelompok