Lady Neenash memejamkan mata, lalu memusatkan manna ke telapak tangan. Hembusan hawa dingin terasa saat dia menumpahkan manna ke dinding dan langit-langit gua. Retakan pun seketika membeku.Sementara itu, Louvi kembali mengerahkan kekuatan sucinya untuk memurnikan racun di tubuh Grand Duke Erbish. Oleh karena proses sempat terputus, dia harus mengulang dari awal lagi. Cahaya hangat berpendar di tangan Louvi, lalu berpindah dan menyelimuti seluruh tubuh Grand Duke Erbish.Brak! Brak!Kegaduhan dari arah dalam gua membuat mereka kompak menoleh terkecuali Louvi yang tengah fokus melakukan pengobatan. Pangeran Sallac dan Lady Hazel seketika mengumpat. Sementara Lady Neenash hanya menghela napas berat."Sial*n! Ular busuk itu malah ke sini!" gerutu Pangeran Sallac.Ya, saken yang tadi masih tenang di sarangnya tiba-tiba merayap dengan cepat. Pangeran Sallac menyemburkan api. Saken mundur dan menghilang.Ketika saken menghilang bahaya justru menjadi lebih besar. Artinya, mereka hanya tingg
Pintu gua tertutup runtuhan stalaktit. Lady Neenash dan Pangeran Sallac terduduk lemas. Percikan air terjun membasahi pakaian mereka, tetapi tidak menjadi masalah berarti. Keduanya kompak menghela napas lega.Mereka hampir saja terperangkap dalam gua bau itu bersama saken. Beruntung, mereka berhasil berlari keluar tepat waktu. Masih terdengar suara benturan dari dalam gua. Mungkin saken tengah berusaha membebaskan diri dari reruntuhan. "Sebaiknya, kita segera menyusul yang lain. Bisa saja saken itu berhasil menerobos keluar," cetus Lady Neenash. Dia mencoba berdiri. Namun, sungguh sial, kakinya malah tergelincir. Lady Neenash terguling masuk ke ceruk air terjun. "Neenash!" seru Pangeran Sallac panik seraya ikut menceburkan diri. Untunglah, Pangeran Sallac bisa dengan cepat menggapai tubuh Lady Neenash. Dia membawa sang kekasih naik ke daratan. Tangannya memancarkan pendar kemerahan pertanda sihir api untuk pengering tengah digunakan. "Kau sudah bisa menurunkanku, Sallac," pinta L
Kabut hitam menyusup masuk kamar Lady Cherrie melalui celah jendela. Tak lama kemudian, kabut tersebut menjelma pemuda tampan dengan dua tanduk kecil di kepalanya. Dia berlutut di hadapan Lady Cherrie yang tengah menyesap anggur merah dari gelas kaca. "Apa kau sudah bereskan perempuan sial*n itu?" cecar Lady Cherrie sembari menyilangkan kakinya dengan angkuh. Pemuda tampan menunduk takzim. "Maafkan hamba, Yang Mulia. Mereka berhasil lolos dan sudah melakukan teleportasi ke utara bersama Grand Duke Erbish–""Apa?" potong Lady Cherrie. "Bagaimana bisa gagal? Ada empat pengendali sihir hitam dan masih gagal katamu?""Maafkan hamba, Yang Mulia. Kristal pengendali juga telah dihancurkan oleh mereka ....""Bodoh!" umpat Lady Cherrie. Dia melemparkan gelas anggur dengan geram. Darah mengucur dari kening si pemuda. Rambutnya juga berlumuran anggur merah yang bercampur pecahan kaca. Namun, pemuda itu tetap menunduk dengan takzim, tak goyah sedikit pun. "Kekuatannya belum bangkit! Bagaimana
Raja Garrpou mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jari. Wajahnya tampak digayuti mendung. Sejak berita kekalahan pasukan perbatasan, masalah lain datang beruntun, mulai dari beberapa wilayah yang direbut hingga penculikan para gadis di perbatasan.Hari ini, Raja Garrpou kembali menggelar rapat rahasia dengan Count Calliant Blossom. Sebenarnya, sang raja belum sepenuhnya percaya bahwa Marquess Arbeil berkhianat. Oleh karena itu, dia berani menjadikan Count Calliant yang notabene sahabat sang marquess menjadi penasihat.Turun temurun, Keluarga Esbuach dan Keluarga Blossom mengabdi kepada kerajaan. Tak satu pun ada rekor buruk dalam sejarah keluarga mereka. Kesetiaan dan kejujuran yang selalu dijunjung tinggi telah menyokong kemajuan Kerajaan Varyans."Jadi, bagaimana pendapatmu, Count Blossom? Apakah aku harus meminta bantuan Erbish?" tanya Raja Garrpou dengan suara lesu.Dia tentu masih terbayang amarah Grand Duke Erbish beberapa hari lalu. Sang adik bungsu tentu tak terima eksekusi mati
Raja Garrpou menghela napas berat untuk yang kesembilan kalinya. Matanya menatap hampa ratusan tangkai lavender yang tak terurus. Tangan gempal terkepal kuat seiring dengan hati yang bergetar.Istana Rubi masih berdiri kokoh di sana meskipun temboknya penuh dengan lumut dan tanaman merambat. Kerinduan menyesakkan dada. Raja Garrpou sangat merindukan seseorang yang dulunya menghuni istana tersebut.Raja Garrpou memejamkan mata dan membiarkan semilir angin mempermainkan rambutnya. "Amarilis, kenapa putra kita harus terkena kutukan? Dia harusnya menjadi putra mahkota yang sempurna. Aku masih sulit percaya jika kau memang menggunakan sihir hitam," gumamnya sendu.Bayangan kejadian masa lalu terlintas dalam benak. Masa ketika Grand Duke Erbish menentang pendapat kuil suci agung dengan lantang. Adik bungsunya itu bahkan masih berusia 13 tahun. Seruan-seruan protes dari suara cempreng anak lelaki beranjak remaja masih terdengar jelas."Kakak! Kakak! Ini tidak benar! Sallac tidak mungkin terk
"Saya tidak salah dengar bukan, Yang Mulia?" Count Calliant hampir saja tanpa sadar meninggikan suara.Dia tengah melakukan peninjauan terhadap tambang Keluarga. Namun, surat panggilan dari istana mendadak datang. Count Calliant terburu-buru pergi ke istana raja, tetapi keputusan tak masuk akal yang harus didengarnya."Kau tidak salah dengar, Count Blossom. Seperti yang kukatakan tadi, aku mencabut perintah penugasan putra mahkota ke perbatasan sekaligus mengeluarkan perintah untuk penangkapan Grand Duke Erbish," tegas Raja Garrpou."Tolong dipertimbangkan lagi, Yang Mulia. Kalau sampai kita kehilangan Grand Duke Erbish juga, kerajaan bisa berada dalam bahaya. Kerajaan-kerajaan lain pasti akan menjadikan kita sasaran empuk." Count Calliant mencoba memberikan masukan.Dia merasa hal aneh terjadi kepada sang raja. Dibandingkan raja-raja terdahulu, Raja Garrpou dikenal sebagai pemimpin yang paling bijaksana. Count Calliant tentu curiga dengan keputusan yang tidak masuk akal."Yang Mulia,
Trang! Trang!Suara besi beradu membuat Sir Datte tersentak. Dia refleks membuka mata. Pasukan istana yang tadi berada di atas angin kini kocar-kacir. Puluhan sosok berjubah hitam terus bermunculan seperti tak habis-habisnya.Sir Datte hanya bisa terpaku. Sementara itu, sosok-sosok berjubah hitam bergerak dengan lincah menumbangkan lawan. Pasukan istana tak siap. Ayunan pedang mereka bahkan kalah cepat dengan belati milik para sosok berjubah hitam."Sial*n! Kenapa harus ada prajurit bayaran di sini?" umpat pimpinan pasukan istana.Dia mengeluarkan bola kristal biru. Benda itu adalah salah satu alat sihir komunikasi jarak jauh yang bisa dibeli di menara sihir. Sang pimpinan pasukan hendak menghubungi markas besar untuk meminta bantuan.Srat! Darah menyembur ke udara. Alat komunikasi sihir terlempar dan membentur batang pohon. Adapun pimpinan pasukan istana terjatuh dari kuda dengan leher terpenggal. Sementara kepalanya masih dijinjing oleh ketua prajurit bayaran. "Wajah menjijikan in
Para pengikut setia Grand Duke Erbish menunggu dengan tegang. Belasan pasang mata itu tak lepas dari lingkaran sihir teleportasi di tengah-tengah ruangan. Mereka memang telah mendapatkan pesan dari Grand Duke Erbish yang akan segera tiba dengan teleportasi."Yang Mulia tiba!" seru pimpinan penyihir wilayah utara saat lingkaran sihir teleportasi bercahaya.Semua pengikut menunduk takzim. Cahaya di lingkaran sihir semakin menyilaukan. Embusan angin yang kencang menerpa. Beberapa pengikut setia sampai terlempar karena kurang siaga.Angin kencang berhenti mendadak. Pendar cahaya perlahan memudar. Ketika cahaya sudah raib sepenuhnya, tampaklah tujuh orang dengan pakaian dan rambut berantakan berdiri tegak di lingkaran sihir."Teleportasinya sangat tidak nyaman! Apa kalian tidak melakukan perawatan secara berkala!" gerutu Pangeran Sallac sambil merapikan rambutnya.Grand Duke Erbish melotot. Belum apa-apa keponakannya itu sudah protes dan menuduh. Grand Duke Erbish tentu melakukan perawatan
Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel
Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende
"Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men
Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha
Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.
Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa
"Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram
Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch
"Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand