"Lady Neenash, tunggu! Jangan serang mereka!" sergah Lady Hazel.Lady Neenash tersentak. Belati-belati es yang tadi hampir mengenai tubuh para heik berjatuhan di bebatuan. Pecahannya seketika meleleh, lalu membekukan apa saja yang disentuhnya.Lady Hazel seketika menghela napas lega. Hampir saja usahanya sia-sia. Sudah susah payah menyembuhkan heik yang terluka akan sangat menyedihkan jika hewan-hewan mistis itu malah mati di tangan teman sendiri.Lady Neenash menghambur ke arah Lady Hazel dan memeluknya. "Kau baik-baik saja, Lady?" cecarnya sambil mengamati sang kawan dari ujung rambut hingga ujung kaki.Lady Hazel menyembunyikan lecet di lengannya sebelum menjawab, "Iya, Lady. Aku baik-baik saja." Dia menyengir lebar. "Yah, paling hanya sedikit basah karena dijilati oleh mereka," cerocosnya sambil menunjuk para heik yang sudah bertingkah seperti anjing peliharaan.Sayangnya, Lady Neenash tidak menangkap candaan Lady Hazel. Dia malah melotot. Tangannya terkepal kuat, terasa hawa ding
"Ada apa, Neenash? Kau menemukan sesuatu?" cecar Pangeran Sallac.Lady Neenash mengangguk kecil. Tatapannya kembali beralih kepada danau di tengah-tengah gua. Meskipun sangat samar, dia bisa melihat kabut hitam yang sangat tipis di permukaan air. Hidungnya juga mencium aroma busuk."Sepertinya, ada sesuatu yang mengendalikan sihir hitam ini secara terus menerus. Sekelebat aku melihat kabut hitam dari arah sana," sahut Lady Neenash sembari menunjuk ke arah danau di tengah-tengah gua.Pangeran Sallac ikut menatap danau sambil mengerutkan kening. Dia memicingkan mata untuk menajamkan penglihatan. Benar saja, kabut hitam tipis memang menyebar secara merata di sana.Pangeran Sallac mengelus dagu, lalu bergumam, "Sepertinya, dugaanmu bena–""Kalau begitu, ayo kita singkirkan!" potong Grand Duke Erbish. Dia hampir saja melompat ke danau. Beruntung, Lady Neenash dan Pangeran Sallac sempat memegangi tangannya. Pangeran Sallac mendecakkan lidah."Gunakanlah otak Paman lebih dulu sebelum bertin
Grand Duke Erbish seperti merasakan terpaan angin dan hangatnya mentari. Dia refleks membuka mata. Keningnya seketika berkerut. Sekeliling telah berubah. Tak ada lagi danau dalam gua dan bola kristal hitam. Kini, dia berada di taman bunga yang indah. Dalam kebingungannya, Grand Duke Erbish mencoba menyusuri taman, tetapi terkejut lagi saat melihat kaki sendiri."Kenapa kakiku menjadi kecil sekali? Tunggu! Tanganku juga kecil!" Grand Duke Erbish tersentak. "Suaraku juga jadi seperti anak kecil!" serunya panik.Dia berlari ke arah kolam air mancur di tengah taman. Bayang wajahnya terpantul di permukaan kolam. Grand Duke Erbish yang gagah dan tampan tak tampak di sana, digantikan bocah berpipi gembul.Belum sempat mencerna apa yang terjadi, tubuh Grand Duke Erbish malah bergerak sendiri. Dia juga tak lagi bisa berbicara sesuai isi hati. Tubuh mungil itu berjalan menuju taman bunga dan menghampiri seorang wanita bergaun biru muda."Kau dari mana saja, Erbish? Kakak mencarimu ke mana-mana
"Ja-ga Sallac untukku, Er-bish ...." Suara lirih Ratu Amarilis menjelang kematian menyentak kesadaran Grand Duke Erbish.Dia seketika mencengkeram lengan Ratu Amarilis palsu. Cekikan wanita itu seketika terlepas. Tak ingin membuang waktu, Grand Duke Erbish langsung menghunus pedang dan menusuk lawan dengan cepat."Argggh! ERBISH! Apa yang kau lakukan pada Kakak hah?" "Kau bukan Kak Amarilis, Iblis sial*n! Kak Amarilis tidak pernah menyalahkan siapa pun atas kematiannya! Dia justru menyuruhku menjaga Sallac karena itu ...." Grand Duke Erbish menusuk musuh sekali lagi tepat di jantungnya. "Aku harus tetap hidup!"Grand Duke Erbish mencabut pedangnya. Ratu Amarilis palsu telah kembali ke wujud asli. Ternyata, dia adalah iblis wanita yang mengerikan."Arghhh! Sial*n! Sial*n!" umpatnya sambil memegangi dada kiri yang berlubang.Tepat saat iblis jahat yang hendak membunuhnya terbunuh, cahaya yang begitu benderang menerpa. Grand Duke Erbish refleks memejamkan mata."Tuan Grand Duke! Tuan Gr
Saat membuka mata kembali, Pangeran Sallac masih berada di kamar yang sama. Namun, dia dalam keadaan tidak baik-baik saja. Ratu Olive juga ada di sana, menggenggam tangan mungil dengan raut wajah yang tampak cemas."Ibunda, aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit lelah," ucap Pangeran Sallac kecil berusaha menenangkan. Namun, setelah berkata seperti itu, dia malah kejang-kejang. Ratu Olive langsung berdiri dan menjerit histeris, "Cepat panggilkan pendeta! Pangeran pertama dalam bahaya!"Teriakan sang ratu membuahkan hasil. Tak lama kemudian, dayangnya datang bersama pendeta yang memang ditugaskan untuk keluarga kerajaan. Sang pendeta mencoba memulihkan Pangeran Sallac, tetapi seperti tak ada gunanya."Saya tidak bisa menanganinya, Yang Mulia Ratu. Pangeran harus dibawa ke kuil suci," tuturnya dengan hati-hati."Apa pun itu! Lakukan apa saja agar pangeran bisa selamat!" jerit Ratu Olive histeris yang tentu saja hanya pura-pura.Akhirnya, Pangeran Sallac kecil dibawa ke kuil suci. Dia lan
Srat!Tarikan kuat menyeret tubuh Pangeran Sallac ke belakang tepat sebelum melompat ke luar jendela. Dia seperti melewati lorong bercahaya. Perlahan, tubuh mungilnya berubah menjadi dewasa bersamaan dengan ingatan yang kembali."Sial! Kenapa aku malah mengingat masa-masa buruk itu!" umpat Pangeran Sallac.Bruk!Tubuhnya terasa seperti menubruk sesuatu. Tak lama kemudian, terdengar erangan dari suara yang familiar. Pangeran Sallac mengalihkan pandangan ke arah asal suara. Dia seketika mengerutkan kening."Paman Erbish?""Cepatlah berdiri, sial*n! Kau itu berat sekali!" umpat Grand Duke Erbish.Pangeran Sallac malah terbengong-bengong. Dia masih berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Tak ayal, Grand Duke Erbish pun berteriak-teriak kesal."Keponakan sial*n! Cepatlah berdiri atau kupotong-potong badanmu!" geramnya.Saat itulah Pangeran Sallac tersadar. Ternyata, dia tengah duduk di atas badan Grand Duke Erbish. Pantas saja, pamannya itu terus menggerutu dari tadi."Ya, ya, maaf. Aku
"Anakku, lawan pengaruh sihirnya! Kau pasti bisa, Anakku!"Suara lembut yang familiar membuat Lady seketika Neenash membuka mata. Ayah dan kakaknya sudah tidak ada. Kini, dia meringkuk di ruangan luas yang bercahaya."Anakku ...." Panggilan lembut itu terdengar lagi.Lady Neenash mencari asal suara. Saat menemukannya, dia membulatkan mata. Wanita tua dengan raut wajah bersahaja itu memang tidak asing baginya. Wanita itu adalah saintess terdahulu."Anda ... Nyonya Saintess ...." Lady Neenash menggigit bibir. "Ini pasti khayalanku. Setelah ini, Nyonya Saintess juga akan menyerangku seperti Ayah dan Kakak, 'kan?" gumamnya dengan suara gamang."Aku yang kau lihat ini memang bukan asli. Tapi, aku bukan khayalanmu. Aku adalah perlindungan terakhir yang diberikan saintess untukmu.""Perlindungan terakhir?""Iya, Anakku. Saintess sebelumnya sudah melihat kejadian-kejadian buruk yang akan kau alami dari mimpi. Saintes berusaha keras mencegahnya, tetapi tetap gagal. Saat kau sakit dulu, dia mem
"Sial*n! Apa yang kau lakukan!" bentak Pangeran Sallac.Suaranya menggelegar. Pheriana yang tadi begitu berani menusuk langsung jatuh tersungkur dengan tubuh gemetaran. Pangeran Sallac menatap nyalang dengan napas yang terembus kasar."Kau benar-benar ingin mati di tanganku, hah?" geramnya.Dia mengangkat tangan. Bola api terbentuk di telapak tangan, siap dilempar ke arah Pheriana. Beruntung, Lady Neenash dengan cepat tersadar dari keterkejutan dan langsung memegangi lengan Pangeran Sallac."Sallac, kumohon jangan melukainya. Dia pelayan yang menemaniku sejak kecil," bujuk Lady Neenash.Namun, amarah Pangeran Sallac masih bergolak. "Mau melayanimu sejak kecil, atau apa pun, dia sudah bertindak lancang, Neenash!" serunya gusar."Tenanglah dulu, Sallac. Aku yakin ada kesalahpahaman di sini," bujuk Lady Neenash lagi.Dia menatap kekasihnya dengan sorot mata memelas. Pangeran Sallac mencoba memalingkan muka sambil menahan perih akibat luka tusukan di perutnya. Saat amarah mulai mereda, ra
Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel
Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende
"Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men
Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha
Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.
Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa
"Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram
Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch
"Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand