LIBURAN SPESIAL!
"Kenapa dia menelpon ku saat seperti ini sih," omel Rara lirih."Halo Kevin, ada apa?" sapa Rara."Aku hari ini Jakarta, bukankah ini adalah hari ke-100 kita bersama? Jadi aku pikir kita bisa bertemu sebelum aku terbang besok ke luar negeri," ujar Kevin."Oh iya tentu saja, aku ada waktu. Bagaimana? Apa kita akan makan malam?" tanya Rara dengan wajah berbinar."Hari ke seratus bersama, apa dia akan memberiku hadiah lagi? Ternyata begini enaknya di cintai oleh lelaki dan pria kaya. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Mendapatkan du lelaki kaya keluarga Leonard, seperti ketiban durian runtuh saja," batin Rara."Nah kalau begitu aku akan menunggu di restoran tempat kita pertama kali berkencan, sebelum aku pergi ke luar negeri," ujar Kevin."Baik Sayang. Aku akan ke sana," sahut Rara. Panggilan itu di matikan, Kevin melihat ke arah monitor. Sebenarnya Kevin masihu masih ingin menyimpan Rara mendnegar cerita sedih dan latar belakaDEBUT DI AMERIKA? "Bagaimana mungkin ternyata dia dan Tuan Justin adalah teman? Wahhh, aku tak menyangka jika Tuan Justin memiliki kolega dan kenalan yang seluas ini. Tak hanya berhenti pada sutradara Hanung ternyata dia memiliki channel untuk sampai ke Hollywood," sambung Clarissa. "Ini adalah istriku, Clarissa," ujar Justin. "Perkenalkan Clarisa, Tuan," sahut Clarissa. "Wahh cantik sekali. Kamu memiliki pesona dan aura tersendiri, kau akan membiarkanku membantunya kan Tuan Justin? Dia begitu alami untuk berdiri di bawah sorotan lampu," puji Tuan Gerry, produser itu. Clarissa pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Dia menggandeng lengan Justin sangat grogi sekali. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan seorang yang hebat seperti sutradara ini. "Silakan masuk," ucap produser itu menjamunya. "Ah, dia jauh lebih mempesona daripada pacar penyanyimu sebelumnya," bisik pr
BERTEMU DEVAN DAN WANITA LAIN MESKI DI LUAR NEGERI! "Wahhh! Ini benar-benar hebat! Dia memang layak menjadi superstar yang terkenal dan internasional," kata Clarissa. "Kamu juga bisa seperti itu kalau kamu mau," sahut Justin. "Semua itu tergantung bagaimana usahamu nanti. Lihatlah sebagai suami aku sudah memberikan semua fasilitas yang terbaik untukmu meski endingnya istriku untuk dikagumi oleh begitu banyak orang. Aku tidak nyaman sebenarnya, hanya aku yang memikirkan kebahagiaanmu, Clarissa," sambungnya. Clarissa menatap ke arah Justin. Dia melihat ketulusan di mata Justin, makin mengenal Justin maka Clarissa makin yakin bahwa lelaki itu adalah orang baik yang penuh ketulusan. Dia begeitu memperhatikan dan memprioritaskan Clarissa. Wanita itu menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak perlu Tuan Justin, aku hanya suka akting tapi aku tidak suka menjadi bintang. Kau tak perlu melakukan sejauh ini," ucap Clarisa. "Kenapa?"
LINGLING YANG BERMUKA DUA?"Clarissa, boleh kan aku ikut denganmu?" pinta Lingling."Baiklah kalau begitu kita pergi bersama saja. Bantu dia untuk sekali ini saja ya," pinta Clarissa berbisik lirih pada Justin."Baiklah, meski aku tidak suka jika wanita tidak jelas itu mengganggu dunia kami milik berdua tetapi sama sekali tidak ada cara untuk menolak permintaan apapun dari Clarissa," monolog Justsin pada dirinya. Dia pun hanya mengangguk setuju untuk bersamanya."Untuk sekali ini saja. Aku melakukannya karena ini permintaanmu," ucap Justin."Baiklah kau boleh ikut dengan kami," ujar Clarisa."Aku juga ikut!" sahut Devan. Justin langsung memeluk Clarissa."Apa kamu sudah lupa dengan peringatan dariku? Berani-beraninya kau mengatakan itu," kata Justin menatap ke arah Devan."Kenapa Lingling tiba-tiba berubah?" batin Devan.Mereka pun pergi bersama bertiga meninggalkan Devan. Sepanjang mereka berjalan bersama Lingling wanita itu terus menggandeng le
EVENT PRIVAT PARTY TUAN GERRY? "Ah, Kak Devan. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepada Clarissa dan itu tidak nyaman bagimu untuk berada di sana. Jadi aku mencari alasan," kata Lingling, Lingling tipikal seperti Rara, dia bermuka dua untuk menghalalkan segala rencananya. Namun tak semua orang tahu karena wajah Lingling ini jauh lebih polos daripada Rara. Dan juga dia memiliki kepentingan bersama Tuan Hanung bukan motivasi harta. "Apa yang kamu tanyakan padanya sampai aku tak boleh tahu?" tanya Devan. "Aku ingin bertanya padanya tentang dirimu, Kak Devan. Aku juga tidak bodoh, aku menemukan sepertinya kamu lebih peduli kepadanya daripada kak Nara. Bukankah dia adalah mantan pacar yang kamu bicarakan kan belakangan ini? Dia kan mantan kekasihmu yang selalu kau ceritakan, ujar Lingling. Devan menelan ludahnya dengan kasar. "Terus apa jawabannya?" "Dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi dengan suami di dekatnya sulit u
DI CULIK JARINGAN HITAM, LAGI? "Ah ternyata kamu juga menyukai karakter ini ya? Sungguh kebetulan karena aku juga menyukainya. Bkankah seler akita sama?" katanya sambil mendekati Clarissa dengan membawa guan malam yang sama dengan milik Clarissa. "Kebetulan sekali," ujar Clarissa langsung meras atak nyaman dengan tatapan wanita itu yang tak lain adalah Lingling. "Sudah giliranku ganti baju rupanya, aku masuk dan ganti dulu ya!" pamit Clarissa meninggalkan Lingling dan masuk ke ruang ganti. Dia berganti baju dengan gaun snowwhite berwarna putih dan biru. Dia merasa gaun itu sangat cocok dengan dirinya, berkali-kali dia bercermin. Innerchildnya selalu merasa terpuaskan dengan apa yang diberikan oleh Justin. "Entah apa kata Tuan Justin kalau dia melihatnya. Akankah dia merasa pakaian ini cocok untukku atau tidak," batin Clarissa dalam hati. Dia pun hendak pergi ke luar menunjukkan gaun itu pada Justin, namun secara tiba-tiba seorang ma
WANITA DALANG DI BALIK PENCULIKAN CLARISSA, SIAPA DIA? "Semua mobil yang mencurigakan sudah dikepung, Tuan," kata Andrea. "Lalu masih seberapa jauh lagi?" tanya Justin. "Sepertinya kita sudah hampir sampai," ucap Andrea, "Tidak aku sangka kita akan bertemu dengan orang-orang dari jaringan hitam bahkan saat di luar negeri. Sepertinya ada kaitannya," sambung Andrea. "Benar sungguh tidak disangka, apalagi ini di Hollywood," ucap Justin juga bingung dengan apa yang dilakukan oleh kelompoknya dulu. "Apakah ada kasus wanita hilang di sini beberapa waktu yang dekat ini?" tanya Justin pada detektif yang sudah di sewanya. "Tidak, Tuan," sahut detektif itu. "Kalau begitu mungkin Nyonya telah bertemu dengan kelompok orang jaringan hitam yang memang tak mengincar Nyonya saja. Namun memang sengaja melakukan penculikan besar-besaran. Saat melakukan pelacakan aku menemukan kalau orang itu bersangkutan dengan jaringan
SUARA TEMBAKAN! "Apa kau sudah sadar? Bukankah kita harus saling menyapa kembali? Bukankah sungguh suatu kebetulan kita bisa bertemu lagi di negara asing?" kata Ying. "Kenapa kau hanya diam? Ah ya benar juga, aku lupa kalau kamu masih belum bisa bicara karena mulutmu masih di sekap," kata Justin sambil berusaha melepaskan kainya. Dia pun menghela nafas berat, sesak sekali rasanya. Clarissa menarik nafas panjang untuk berancang-ancang kemudian hendak berteriak sekeras mungkin untuk meminta tolong. "Tolonggggggggg!" teriak Clarissa, Ying langsung menutup telponnya. "Argggh! Kenapa kau berteriak sekeras itu? Semua yang ada di sini adalah orang kami, tidak ada gunanya kamu berteriak. Itu hanya akan membuat keributan saja," tegur Ying. "Kenapa kamu muncul lagi? Apa kau tak bosan muncul terus-terusan di hadapanku? Apa kau tak lelah terus-terusan menculikku?" tanya Clarissa. "Hahahaha! Justru terbalik, aku juga ingin ta
KEHAMILAN CLARISSA! "Arggghhhhhh!" suara pekikan menggema. "Tuan Justin!!!!!!!" teriak Clarissa. "Tenanglah aku tak apa-apa," sahut Justin dengan bahunya yang tertembak. "Kau...kau tertembak," ucap Clarissa panik. Di tangannya bahkan masih ada darah milik Justin. "Sial! Kau masih ada penembak jitu dan ternyata kamu masih bisa begitu licik dan berbahaya," umpat Ying. "Tunggu aku akan membalasmu!" sambungnya. Clarissa diam dan terpaku. Dia menatap ke arah Ying yang juga terluka cukup parah, dia memegang lengannya sama seperti Justin. Tapi entah mengapa bahkan setelah mereka tertembak tak langsung terkapar. Seolah mereka hanya saling melukai bukan membunuh. "Tuan Justin... Kau terluka. Bagaimana bisa kau melakukan semua ini?" tanya Clarissa. "Jangan khawatir, hanya luka kecil saja," kata Justin sambil berusaha menenangkannya. "Aku tidak punya cara untuk menjelaskan masalah ini semua. B
RARA SEKARANG BERSAMA IVANDRA? RENCANA GILA APALAGI KALI INI!"Benar mungkin seperti yang Nyonya Clarissa duga. Ini adalah salinan surat kuasa sahamnya Tuan Justin. Tuan memang memiliki dan memegang 50% saham dan aku memiliki satu persen. Itu artinya jika kita berdua bekerja sama maka 51% dari saham perusahaan Leonard adalah milik kita. Jadi nasib perusahaan Leonard tidak akan bisa diubah oleh siapapun sesuka hatinya," ujar Andrea.Bagi seorang pengawal setia dan sahabat Justin Andrea memang tak segan-segan menolong apa yang bisa dia perbuat saat ini apalagi untuk keberlangsungan perusahaan yang sudah dia besarkan bersama Justin bersama-sama. Dia tak rela perusahaan Leonard hancur bagi situ saja karena keserakahan Tuan Leonard untuk mengeruk keuntungan yang begitu besar dan menjadikan sumire sebagai alatnya. Dia tak mau Tuan Justin akan terkena imbasnya apalagi saat ini Tuan Justin menghilang."Saat ini aku sebagai istri Tuan Justin akan mempertahankan harga dirinya saat sang suami t
SIAPAKAH PRESIDEN UTAMA YANG AKAN DITUNJUK?"Aku menyelamatkanmu dari genggaman Tuan Justin bukan karena melihatmu yang mencari mati! Sia-sia juga kalau aku membunuhmu sekarang. Kalau bukan karena masih ada hal lain yang harus kamu lakukan, apa kamu kira kamu masih bisa hidup sampai sekarang! Hah!" Bentak Ivandra. 'Plakkk' satu tamparan menghantam wajah Rara lagi. Ivandra tersenyum senang. "Permainan ini benar-benar semakin menyenangkan. Aku selalu berpikir di dunia ini bahwa hanya ada Kak Justin yang akan menjadi lawan sepadanku, tidak aku sangka di kota kecil ini masih ada orang yang bisa menyapu sebagian orang dari jaringan hitam. Wanita pula," batin Ivandra."Apakah orang ini juga maju demi wanita yang bernama Clarissa. Clarissa, kamu benar-benar adalah hantu pembawa sial bagi jaringan hitam. Karenamu jaringan hitam seakan berlomba untuk mendapatkan uang," ujar Ivandra.Sedangkan di sisi lain Andrea menghampiri Clarisa.
RARA DAN IVANDRA!"Apa? William? Mengapa dia? Apakah itu artinya semalam aku bukan mimpi?" Batin Clarissa mencoba mengingat kembali mimpinya semalam. Clarissa mencoba mengingat lagi apa yang terjadi diantara mimpi dan nyatanya. Dia masih ambigu saat pagi hari saat berada di batas alam mimpi dan nyata, ada sosok William di sana. William terus menggenggam tangannya.[Siapa yang menjagaku selain Tuan Steven? Apakah Tuan William juga menemaniku?][Ya, Nyonya. Beberapa malam setelah kau koma dia selalu menjagamu juga. Bahkan dia terus menggenggam tanganmu, tak membiarkan kau sendiri. Apakah kau mulai mengingatnya?]"Kenapa berbeda, justru aku kemarin merasa bermimpi bahwa Tuan Justin lah yang di sisiku. Bahkan aku masih merasakan genggaman tangannya, ternyata aku sudah menggenggam tangan orang yang salah. Apakah artinya lelaki yang ku lihat pagi hari itu Tuan William? Kalau begitu aku harus bagaimana untuk menghadapi Tuan William," kata Clarissa dalam hati.*****"Clarissa," panggil Tuan
TUAN STEVEN KEADAANNYA TAK BAIK, NYONYA!"Tuan kalau kamu seperti ini, setelah Nona Clarissa bangun dia akan menyalahkan dirinya sendiri atas penyakitmu. Oh iya ada surat lain yang dikirim dari kampung halaman mengatakan kalau si gadis dari keluarga Ling Ling, sudah keluar untuk uji coba," kata pengawal."Si cantik Ling-Ling? Gadis itu?" tanya Tuan Steven."Ya, benar. Dia gadis yang ingin Tuan menjadi guru pembimbing saat masih pendaftaran. Namun tak jadi karena Nyonya Clarissa yang akhirnya diterima oleh Tuan Hanung," jelas pengawal."Apakah dia sudah menjadi murid magang?" tanya Tuan Steven."Sudah tapi karena waktu belajarnya tidak cukup jadi dia tidak mendaftar di sekolah. Ternyata dia adalah murid dari Kak Yuki. Semua informasi ini valid, Tuan," terang pengawal."Kalau dia datang maka dia akan diterima dengan baik. Katakan pada asistenku yang baru nanti. semua ini masih berhubungan tetapi aku masih tidak bisa menemukan keberadaan di mana Yuki. Kemana kah dia? Kenapa dia menghinda
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj