Mereka telah bersiap di posisi masing-masing. Tak lama kemudian, semak-semak di arah barat bergerak. Geraman terdengar jelas, hingga muncul hewan mistis yang tak asing."Tieriz ...," gumam Grand Duke Erbish. "Ck! Seharusnya, aku membawa catnip lagi," keluhnya.Dari segi perawakan, tieriz mirip dengan lizen. Namun, dia memiliki corak khas seperti tulisan kuno di seluruh bulunya. Jika disandingkan dengan hewan biasa, mungkin bisa disebut sejenis harimau. Bedanya, tieriz berekor sangat panjang dan mirip belenggu.Ajaibnya, ekor tieriz juga bisa berubah-ubah panjangnya. Jika tengah bertarung, tieriz akan memanfaatkan ekornya dengan sangat terampil. Tak sedikit mangsa yang mati mengenaskan hanya karena tercekik belitan ekor tersebut."Apa kalian sudah siap?" tanya Grand Duke Erbish.Lady Neenash, Lady Hazel, dan Pangeran Sallac mengangguk mantap. Mereka mengelilingi tieriz sambil menggenggam senjata masing-masing. Adapun Louvi berdiri agak jauh sembari menggunakan kekuatan suci untuk menet
Lady Neenash memberi isyarat agar mereka berkumpul kembali. Dia membuat perisai es, mereka pun berkumpul. Sementara tieriz berusaha menembus perisai es, mereka segera berdiskusi. "Kak Erbish dan Sallac akan mengecoh tieriz, Lady Hazel dan Tuan Louvi coba memurnikan sihir hitamnya. Saat ada celah terbuka, aku akan langsung menghancurkan bola pengendalinya," usul Lady Neenash."Bukankah itu berbahaya, Neenash? Lapisan pelindung sihir hitam itu bisa menutup dengan cepat. Bagaimana kalau kau sampai terperangkap di sana?" sergah Grand Duke Erbish."Paman benar, Neenash. Aku tidak mau kau celaka," timpal Pangeran Sallac."Aku tidak perlu terlalu dekat dengan pengendalinya, cukup melempar belati es saja," debat Lady Neenash.Grand Duke Erbish dan Pangeran Sallac masih tidak setuju. Namun, suara retakan perisai es membuat mereka tak punya banyak pilihan. Grand Duke Erbish dan Pangeran Sallac mau tak mau harus segera menghadapi tieriz. Srat! Pedang Grand Duke Erbish yang telah diperkuat den
"Kenapa harus saken? Hewan ini sangat menyebalkan," keluh Grand Duke Erbish.Ya aroma busuk khas dan gua lembab memang perpaduan yang cocok untuk sarang saken saat bertelur. Benar saja, baru lima langkah mereka berjalan dari sejak aroma busuk tercium, telur-telur besar putih kekuningan sudah terlihat. Semakin banyak tumpukan telur, semakin kuat aroma memuakkan menusuk penciuman.Saken adalah jenis hewan mistis yang terlihat seperti ular biasa. Namun, jika dalam mode bertarung, maka akan tampak perbedaannya. Sama seperti oksan yang berbulu keras, sisik saken juga serupa perisai kuat tak terkalahkan.Tubuh saken mengeluarkan lendir hijau berbau busuk. Hal paling menyebalkan adalah gerakannya sangat cepat seolah-olah bisa menghilang dan berpindah tempat tanpa disadari lawan. Oleh karena itu, Grand Duke Erbish malas sekali berhadapan dengan hewan tersebut.Pluk!Sesuatu jatuh dari stalaktit menimpa kepala Lady Hazel. Dia menelan ludah dan mencoba meraba rambutnya. Lendir yang lengket hija
Lady Neenash memejamkan mata, lalu memusatkan manna ke telapak tangan. Hembusan hawa dingin terasa saat dia menumpahkan manna ke dinding dan langit-langit gua. Retakan pun seketika membeku.Sementara itu, Louvi kembali mengerahkan kekuatan sucinya untuk memurnikan racun di tubuh Grand Duke Erbish. Oleh karena proses sempat terputus, dia harus mengulang dari awal lagi. Cahaya hangat berpendar di tangan Louvi, lalu berpindah dan menyelimuti seluruh tubuh Grand Duke Erbish.Brak! Brak!Kegaduhan dari arah dalam gua membuat mereka kompak menoleh terkecuali Louvi yang tengah fokus melakukan pengobatan. Pangeran Sallac dan Lady Hazel seketika mengumpat. Sementara Lady Neenash hanya menghela napas berat."Sial*n! Ular busuk itu malah ke sini!" gerutu Pangeran Sallac.Ya, saken yang tadi masih tenang di sarangnya tiba-tiba merayap dengan cepat. Pangeran Sallac menyemburkan api. Saken mundur dan menghilang.Ketika saken menghilang bahaya justru menjadi lebih besar. Artinya, mereka hanya tingg
Pintu gua tertutup runtuhan stalaktit. Lady Neenash dan Pangeran Sallac terduduk lemas. Percikan air terjun membasahi pakaian mereka, tetapi tidak menjadi masalah berarti. Keduanya kompak menghela napas lega.Mereka hampir saja terperangkap dalam gua bau itu bersama saken. Beruntung, mereka berhasil berlari keluar tepat waktu. Masih terdengar suara benturan dari dalam gua. Mungkin saken tengah berusaha membebaskan diri dari reruntuhan. "Sebaiknya, kita segera menyusul yang lain. Bisa saja saken itu berhasil menerobos keluar," cetus Lady Neenash. Dia mencoba berdiri. Namun, sungguh sial, kakinya malah tergelincir. Lady Neenash terguling masuk ke ceruk air terjun. "Neenash!" seru Pangeran Sallac panik seraya ikut menceburkan diri. Untunglah, Pangeran Sallac bisa dengan cepat menggapai tubuh Lady Neenash. Dia membawa sang kekasih naik ke daratan. Tangannya memancarkan pendar kemerahan pertanda sihir api untuk pengering tengah digunakan. "Kau sudah bisa menurunkanku, Sallac," pinta L
Kabut hitam menyusup masuk kamar Lady Cherrie melalui celah jendela. Tak lama kemudian, kabut tersebut menjelma pemuda tampan dengan dua tanduk kecil di kepalanya. Dia berlutut di hadapan Lady Cherrie yang tengah menyesap anggur merah dari gelas kaca. "Apa kau sudah bereskan perempuan sial*n itu?" cecar Lady Cherrie sembari menyilangkan kakinya dengan angkuh. Pemuda tampan menunduk takzim. "Maafkan hamba, Yang Mulia. Mereka berhasil lolos dan sudah melakukan teleportasi ke utara bersama Grand Duke Erbish–""Apa?" potong Lady Cherrie. "Bagaimana bisa gagal? Ada empat pengendali sihir hitam dan masih gagal katamu?""Maafkan hamba, Yang Mulia. Kristal pengendali juga telah dihancurkan oleh mereka ....""Bodoh!" umpat Lady Cherrie. Dia melemparkan gelas anggur dengan geram. Darah mengucur dari kening si pemuda. Rambutnya juga berlumuran anggur merah yang bercampur pecahan kaca. Namun, pemuda itu tetap menunduk dengan takzim, tak goyah sedikit pun. "Kekuatannya belum bangkit! Bagaimana
Raja Garrpou mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jari. Wajahnya tampak digayuti mendung. Sejak berita kekalahan pasukan perbatasan, masalah lain datang beruntun, mulai dari beberapa wilayah yang direbut hingga penculikan para gadis di perbatasan.Hari ini, Raja Garrpou kembali menggelar rapat rahasia dengan Count Calliant Blossom. Sebenarnya, sang raja belum sepenuhnya percaya bahwa Marquess Arbeil berkhianat. Oleh karena itu, dia berani menjadikan Count Calliant yang notabene sahabat sang marquess menjadi penasihat.Turun temurun, Keluarga Esbuach dan Keluarga Blossom mengabdi kepada kerajaan. Tak satu pun ada rekor buruk dalam sejarah keluarga mereka. Kesetiaan dan kejujuran yang selalu dijunjung tinggi telah menyokong kemajuan Kerajaan Varyans."Jadi, bagaimana pendapatmu, Count Blossom? Apakah aku harus meminta bantuan Erbish?" tanya Raja Garrpou dengan suara lesu.Dia tentu masih terbayang amarah Grand Duke Erbish beberapa hari lalu. Sang adik bungsu tentu tak terima eksekusi mati
Raja Garrpou menghela napas berat untuk yang kesembilan kalinya. Matanya menatap hampa ratusan tangkai lavender yang tak terurus. Tangan gempal terkepal kuat seiring dengan hati yang bergetar.Istana Rubi masih berdiri kokoh di sana meskipun temboknya penuh dengan lumut dan tanaman merambat. Kerinduan menyesakkan dada. Raja Garrpou sangat merindukan seseorang yang dulunya menghuni istana tersebut.Raja Garrpou memejamkan mata dan membiarkan semilir angin mempermainkan rambutnya. "Amarilis, kenapa putra kita harus terkena kutukan? Dia harusnya menjadi putra mahkota yang sempurna. Aku masih sulit percaya jika kau memang menggunakan sihir hitam," gumamnya sendu.Bayangan kejadian masa lalu terlintas dalam benak. Masa ketika Grand Duke Erbish menentang pendapat kuil suci agung dengan lantang. Adik bungsunya itu bahkan masih berusia 13 tahun. Seruan-seruan protes dari suara cempreng anak lelaki beranjak remaja masih terdengar jelas."Kakak! Kakak! Ini tidak benar! Sallac tidak mungkin terk