"Sial*n! Apa yang kau lakukan!" bentak Pangeran Sallac.Suaranya menggelegar. Pheriana yang tadi begitu berani menusuk langsung jatuh tersungkur dengan tubuh gemetaran. Pangeran Sallac menatap nyalang dengan napas yang terembus kasar."Kau benar-benar ingin mati di tanganku, hah?" geramnya.Dia mengangkat tangan. Bola api terbentuk di telapak tangan, siap dilempar ke arah Pheriana. Beruntung, Lady Neenash dengan cepat tersadar dari keterkejutan dan langsung memegangi lengan Pangeran Sallac."Sallac, kumohon jangan melukainya. Dia pelayan yang menemaniku sejak kecil," bujuk Lady Neenash.Namun, amarah Pangeran Sallac masih bergolak. "Mau melayanimu sejak kecil, atau apa pun, dia sudah bertindak lancang, Neenash!" serunya gusar."Tenanglah dulu, Sallac. Aku yakin ada kesalahpahaman di sini," bujuk Lady Neenash lagi.Dia menatap kekasihnya dengan sorot mata memelas. Pangeran Sallac mencoba memalingkan muka sambil menahan perih akibat luka tusukan di perutnya. Saat amarah mulai mereda, ra
Sosok misterius itu membuka penutup kepala jubahnya. Wajah bersahaja Louvi langsung tertangkap pandangan. Grand Duke Erbish langsung menurunkan pedang."Anda membuat saya kaget, Tuan Pendeta, kenapa muncul tiba-tiba seperti itu?" keluhnya sambil menyimpan lagi pedang ke dalam sarungnya."Kenapa Anda keluar malam-malam, Yang Mulia? Bahaya bepergian sendiri di Hutan Oklasian." Louvi malah balik bertanya.Dia memang pernah mendengar kehebatan Grand Duke Erbish di medan perang. Namun, tempat ini adalah Hutan Oklasian. Hal-hal misterius bisa saja terjadi. Terlebih, mereka baru saja menghadapi hewan mistis yang menggila.Satu bola kristal pengendali memang sudah dihancurkan. Namun, menurut perkiraan Louvi, benda tersebut tidak hanya satu jumlahnya. Tidak menutup kemungkinan mereka akan bertemu lagi dengan hewan mistis yang bertingkah aneh.Seorang Grand Duke Erbish mungkin bisa menghadapi empat sampai lima ekor hewan mistis sendirian. Namun, bagaimana jika hewan-hewan itu datang berkelompok
Batas kesabaran Grand Duke Erbish benar-benar berada di ujung tanduk. Lady Hazel juga berusaha membujuk kalungnya agar tidak menyerang Pangeran Sallac. Lady Neenash malah memejamkan mata dengan pipi merona.Namun, Pangeran Sallac tidak melakukan hal mesra lebih jauh. Dia hanya menyentuh sudut mata Lady Neenash, lalu terkekeh."Sepertinya ada yang merindukanmu, bulu matamu jatuh," celetuk Pangeran Sallac sembari menjauhkan wajahnya.Wajah Lady Neenash seketika memerah. Dia menutup muka dengan kedua telapak tangan, juga menggeleng berkali-kali. Pangeran Sallac mengerutkan kening, tetapi tak lama kemudian menyeringai."Ah, jadi calon istriku menginginkan hal lain rupanya," godanya."Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," sanggah Lady Neenash sembari memalingkan muka, tak ingin raut wajah malu-malunya terlihat.Pangeran Sallac mencubit ujung hidung Lady Neenash. "Benar tidak mengerti?" Lady Neenash mendelik tajam. Pangeran Sallac tergelak."Aku tentu saja menginginkannya juga, tapi bukankah
Pangeran Sallac menggeleng pelan. Sorot mata menatap jijik. Grand Duke Erbish dan Lady Hazel malah melongo. Mereka saling menatap dengan mulut terbuka lebar, saling mencerna situasi. "Ck! Kalian benar-benar tidak malu?" sindir Pangeran Sallac. "Cepatlah lakukan di tempat yang tersembunyi. Aku tidak mau Neenashku yang polos terkotori matanya," tambahnya lagi. Grand Duke Erbish dan Lady Hazel termenung, lalu kompak berteriak,"Hei, kalian hanya salah paham!"Pangeran Sallac melirik sinis tak percaya, "Benarkah salah paham? Sepertinya, kalian terlalu mesra untuk disebut salah paham," tuduhnya."Hei, kami tidak melakukan apa-apa! Aku hanya terjatuh dan sialnya menimpa Grand Duke!" sergah Lady Hazel berapi-api. "Kau tahu benar kalau aku ini pengikut setia Dewi Asteriella, Sallac! Aku tidak mungkin berbuat mesum!" timpal Grand Duke Erbish. Keduanya terus mencerocos membela diri. Namun, mereka malah tidak sadar terus berada di posisi ambigu. Tak ada satu pun dari mereka yang terpikir untu
"Jadi, maksudmu bola kristal pengendali sihir hitamnya masih ada?" cecar Pangeran Sallac ketika Louvi mengutarakan dugaannya pada pagi hari.Mereka baru saja menyelesaikan sarapan. Aroma daging panggang bahkan masih tercium. Namun, pendeta muda itu sudah memberikan kabar buruk. Suasana hati Pangeran Sallac menjadi rusak.Dia mendengkus kasar. Lady Neenash mengusap lengannya untuk menenangkan. Sementara Louvi memilih untuk diam dulu sambil mengamati Pangeran Sallac. Setelah memastikan emosi sang pangeran cukup mereda, barulah Louvi angkat bicara."Saat mendeteksi pengendali di gua, Saya juga merasakan ada energi negatif dari beberapa arah yang lain," jelas pendeta muda itu dengan hati-hati."Kenapa kau baru mengatakannya sekarang, Tuan Pendeta?" celetuk Grand Duke Erbish."Kemarin, kita semua sudah sangat lelah. Jika dipaksakan, pasti akan berbahaya. Oleh karena itu, saya berpikir untuk mengatakannya pagi ini saja ketika kita sudah berada di kondisi terbaik," sahut Louvi.Pangeran Sall
"Aku akan segera mendapat bayaran mahal–" Si mata-mata tiba-tiba kehilangan kata-kata. "Arghhh!" erangnya dengan memilukan.Ya, sebelum alat komunikasi terhubung, lima panah api menyerbu tubuh si mata-mata. Meskipun terlihat tak menyadari tengah diintai, ternyata Pangeran Sallac menunggu waktu yang tepat. Saat si penguntit lengah, dia menyerangnya tanpa ampun."Ada apa, Sallac?" tanya Lady Neenash dan Grand Duke Erbish berbarengan.Mereka sempat melihat Pangeran Sallac melepaskan panah api ke arah jendela. Bukannya menjawab, Pangeran Sallac malah melepaskan lebih banyak panah api. Tak ayal si mata-mata kini hampir seluruhnya tertutup api. Dia tak lagi mirip manusia, tetapi api unggun besar.Namun, pohon tempat mata-mata itu berpijak sama sekali tidak terbakar. Pangeran Sallac memang melakukan teknik sihir tingkat tinggi. Apinya hanya akan menyerang target yang telah ditentukan.Bruk!Mata-mata terjatuh dari pohon dan menggelepar di tanah. Tubuhnya mengalami 90 % luka bakar, hingga tak
"Sial!" umpat Lady Hazel, Pangeran Sallac dan Grand Duke Erbish kompak."Tuan Louvi!" seru Lady Neenash.Louvi memahami isyarat yang diberikan Lady Neenash. Dia segera mengubah bentuk kekuatan sucinya menjadi belenggu cahaya. Dengan cepat, dia mengikat semua rekan-rekannya sebelum meluncur jatuh ke air terjun. Sialnya, secara fisik, sang pendeta muda tak mungkin bisa menahan tiga orang dewasa sekaligus. Tak ayal, dia juga ikut terseret.Wushhh!Seolah melihat kesempatan emas, oksan mengepakkan sayap dengan kencang. Embusan angin kuat menerpa. Louvi tak kuasa menahannya. Dia pasrah dan memejamkan mata."Oksan berengs*k!" umpat Lady Hazel, Pangeran Sallac dan Grand Duke Erbish lagi-lagi kompak."Belum berakhir!" seru Lady Neenash sembari mengangkat tangan.Manna mengumpul. Embusan hawa dingin terasa membekukan tubuh. Lady Neenash berhasil mencegah tubuh mereka meluncur turun dengan membekukan sekitar, termasuk oksan yang tengah terbang dengan menyebalkan itu. Tak ayal, oksan itu jatuh
Mereka telah bersiap di posisi masing-masing. Tak lama kemudian, semak-semak di arah barat bergerak. Geraman terdengar jelas, hingga muncul hewan mistis yang tak asing."Tieriz ...," gumam Grand Duke Erbish. "Ck! Seharusnya, aku membawa catnip lagi," keluhnya.Dari segi perawakan, tieriz mirip dengan lizen. Namun, dia memiliki corak khas seperti tulisan kuno di seluruh bulunya. Jika disandingkan dengan hewan biasa, mungkin bisa disebut sejenis harimau. Bedanya, tieriz berekor sangat panjang dan mirip belenggu.Ajaibnya, ekor tieriz juga bisa berubah-ubah panjangnya. Jika tengah bertarung, tieriz akan memanfaatkan ekornya dengan sangat terampil. Tak sedikit mangsa yang mati mengenaskan hanya karena tercekik belitan ekor tersebut."Apa kalian sudah siap?" tanya Grand Duke Erbish.Lady Neenash, Lady Hazel, dan Pangeran Sallac mengangguk mantap. Mereka mengelilingi tieriz sambil menggenggam senjata masing-masing. Adapun Louvi berdiri agak jauh sembari menggunakan kekuatan suci untuk menet