Trang! Trang!Suara besi beradu membuat Sir Datte tersentak. Dia refleks membuka mata. Pasukan istana yang tadi berada di atas angin kini kocar-kacir. Puluhan sosok berjubah hitam terus bermunculan seperti tak habis-habisnya.Sir Datte hanya bisa terpaku. Sementara itu, sosok-sosok berjubah hitam bergerak dengan lincah menumbangkan lawan. Pasukan istana tak siap. Ayunan pedang mereka bahkan kalah cepat dengan belati milik para sosok berjubah hitam."Sial*n! Kenapa harus ada prajurit bayaran di sini?" umpat pimpinan pasukan istana.Dia mengeluarkan bola kristal biru. Benda itu adalah salah satu alat sihir komunikasi jarak jauh yang bisa dibeli di menara sihir. Sang pimpinan pasukan hendak menghubungi markas besar untuk meminta bantuan.Srat! Darah menyembur ke udara. Alat komunikasi sihir terlempar dan membentur batang pohon. Adapun pimpinan pasukan istana terjatuh dari kuda dengan leher terpenggal. Sementara kepalanya masih dijinjing oleh ketua prajurit bayaran. "Wajah menjijikan in
Para pengikut setia Grand Duke Erbish menunggu dengan tegang. Belasan pasang mata itu tak lepas dari lingkaran sihir teleportasi di tengah-tengah ruangan. Mereka memang telah mendapatkan pesan dari Grand Duke Erbish yang akan segera tiba dengan teleportasi."Yang Mulia tiba!" seru pimpinan penyihir wilayah utara saat lingkaran sihir teleportasi bercahaya.Semua pengikut menunduk takzim. Cahaya di lingkaran sihir semakin menyilaukan. Embusan angin yang kencang menerpa. Beberapa pengikut setia sampai terlempar karena kurang siaga.Angin kencang berhenti mendadak. Pendar cahaya perlahan memudar. Ketika cahaya sudah raib sepenuhnya, tampaklah tujuh orang dengan pakaian dan rambut berantakan berdiri tegak di lingkaran sihir."Teleportasinya sangat tidak nyaman! Apa kalian tidak melakukan perawatan secara berkala!" gerutu Pangeran Sallac sambil merapikan rambutnya.Grand Duke Erbish melotot. Belum apa-apa keponakannya itu sudah protes dan menuduh. Grand Duke Erbish tentu melakukan perawatan
Sentuhan lembut di pipi membuat Lady Neenash tersadar. Dia membuka mata perlahan. Wajah tak asing membuatnya seketika bangkit dari posisi berbaring sembari melotot."Kau! Kenapa kau bisa ada di sini!" serunya sambil menunjuk-nunjuk wajah sosok familiar itu.Dadanya naik turun dengan napas tersengal. Wajah cantik Lady Neenash kini merah padam dan terasa panas. Api amarah berkobar dalam hati. Bagaimana tidak? Kini, Lady Cherrie duduk di hadapannya. Sorot mata yang polos dan lembut itu membuatnya muak mengingat banyak sandiwara yang terkandung di dalamnya. "Kau menculikku, 'kan? Apa lagi yang kaurencanakan, hah? Mau membunuhku secara langsung?" cecar Lady Neenash.Lady Cherrie menatap sendu. Tangannya tampak gemetar. Namun, Lady Neenash tak menyadari. Tumpukan emosi dan beban mental tumpah ruah. Lady Neenash bahkan lupa sebelumnya tengah berada di kuil suci utara. Keamanan wilayah Grand Duchy tak bisa diragukan, terutama kuil sucinya. Ada tujuh lapis pelindung khusus yang dibentuk den
Saat mengingat nama Lady Hazel, Lady Neenash tersentak. Seberkas ingatan melintas. Tepatnya, ingatan tentang awal-awal pertemuan dengan Lady Hazel. Obrolan mereka di malam itu kembali terngiang...."Dulu, dia anak yang manis dan polos. Bahkan ketika Count Searaby menyiksanya dan saya menangis, dia akan selalu menghibur saya.""Cherrie yang saya kenal berubah drastis dan seperti menjadi orang lain. Tapi, saya yang begitu bodoh ini masih tak bisa membuang kenangan kami dan terus menyimpan kalung peninggalan ibu Cherrie.""Kemungkinan Lady Cherrie terkena pengaruh sihir hitam. Dia membuang kalung yang memiliki kekuatan suci. Apakah ada hal aneh pada tubuh adik Anda saat sikapnya berubah?"Ah iya, saya ingat! Ada hal aneh selain perubahan sikapnya, saya sempat melihat matanya menjadi keruh seperti dilapisi awan kelabu. Tapi, kejadian itu sangat singkat. Saya pikir salah lihat saja waktu itu.""Awan kelabu ... adik Anda benar terkena pengaruh sihir hitam.""Jika memang pengaruh sihir hita
Rasa hangat tak lagi dirasa. Lady Neenash perlahan membuka mata. Panorama alam nan indah terpampang di depan mata. Ya, mereka tengah berada di suatu desa yang masih asri. Sungai jernih dengan aneka ikan warna-warni membelah pedesaan. Sementara bukit menghijau mengelilingi desa seperti perisai dari zamrud. Ladang-ladang penduduk yang subur juga memanjakan mata. "Ini ... indah sekali ...," gumam Lady Neenash dengan mata berbinar. "Terima kasih pujiannya, Lady. Ini adalah kampung halaman ibu saya di wilayah timur, tempat saya dilahirkan dan tumbuh besar selama ini," jelas Lady Cherrie. "Ayo kita ke rumah saya!" ajaknya lagi. Lady Neenash tak banyak bicara. Dia mengekori langkah Lady Cherrie yang entah kenapa terasa sangat cepat. Akhirnya, mereka sampai di sebuah rumah mungil, tetapi terasa hangat. Meskipun tampak sederhana, rumah itu dikelilingi ladang subur. Lady Cherrie membawa Lady Neenash ke ladang di sebelah kanan rumah. "Hei, itu, kan, kamu?" seru Lady Neenash refleks saat me
Suara cicit burung menyentak kesadaran Lady Neenash. Dia cepat-cepat membuka mata. Ladang dengan tanaman-tanaman yang baru bertunas terpampang di depan mata. Cukup lama hingga Lady Neenash menyadari dirinya sudah berada di masa yang berbeda.Tawa familiar terdengar dari tengah-tengah ladang. Lady Neenash pun memutuskan untuk mencari sumber suara. Dia bisa berjalan lurus saja tanpa perlu menghindari tanaman karena bisa menembus.Pada bagian tengah ladang, terlihat Lady Cherrie tengah tertawa sambil mencabuti rumput liar. Sementara itu, Sasha membantu dengan mengumpulkan rumput-rumput liar yang sudah dicabut ke suatu keranjang. Keduanya tampak asyik mengobrol dan sesekali melempar canda. Jika tidak melihat seringai licik Sasha yang sebelumnya, Lady Neenash pasti juga akan tertipu."Terima kasih, Sasha. Sejak kamu tinggal di sini, aku jadi tidak kesepian lagi. Pekerjaan di ladang juga menjadi lebih cepat selesai," ungkap Lady Cherrie tulus setelah mereka menyelesaikan pekerjaan.Keduanya
Jeritan Lady Neenash berakhir sia-sia. Lady Cherrie telah meneguk tehnya. Sasha menyeringai, membuat Lady Cherrie mengerutkan kening. "Ada apa, Sasha? Kenapa kau tersenyum aneh–"Lady Cherrie tak bisa melanjutkan ucapannya. Dia terbelalak sambil memegangi dada. Eranganya terdengar menyayat. Lady Neenash refleks mendekat hendak menopang tubuh Lady Cherrie yang mendadak oleng. Tentu saja, usaha itu juga berakhir dengan kesia-siaan. Lady Cherrie tetap ambruk dan menghempas lantai. Kening gadis itu sampai mengucurkan darah segar karena benturan yang cukup kuat. Namun, rasa sakit di kening rupanya masih kalah jauh dengan racun mematikan Sasha. Dibandingkan memegangi kening, Lady Cherrie tetap mencengkeram dada sambil berguling-guling. Matanya melotot seperti seseorang yang tengah tercekik. "Arghhh! Aduh! Sakit sekali! Panas! Panas!" jerit Lady Cherrie dengan air mata bercucuran. Sasha terbahak-bahak. Setelah puas tertawa, dia berjongkok. "Bagaimana rasanya, Cherrie? Menyenangkan sekal
Lady Neenash perlahan membuka mata. langit-langit berwarna putih polos tertangkap pandangan. Dia baru saja hendak mencerna keadaan ketika tarikan kuat membuat wajahnya terbenam di dada bidang yang berdebar kencang. "Neenash, syukurlah kau sadar. Aku takut sekali kehilanganmu. Kalung sial*n itu selalu menjadi masalah," cerocos Pangeran Sallac.Dia memeluk sang kekasih dengan sangat erat. Akibatnya, Lady Neenash malah menjadi susah bernapas. Gadis itu pun memberontak berusaha melepaskan diri."Tolong lepas dulu, Sallac! Aku tidak bisa bernapas," keluhnya sembari berusaha menyingkirkan lengan kokoh Pangeran Sallac.Namun, Pangeran Sallac terlalu haru sehingga tidak mendengar. Untunglah, Grand Duke Erbish menyadari kesulitan adik angkatnya itu. Dia memukul Pangeran Sallac tanpa aba-aba. Pelukan yang erat pun terlepas. Lady Neenash cepat-cepat menjauhkan diri. Sementara Pangeran Sallac memelototi Grand Duke Erbish. Namun, sang paman malah menggetok kepalanya."Kau ingin membunuh, Neenash
Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel
Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende
"Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men
Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha
Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.
Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa
"Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram
Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch
"Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand