CLARISSA, AKU HANYA TAK INGIN MEMBUATMU KHAWATIR SAJA! "Iya aku tidak bisa membiarkan dia keluar dari sini sampai dia benar-benar sembuh, Andrea. Kita harus bekerja sama kali ini!" sambungnya. "Apa yang kalian bicarakan? Apakah kalian ingin merencaanakan sesuatu padaku?" sindir Justin. "Sttt! Diamlah, Tuan Justin, aku sedang berbicara dengan Andrea," sahut Clarissa. "Apakah tali ini cukup kuat?" tanya Clarissa. "Cukup kuat, Nyonya. Tenang saja, kali ini talinya menggunakan batang baja dengan kombinasi 298 karbon tinggi terbaru dari Jerman. Tali ini sangat bisa diandalkan," sahut Andrea. Clarissa mengangukkan kepalanya. "Kamu bawalah beberapa barang ini dan minta seseorang untuk memasaknya. Semua ini titipan dari Tuan Steven, aku akan menjaga Tuan Steven. Jadi kamu istirahatlah," perintah Clarisa. "Istirahat? Bukankah kondisi keluarga Justin ini tidak baik," sahut Andrea. "Bagaimana bisa aku membiarkan Nyonya menjaga Tuan Justin. Tapi bukankah ini bukan ide yang buruk? Meningga
KENANGAN BAIK UNTUK CLARISSA! "Ini salahku. Aku seharusnya mempercayaimu, aku juga salah karena tidak memberitahumu. Aku hanya ingin tidak membuatmu khawatir. Kau pasti akan terpikirkan jika tahu keadaanku seperti ini, setidaknya sekarang aku sudah dalam keadaan lebih baik. Jadi kau tenang saja ya," ujar Justin. Clarissa pun menghampirinya dia pun langsung mencium bibir Justin. Trenyuh hatinya melihat Justin yang selalu mengalah untuknya. Bahkan dia selalu mengalah dan mengatakan maaf untuknya. "Clarissa apa kamu terlalu banyak makan sesuatu yang membuatmu makin jadi bernafsu?" sindir Justin tak mengira bahwa Clarissa akan langsung menciumnya. "Aku hanya ingin menghentikan mulutmu saja, Tuan Justin. Kau cerewet sekali padahal sedang sakit, aku merasa tidak senang kau terlalu banyak bicara saat sakit. Jadi istirahatlah," kilah Clarissa. "Hmmm. Clarissa aku lapar," kata Justin. "Oh aku akan menyuruh mereka untuk membawakan makanan terenak," kata Clarissa sambil mengambil telpon n
SUMIRE JADI PRESIDEN DIREKTUR SEMENTARA? "Ini adalah pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini, tidak peduli bagaimanapun juga aku harus meninggalkan kenangan yang baik untuk Clarissa," tekat Justin. Dia pun segera mengambil tablet diatas nakas dan membuat proposal cuti perusahaannya untuk pergi bulan madu. Dia ingin mengirimkan cuti kerjanya kepada perusahaan, setidaknya itu adalah prosedur utama yang harus dia lakukan. Meski dia presiden direktu di perusahaannya sendiri namun dia tetap patuh pada aturan yang berlaku. Tentang pengajuan cuti itu langsung didengar oleh Tuan Leonard. Hal itu tentu saja membuat Tuan Leonard murka seketika. Bagi Tuan Leonard cuti perusahaan merukapakan hal yang membuang waktu saja. "Justin! Apa yang kau lakukan. Rencana bodoh macam apa yang sedang kau pikirkan. Bagamana mungkin kau mengajukan ingin cuti istirahat selama dua puluh hari. Apa yang ingin dia lakukan? Apa dia pikir perusahaan Leonard hanya tempat untuk main-main ya?" omel Eyang Leo
KABAR MENGEJUTKAN DARI TUAN STEVEN "Sudahlah aku sudah menemukan beberapa hal yang lebih menarik dari pada mereka berdua. Justin bukanlah anak bodoh, kemungkinan tempat ini tidak akan menjadi begitu tenang lagi," ujar Nenek Elizabeth. Malam ini Justin tidur dengan perasaan tak tenang. Instingnya seperti mengatakan akan ada sesuatu yang terjadi, dia melihat ke arah samping. Clarissa masih tertidur pulas di sana, setidaknya itu sudah mampu membuatnya nyaman. "Kau dari mana saja, Tuan Justin? Kenapa kau baru kembali?" tanya Clarissa. "Aku mengangkat telpon sebentar tadi. Sekarang tidurlah," sahutnya. "Sudah lama sejak aku terbangun di pelukannya, aku tak merasakan ini. Dekapan hangat Tuan Justin," batin Clarissa. Mereka pun tidur berpelukan. Entah mengapa tiba-tiba Justin merasakan kehangatan dalam tubuhnya, semenjak kehadiran Clarissa. Hidupnya rasanya berubah, tak seperti dulu lagi. Dia menemukan kenyamanan sendiri yang tak bisa di ungkapkan. Kehadiran Clarissa benar-benar mer
GOLDEN BLOOD MILIK CLARISSA "Apakah tidak apa-apa Tuan Justin kalau kau memutuskan untuk libur sampai dua puluh hari dan meninggalkan perusahaanmu begitu saja? Bukankah itu terlalu lama? Bagaimana nanti jika terjadi apa-apa dengan perusahaan? Apa kau tak menyesalinya?" tanya Clarissa yang masih ragu. "Tenanglah, kamu tidak perlu memikirkan itu semua. Cukup pikirkan bagaimana kita akan melalui bulan madu kita kata saja," ujar Justin sambil mengelus kepala Clarissa. "Bukankah dia sudah terlalu berkorban banyak untukku?" batin Clarissa dalam hati sambil memandang wajah Justin. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Percayalah semua akan baik-baik saja, Clarissa. Jangan khawatir, tidak akan terjadi apa-apa. Ditambah lagi Kevin juga tinggal di negara yang akan kita kunjungi untuk menyelesaikan penelitiannya," terang Justin. "Apakah benar-benar tidak apa-apa untuk mengambil liburan begitu lama, Tuan Justin. Aku benar-benar khawatir," gumam Clarissa masih memikirkan nasib perusahaan Justin.
KECEMASAN TUAN STEVEN! "Aku melakukan ini semua demi dirimu, Tuan Justin," lanjut Clarissa. Justin pun memeluknya dari belakang. Dia tak menyangka Clarissa akan bertindak seperti ini, padahal dia berpikir bahwa mungkin Clarissa menyukai tuan Steven. Ini karena selama dia tinggal bersama Clarissa hanya Tuan Steven yang memiliki kedekatan khusus dengn Clarissa. "Terima kasih ya Clarissa," ucap Justin begitu tulus. "Tuan Justin, kamu tidak marah padaku kan?" tanya Clarissa lagi. Justin menggelengkan kepalanya. "Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Tuhan Steven, Tuan Justin. Hanya saja setiap melihatnya seperti ada perasaan yang tak bisa di ungkapkan. Aku selalu merasa seperti sedang bertemu dengan orang tua ku sendiri, ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan. Aku merasa nyaman jika berada di dekat Tuan Steven," jelas Clarissa. "Seperti ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan," sambungnya. "Apa ini? Mengapa dia
RARA YANG MERENDAHKAN HARGA DIRINYA DEMI HARTA! Sepanjang perjalanan Clarissa hanya diam dan terus memandaang ke luar jendela pesawat. Awan yang putih dan biru di tambah pemandangan bawah yang sedang melewati samudra. Sedangkan Justin melihatnya dari kaca, dia mengelus rambut Claarissa. "Kau sedang memikirkan apa, Clarissa? Apakah kau masih tidak enak badan?" tanya Justin pada Clarisa yang terlihat melamun. "Tidak, Tuan Justin," sahut Clarissa. "Lalu kenapa? Apa yang membuatmu melamun?" "Aku hanya saja sedikit kurang nyaman, takut jika pesawat ini kenapa-kenapa. Mungkin karena Ini pertama kalinya aku naik pesawat, Tuan Justin," jawab Clarissa sambil memandangi awan-awan di luar. Meskipun dia naik kelas bisnis tetapi itu tak mengurangi kegugupannya. Ini pertama kalinya dia berlibur dengan Justin dalam waktu yang lam ajuga. Apalagi ke luar negeri, hal yang tak pernah di impikan sebelumnya. "Oh iya, apakah pemberh
LIBURAN SPESIAL!"Kenapa dia menelpon ku saat seperti ini sih," omel Rara lirih."Halo Kevin, ada apa?" sapa Rara."Aku hari ini Jakarta, bukankah ini adalah hari ke-100 kita bersama? Jadi aku pikir kita bisa bertemu sebelum aku terbang besok ke luar negeri," ujar Kevin."Oh iya tentu saja, aku ada waktu. Bagaimana? Apa kita akan makan malam?" tanya Rara dengan wajah berbinar."Hari ke seratus bersama, apa dia akan memberiku hadiah lagi? Ternyata begini enaknya di cintai oleh lelaki dan pria kaya. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Mendapatkan du lelaki kaya keluarga Leonard, seperti ketiban durian runtuh saja," batin Rara."Nah kalau begitu aku akan menunggu di restoran tempat kita pertama kali berkencan, sebelum aku pergi ke luar negeri," ujar Kevin."Baik Sayang. Aku akan ke sana," sahut Rara.Panggilan itu di matikan, Kevin melihat ke arah monitor. Sebenarnya Kevin masihu masih ingin menyimpan Rara mendnegar cerita sedih dan latar belaka
RARA SEKARANG BERSAMA IVANDRA? RENCANA GILA APALAGI KALI INI!"Benar mungkin seperti yang Nyonya Clarissa duga. Ini adalah salinan surat kuasa sahamnya Tuan Justin. Tuan memang memiliki dan memegang 50% saham dan aku memiliki satu persen. Itu artinya jika kita berdua bekerja sama maka 51% dari saham perusahaan Leonard adalah milik kita. Jadi nasib perusahaan Leonard tidak akan bisa diubah oleh siapapun sesuka hatinya," ujar Andrea.Bagi seorang pengawal setia dan sahabat Justin Andrea memang tak segan-segan menolong apa yang bisa dia perbuat saat ini apalagi untuk keberlangsungan perusahaan yang sudah dia besarkan bersama Justin bersama-sama. Dia tak rela perusahaan Leonard hancur bagi situ saja karena keserakahan Tuan Leonard untuk mengeruk keuntungan yang begitu besar dan menjadikan sumire sebagai alatnya. Dia tak mau Tuan Justin akan terkena imbasnya apalagi saat ini Tuan Justin menghilang."Saat ini aku sebagai istri Tuan Justin akan mempertahankan harga dirinya saat sang suami t
SIAPAKAH PRESIDEN UTAMA YANG AKAN DITUNJUK?"Aku menyelamatkanmu dari genggaman Tuan Justin bukan karena melihatmu yang mencari mati! Sia-sia juga kalau aku membunuhmu sekarang. Kalau bukan karena masih ada hal lain yang harus kamu lakukan, apa kamu kira kamu masih bisa hidup sampai sekarang! Hah!" Bentak Ivandra. 'Plakkk' satu tamparan menghantam wajah Rara lagi. Ivandra tersenyum senang. "Permainan ini benar-benar semakin menyenangkan. Aku selalu berpikir di dunia ini bahwa hanya ada Kak Justin yang akan menjadi lawan sepadanku, tidak aku sangka di kota kecil ini masih ada orang yang bisa menyapu sebagian orang dari jaringan hitam. Wanita pula," batin Ivandra."Apakah orang ini juga maju demi wanita yang bernama Clarissa. Clarissa, kamu benar-benar adalah hantu pembawa sial bagi jaringan hitam. Karenamu jaringan hitam seakan berlomba untuk mendapatkan uang," ujar Ivandra.Sedangkan di sisi lain Andrea menghampiri Clarisa.
RARA DAN IVANDRA!"Apa? William? Mengapa dia? Apakah itu artinya semalam aku bukan mimpi?" Batin Clarissa mencoba mengingat kembali mimpinya semalam. Clarissa mencoba mengingat lagi apa yang terjadi diantara mimpi dan nyatanya. Dia masih ambigu saat pagi hari saat berada di batas alam mimpi dan nyata, ada sosok William di sana. William terus menggenggam tangannya.[Siapa yang menjagaku selain Tuan Steven? Apakah Tuan William juga menemaniku?][Ya, Nyonya. Beberapa malam setelah kau koma dia selalu menjagamu juga. Bahkan dia terus menggenggam tanganmu, tak membiarkan kau sendiri. Apakah kau mulai mengingatnya?]"Kenapa berbeda, justru aku kemarin merasa bermimpi bahwa Tuan Justin lah yang di sisiku. Bahkan aku masih merasakan genggaman tangannya, ternyata aku sudah menggenggam tangan orang yang salah. Apakah artinya lelaki yang ku lihat pagi hari itu Tuan William? Kalau begitu aku harus bagaimana untuk menghadapi Tuan William," kata Clarissa dalam hati.*****"Clarissa," panggil Tuan
TUAN STEVEN KEADAANNYA TAK BAIK, NYONYA!"Tuan kalau kamu seperti ini, setelah Nona Clarissa bangun dia akan menyalahkan dirinya sendiri atas penyakitmu. Oh iya ada surat lain yang dikirim dari kampung halaman mengatakan kalau si gadis dari keluarga Ling Ling, sudah keluar untuk uji coba," kata pengawal."Si cantik Ling-Ling? Gadis itu?" tanya Tuan Steven."Ya, benar. Dia gadis yang ingin Tuan menjadi guru pembimbing saat masih pendaftaran. Namun tak jadi karena Nyonya Clarissa yang akhirnya diterima oleh Tuan Hanung," jelas pengawal."Apakah dia sudah menjadi murid magang?" tanya Tuan Steven."Sudah tapi karena waktu belajarnya tidak cukup jadi dia tidak mendaftar di sekolah. Ternyata dia adalah murid dari Kak Yuki. Semua informasi ini valid, Tuan," terang pengawal."Kalau dia datang maka dia akan diterima dengan baik. Katakan pada asistenku yang baru nanti. semua ini masih berhubungan tetapi aku masih tidak bisa menemukan keberadaan di mana Yuki. Kemana kah dia? Kenapa dia menghinda
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj