"Ja-ga Sallac untukku, Er-bish ...." Suara lirih Ratu Amarilis menjelang kematian menyentak kesadaran Grand Duke Erbish.Dia seketika mencengkeram lengan Ratu Amarilis palsu. Cekikan wanita itu seketika terlepas. Tak ingin membuang waktu, Grand Duke Erbish langsung menghunus pedang dan menusuk lawan dengan cepat."Argggh! ERBISH! Apa yang kau lakukan pada Kakak hah?" "Kau bukan Kak Amarilis, Iblis sial*n! Kak Amarilis tidak pernah menyalahkan siapa pun atas kematiannya! Dia justru menyuruhku menjaga Sallac karena itu ...." Grand Duke Erbish menusuk musuh sekali lagi tepat di jantungnya. "Aku harus tetap hidup!"Grand Duke Erbish mencabut pedangnya. Ratu Amarilis palsu telah kembali ke wujud asli. Ternyata, dia adalah iblis wanita yang mengerikan."Arghhh! Sial*n! Sial*n!" umpatnya sambil memegangi dada kiri yang berlubang.Tepat saat iblis jahat yang hendak membunuhnya terbunuh, cahaya yang begitu benderang menerpa. Grand Duke Erbish refleks memejamkan mata."Tuan Grand Duke! Tuan Gr
Saat membuka mata kembali, Pangeran Sallac masih berada di kamar yang sama. Namun, dia dalam keadaan tidak baik-baik saja. Ratu Olive juga ada di sana, menggenggam tangan mungil dengan raut wajah yang tampak cemas."Ibunda, aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit lelah," ucap Pangeran Sallac kecil berusaha menenangkan. Namun, setelah berkata seperti itu, dia malah kejang-kejang. Ratu Olive langsung berdiri dan menjerit histeris, "Cepat panggilkan pendeta! Pangeran pertama dalam bahaya!"Teriakan sang ratu membuahkan hasil. Tak lama kemudian, dayangnya datang bersama pendeta yang memang ditugaskan untuk keluarga kerajaan. Sang pendeta mencoba memulihkan Pangeran Sallac, tetapi seperti tak ada gunanya."Saya tidak bisa menanganinya, Yang Mulia Ratu. Pangeran harus dibawa ke kuil suci," tuturnya dengan hati-hati."Apa pun itu! Lakukan apa saja agar pangeran bisa selamat!" jerit Ratu Olive histeris yang tentu saja hanya pura-pura.Akhirnya, Pangeran Sallac kecil dibawa ke kuil suci. Dia lan
Srat!Tarikan kuat menyeret tubuh Pangeran Sallac ke belakang tepat sebelum melompat ke luar jendela. Dia seperti melewati lorong bercahaya. Perlahan, tubuh mungilnya berubah menjadi dewasa bersamaan dengan ingatan yang kembali."Sial! Kenapa aku malah mengingat masa-masa buruk itu!" umpat Pangeran Sallac.Bruk!Tubuhnya terasa seperti menubruk sesuatu. Tak lama kemudian, terdengar erangan dari suara yang familiar. Pangeran Sallac mengalihkan pandangan ke arah asal suara. Dia seketika mengerutkan kening."Paman Erbish?""Cepatlah berdiri, sial*n! Kau itu berat sekali!" umpat Grand Duke Erbish.Pangeran Sallac malah terbengong-bengong. Dia masih berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Tak ayal, Grand Duke Erbish pun berteriak-teriak kesal."Keponakan sial*n! Cepatlah berdiri atau kupotong-potong badanmu!" geramnya.Saat itulah Pangeran Sallac tersadar. Ternyata, dia tengah duduk di atas badan Grand Duke Erbish. Pantas saja, pamannya itu terus menggerutu dari tadi."Ya, ya, maaf. Aku
"Anakku, lawan pengaruh sihirnya! Kau pasti bisa, Anakku!"Suara lembut yang familiar membuat Lady seketika Neenash membuka mata. Ayah dan kakaknya sudah tidak ada. Kini, dia meringkuk di ruangan luas yang bercahaya."Anakku ...." Panggilan lembut itu terdengar lagi.Lady Neenash mencari asal suara. Saat menemukannya, dia membulatkan mata. Wanita tua dengan raut wajah bersahaja itu memang tidak asing baginya. Wanita itu adalah saintess terdahulu."Anda ... Nyonya Saintess ...." Lady Neenash menggigit bibir. "Ini pasti khayalanku. Setelah ini, Nyonya Saintess juga akan menyerangku seperti Ayah dan Kakak, 'kan?" gumamnya dengan suara gamang."Aku yang kau lihat ini memang bukan asli. Tapi, aku bukan khayalanmu. Aku adalah perlindungan terakhir yang diberikan saintess untukmu.""Perlindungan terakhir?""Iya, Anakku. Saintess sebelumnya sudah melihat kejadian-kejadian buruk yang akan kau alami dari mimpi. Saintes berusaha keras mencegahnya, tetapi tetap gagal. Saat kau sakit dulu, dia mem
"Sial*n! Apa yang kau lakukan!" bentak Pangeran Sallac.Suaranya menggelegar. Pheriana yang tadi begitu berani menusuk langsung jatuh tersungkur dengan tubuh gemetaran. Pangeran Sallac menatap nyalang dengan napas yang terembus kasar."Kau benar-benar ingin mati di tanganku, hah?" geramnya.Dia mengangkat tangan. Bola api terbentuk di telapak tangan, siap dilempar ke arah Pheriana. Beruntung, Lady Neenash dengan cepat tersadar dari keterkejutan dan langsung memegangi lengan Pangeran Sallac."Sallac, kumohon jangan melukainya. Dia pelayan yang menemaniku sejak kecil," bujuk Lady Neenash.Namun, amarah Pangeran Sallac masih bergolak. "Mau melayanimu sejak kecil, atau apa pun, dia sudah bertindak lancang, Neenash!" serunya gusar."Tenanglah dulu, Sallac. Aku yakin ada kesalahpahaman di sini," bujuk Lady Neenash lagi.Dia menatap kekasihnya dengan sorot mata memelas. Pangeran Sallac mencoba memalingkan muka sambil menahan perih akibat luka tusukan di perutnya. Saat amarah mulai mereda, ra
Sosok misterius itu membuka penutup kepala jubahnya. Wajah bersahaja Louvi langsung tertangkap pandangan. Grand Duke Erbish langsung menurunkan pedang."Anda membuat saya kaget, Tuan Pendeta, kenapa muncul tiba-tiba seperti itu?" keluhnya sambil menyimpan lagi pedang ke dalam sarungnya."Kenapa Anda keluar malam-malam, Yang Mulia? Bahaya bepergian sendiri di Hutan Oklasian." Louvi malah balik bertanya.Dia memang pernah mendengar kehebatan Grand Duke Erbish di medan perang. Namun, tempat ini adalah Hutan Oklasian. Hal-hal misterius bisa saja terjadi. Terlebih, mereka baru saja menghadapi hewan mistis yang menggila.Satu bola kristal pengendali memang sudah dihancurkan. Namun, menurut perkiraan Louvi, benda tersebut tidak hanya satu jumlahnya. Tidak menutup kemungkinan mereka akan bertemu lagi dengan hewan mistis yang bertingkah aneh.Seorang Grand Duke Erbish mungkin bisa menghadapi empat sampai lima ekor hewan mistis sendirian. Namun, bagaimana jika hewan-hewan itu datang berkelompok
Batas kesabaran Grand Duke Erbish benar-benar berada di ujung tanduk. Lady Hazel juga berusaha membujuk kalungnya agar tidak menyerang Pangeran Sallac. Lady Neenash malah memejamkan mata dengan pipi merona.Namun, Pangeran Sallac tidak melakukan hal mesra lebih jauh. Dia hanya menyentuh sudut mata Lady Neenash, lalu terkekeh."Sepertinya ada yang merindukanmu, bulu matamu jatuh," celetuk Pangeran Sallac sembari menjauhkan wajahnya.Wajah Lady Neenash seketika memerah. Dia menutup muka dengan kedua telapak tangan, juga menggeleng berkali-kali. Pangeran Sallac mengerutkan kening, tetapi tak lama kemudian menyeringai."Ah, jadi calon istriku menginginkan hal lain rupanya," godanya."Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," sanggah Lady Neenash sembari memalingkan muka, tak ingin raut wajah malu-malunya terlihat.Pangeran Sallac mencubit ujung hidung Lady Neenash. "Benar tidak mengerti?" Lady Neenash mendelik tajam. Pangeran Sallac tergelak."Aku tentu saja menginginkannya juga, tapi bukankah
Pangeran Sallac menggeleng pelan. Sorot mata menatap jijik. Grand Duke Erbish dan Lady Hazel malah melongo. Mereka saling menatap dengan mulut terbuka lebar, saling mencerna situasi. "Ck! Kalian benar-benar tidak malu?" sindir Pangeran Sallac. "Cepatlah lakukan di tempat yang tersembunyi. Aku tidak mau Neenashku yang polos terkotori matanya," tambahnya lagi. Grand Duke Erbish dan Lady Hazel termenung, lalu kompak berteriak,"Hei, kalian hanya salah paham!"Pangeran Sallac melirik sinis tak percaya, "Benarkah salah paham? Sepertinya, kalian terlalu mesra untuk disebut salah paham," tuduhnya."Hei, kami tidak melakukan apa-apa! Aku hanya terjatuh dan sialnya menimpa Grand Duke!" sergah Lady Hazel berapi-api. "Kau tahu benar kalau aku ini pengikut setia Dewi Asteriella, Sallac! Aku tidak mungkin berbuat mesum!" timpal Grand Duke Erbish. Keduanya terus mencerocos membela diri. Namun, mereka malah tidak sadar terus berada di posisi ambigu. Tak ada satu pun dari mereka yang terpikir untu