SUMIRE JADI PRESIDEN DIREKTUR SEMENTARA? "Ini adalah pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini, tidak peduli bagaimanapun juga aku harus meninggalkan kenangan yang baik untuk Clarissa," tekat Justin. Dia pun segera mengambil tablet diatas nakas dan membuat proposal cuti perusahaannya untuk pergi bulan madu. Dia ingin mengirimkan cuti kerjanya kepada perusahaan, setidaknya itu adalah prosedur utama yang harus dia lakukan. Meski dia presiden direktu di perusahaannya sendiri namun dia tetap patuh pada aturan yang berlaku. Tentang pengajuan cuti itu langsung didengar oleh Tuan Leonard. Hal itu tentu saja membuat Tuan Leonard murka seketika. Bagi Tuan Leonard cuti perusahaan merukapakan hal yang membuang waktu saja. "Justin! Apa yang kau lakukan. Rencana bodoh macam apa yang sedang kau pikirkan. Bagamana mungkin kau mengajukan ingin cuti istirahat selama dua puluh hari. Apa yang ingin dia lakukan? Apa dia pikir perusahaan Leonard hanya tempat untuk main-main ya?" omel Eyang Leo
KABAR MENGEJUTKAN DARI TUAN STEVEN "Sudahlah aku sudah menemukan beberapa hal yang lebih menarik dari pada mereka berdua. Justin bukanlah anak bodoh, kemungkinan tempat ini tidak akan menjadi begitu tenang lagi," ujar Nenek Elizabeth. Malam ini Justin tidur dengan perasaan tak tenang. Instingnya seperti mengatakan akan ada sesuatu yang terjadi, dia melihat ke arah samping. Clarissa masih tertidur pulas di sana, setidaknya itu sudah mampu membuatnya nyaman. "Kau dari mana saja, Tuan Justin? Kenapa kau baru kembali?" tanya Clarissa. "Aku mengangkat telpon sebentar tadi. Sekarang tidurlah," sahutnya. "Sudah lama sejak aku terbangun di pelukannya, aku tak merasakan ini. Dekapan hangat Tuan Justin," batin Clarissa. Mereka pun tidur berpelukan. Entah mengapa tiba-tiba Justin merasakan kehangatan dalam tubuhnya, semenjak kehadiran Clarissa. Hidupnya rasanya berubah, tak seperti dulu lagi. Dia menemukan kenyamanan sendiri yang tak bisa di ungkapkan. Kehadiran Clarissa benar-benar mer
GOLDEN BLOOD MILIK CLARISSA "Apakah tidak apa-apa Tuan Justin kalau kau memutuskan untuk libur sampai dua puluh hari dan meninggalkan perusahaanmu begitu saja? Bukankah itu terlalu lama? Bagaimana nanti jika terjadi apa-apa dengan perusahaan? Apa kau tak menyesalinya?" tanya Clarissa yang masih ragu. "Tenanglah, kamu tidak perlu memikirkan itu semua. Cukup pikirkan bagaimana kita akan melalui bulan madu kita kata saja," ujar Justin sambil mengelus kepala Clarissa. "Bukankah dia sudah terlalu berkorban banyak untukku?" batin Clarissa dalam hati sambil memandang wajah Justin. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Percayalah semua akan baik-baik saja, Clarissa. Jangan khawatir, tidak akan terjadi apa-apa. Ditambah lagi Kevin juga tinggal di negara yang akan kita kunjungi untuk menyelesaikan penelitiannya," terang Justin. "Apakah benar-benar tidak apa-apa untuk mengambil liburan begitu lama, Tuan Justin. Aku benar-benar khawatir," gumam Clarissa masih memikirkan nasib perusahaan Justin.
KECEMASAN TUAN STEVEN! "Aku melakukan ini semua demi dirimu, Tuan Justin," lanjut Clarissa. Justin pun memeluknya dari belakang. Dia tak menyangka Clarissa akan bertindak seperti ini, padahal dia berpikir bahwa mungkin Clarissa menyukai tuan Steven. Ini karena selama dia tinggal bersama Clarissa hanya Tuan Steven yang memiliki kedekatan khusus dengn Clarissa. "Terima kasih ya Clarissa," ucap Justin begitu tulus. "Tuan Justin, kamu tidak marah padaku kan?" tanya Clarissa lagi. Justin menggelengkan kepalanya. "Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Tuhan Steven, Tuan Justin. Hanya saja setiap melihatnya seperti ada perasaan yang tak bisa di ungkapkan. Aku selalu merasa seperti sedang bertemu dengan orang tua ku sendiri, ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan. Aku merasa nyaman jika berada di dekat Tuan Steven," jelas Clarissa. "Seperti ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan," sambungnya. "Apa ini? Mengapa dia
RARA YANG MERENDAHKAN HARGA DIRINYA DEMI HARTA! Sepanjang perjalanan Clarissa hanya diam dan terus memandaang ke luar jendela pesawat. Awan yang putih dan biru di tambah pemandangan bawah yang sedang melewati samudra. Sedangkan Justin melihatnya dari kaca, dia mengelus rambut Claarissa. "Kau sedang memikirkan apa, Clarissa? Apakah kau masih tidak enak badan?" tanya Justin pada Clarisa yang terlihat melamun. "Tidak, Tuan Justin," sahut Clarissa. "Lalu kenapa? Apa yang membuatmu melamun?" "Aku hanya saja sedikit kurang nyaman, takut jika pesawat ini kenapa-kenapa. Mungkin karena Ini pertama kalinya aku naik pesawat, Tuan Justin," jawab Clarissa sambil memandangi awan-awan di luar. Meskipun dia naik kelas bisnis tetapi itu tak mengurangi kegugupannya. Ini pertama kalinya dia berlibur dengan Justin dalam waktu yang lam ajuga. Apalagi ke luar negeri, hal yang tak pernah di impikan sebelumnya. "Oh iya, apakah pemberh
LIBURAN SPESIAL!"Kenapa dia menelpon ku saat seperti ini sih," omel Rara lirih."Halo Kevin, ada apa?" sapa Rara."Aku hari ini Jakarta, bukankah ini adalah hari ke-100 kita bersama? Jadi aku pikir kita bisa bertemu sebelum aku terbang besok ke luar negeri," ujar Kevin."Oh iya tentu saja, aku ada waktu. Bagaimana? Apa kita akan makan malam?" tanya Rara dengan wajah berbinar."Hari ke seratus bersama, apa dia akan memberiku hadiah lagi? Ternyata begini enaknya di cintai oleh lelaki dan pria kaya. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Mendapatkan du lelaki kaya keluarga Leonard, seperti ketiban durian runtuh saja," batin Rara."Nah kalau begitu aku akan menunggu di restoran tempat kita pertama kali berkencan, sebelum aku pergi ke luar negeri," ujar Kevin."Baik Sayang. Aku akan ke sana," sahut Rara.Panggilan itu di matikan, Kevin melihat ke arah monitor. Sebenarnya Kevin masihu masih ingin menyimpan Rara mendnegar cerita sedih dan latar belaka
DEBUT DI AMERIKA? "Bagaimana mungkin ternyata dia dan Tuan Justin adalah teman? Wahhh, aku tak menyangka jika Tuan Justin memiliki kolega dan kenalan yang seluas ini. Tak hanya berhenti pada sutradara Hanung ternyata dia memiliki channel untuk sampai ke Hollywood," sambung Clarissa. "Ini adalah istriku, Clarissa," ujar Justin. "Perkenalkan Clarisa, Tuan," sahut Clarissa. "Wahh cantik sekali. Kamu memiliki pesona dan aura tersendiri, kau akan membiarkanku membantunya kan Tuan Justin? Dia begitu alami untuk berdiri di bawah sorotan lampu," puji Tuan Gerry, produser itu. Clarissa pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Dia menggandeng lengan Justin sangat grogi sekali. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan seorang yang hebat seperti sutradara ini. "Silakan masuk," ucap produser itu menjamunya. "Ah, dia jauh lebih mempesona daripada pacar penyanyimu sebelumnya," bisik pr
BERTEMU DEVAN DAN WANITA LAIN MESKI DI LUAR NEGERI! "Wahhh! Ini benar-benar hebat! Dia memang layak menjadi superstar yang terkenal dan internasional," kata Clarissa. "Kamu juga bisa seperti itu kalau kamu mau," sahut Justin. "Semua itu tergantung bagaimana usahamu nanti. Lihatlah sebagai suami aku sudah memberikan semua fasilitas yang terbaik untukmu meski endingnya istriku untuk dikagumi oleh begitu banyak orang. Aku tidak nyaman sebenarnya, hanya aku yang memikirkan kebahagiaanmu, Clarissa," sambungnya. Clarissa menatap ke arah Justin. Dia melihat ketulusan di mata Justin, makin mengenal Justin maka Clarissa makin yakin bahwa lelaki itu adalah orang baik yang penuh ketulusan. Dia begeitu memperhatikan dan memprioritaskan Clarissa. Wanita itu menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak perlu Tuan Justin, aku hanya suka akting tapi aku tidak suka menjadi bintang. Kau tak perlu melakukan sejauh ini," ucap Clarisa. "Kenapa?"