KEHAMILAN CLARISSA!
"Arggghhhhhh!" suara pekikan menggema. "Tuan Justin!!!!!!!" teriak Clarissa. "Tenanglah aku tak apa-apa," sahut Justin dengan bahunya yang tertembak. "Kau...kau tertembak," ucap Clarissa panik. Di tangannya bahkan masih ada darah milik Justin. "Sial! Kau masih ada penembak jitu dan ternyata kamu masih bisa begitu licik dan berbahaya," umpat Ying. "Tunggu aku akan membalasmu!" sambungnya. Clarissa diam dan terpaku. Dia menatap ke arah Ying yang juga terluka cukup parah, dia memegang lengannya sama seperti Justin. Tapi entah mengapa bahkan setelah mereka tertembak tak langsung terkapar. Seolah mereka hanya saling melukai bukan membunuh. "Tuan Justin... Kau terluka. Bagaimana bisa kau melakukan semua ini?" tanya Clarissa. "Jangan khawatir, hanya luka kecil saja," kata Justin sambil berusaha menenangkannya. "Aku tidak punya cara untuk menjelaskan masalah ini semua. BSATU MILYAR RARA! "Bukankah Clarisa adalah gadis biasa?" tanya Kevin. "Entahlah. Aku pun belum bisa menyelidiki latar belakang keluarga Clarissa yang asli. Semua terbentur data pada saat itu. Mungkin setelah ini aku harus lebih konsentrasi dengan Clarissa. Mengingat dia memiliki garis darah yang istimewa sekali," jawab Justin. "Bagaimana bisa ada begitu banyak rahasia? Apakah ada masalah dengan penyelidikan sebelumnya?" tanya Kevin. "Sudahlah aku berjanji akan segera menyelesaikannya. Pastikan Clarissa tak mengalami masalah," pinta Kevin. "Tenang saja, kamu jangan terlalu cemas. Setidaknya darahnya saat ini bisa menguraikan bahkan menetralkan racun yang sudah di berikan oleh jaringan hitam padamu dulu, apalagi itu adalah racun yang baru dikembangkan oleh jaringan hitam. Hanya saja kita perlu melakukan penelitian lebih lanjut, kamu tidak perlu khawatir. Setidaknya ini tak akan membuat kau keracunan," kat
APA YANG SEBENARNYA DI INCAR? "Kalau kamu ingin kabur dari tanggung jawabmu, maka aku akan memberitahu bahwa di rumah sakitku akhir-akhir ini agak sedikit kekurangan relawan untuk percobaan obat. Maka kau bisa mendaftarkan dirimu ke sana. Oh iya bukankah kamu sudah berhubungan dengan pria lain akhir-akhir ini? Kalau memang dia begitu mencintaimu harusnya kau mampu membujuknya dan membiarkan dia membantumu kan?" sindir Kevin. 'Deg' Rara langsung terdiam. Dia menyadari kebodohan dan ketamakannya, dia membuang Kevin yang notabener dokter lebih muda demi Sumire lelaki tua bangka yang sekarang sedang menjabat sebagai presiden direktur di perusahaannya. "Kalau si bodoh paman kedua ini benar-benar akan mengeluarkan uang demi wanita ini maka dia benar-benar sangat bodoh dan tolol," batin Kevin mencoba menebak langkan Paman Sumire yang memang hobi bergonta ganti wanita. FLASHBACK OFF "Lalu di mana uang yang akan dia keluarkan, Kak?" tanya Kevin. "Ck, mudah saja di tebak. Kau tahu sendir
GURU BARU SIAPA ITU? MARGA CHAU? KENAPA DIA MUNCUL MENDADAK?"Apakah jaringan hitam akhirnya ingin menyerang keluarga tersembunyi?" tanya Justin pada Andrea aku tidak terlalu yakin. "Dia sendiri tidak tahu tujuan dari orang yang memberinya perintah itu. Sepertinya dia asal menerima perintah saja, dia hanya tahu kalau cabang jaringan hitam telah mengambil tindakan akhir-akhir ini. Jadi dia ingin mengambil inisiatif untuk menculik Nona dan membuatnya terkesan seolah ulah jaringan hitam," jelas Andrea."Mungkin dengan cara ini dia punya alasan untuk mendekati Tuan Hanung yang telah kehilangan muridnya, menurutku itu adalah alasannya yang paling logis, Tuan. Dia bahkan tidak tahu kalau kau adalah raja Ying, itu artinya dia bukan anggota lama. Dia seharusnya adalah orang yang memiliki peran kecil juga," lanjutnya.Justin terdiam sesaat mencoba menganalisis argumen Andrea. Kali ini sepertinya dia setuju, karena kebanyakan anggota jaringan lama pasti tahu siapa dia sebenarnya. Lingling mem
APARTEMEN DARI TUAN STEVEN"Tenanglah, Nyonya," sahut Andrea menenangkan."Clarissa!" panggil seorang wanita di loket administrasi."Ya!" sahutnya."Nomor delapan belas ikuti tes tertulis dulu, lalu hadiri sesi untuk wawancara. Pergilah ke barisan antrian," perintah seorang administrasi. "Kenapa ada wawancara? Mendadak sekali. Perasaan ini tidak pernah disebutkan sebelumnya," batin Clarissa.Namun mau tidak mau dia tetap harus menyelesaikan semua ujiannya. Clarissa pun mengikuti tes tertulis sesuai dengan prosedur. Setelah itu dia baru pergi ke ruang kelas besar di sebelah untuk wawancara. Clarissa pun menoleh melihat seseoang pemuda tampan dengan tampilannya yang sangat perlente sekali."Siapa orang itu? Apakah kita berada di ruang ujian yang sama? Tapi aku belum pernah melihat orang itu sebelumnya," batin Clarissa melihat pria berambut merah. Dia melirik ke arah Clarissa, membuat wanita saat itu salah tingkah."Wahhhh! Aura orang itu begitu kuat. Apa aku harus bersaing dengan kaum
MUNCULNYA KELUARGA RAHASIA."Eh iya asisten pengajar Yuni, ada apa?" tanya Clarissa."Ini adalah kunci apartemen," kata Yuni."Apartemen?" sahut Clarissa nampak kebingungan."Ya, maaf aku lupa untuk tadi memberikannya padamu," jawabnya."Tapi untuk apa apartemen? Rasanya aku tak memesan apartemen atau sebagainya," tolak Clarissa."Profesor Steven memang mengharuskan siswa untuk tinggal di asrama yang sama. Ini untuk mempermudah pekerjaan dan tugas drama nantinya. Jadi dua orang mahasiswanya yang beruntung memang mendapatkan fasilitas ini," jelas Yuni."Maaf, tapi sepertinya aku tidak bisa menerimanya. Aku sedang hamil, mungkin tidak akan nyaman tinggal di asrama. Apalagi ini anak pertama kami, jadi sebisa mungkin aku ingin tetap pulang. Bolehkah aku pulang ke rumah saja?" tanya Clarissa."Apa? Dia sedang hamil? Bagaimana mungkin Tuan Steven masih begitu mencintainya. Aku pikir Tuan Steven perhatian karena mencintainya, nnamun sepertinya salah. Siapa wanita ini sebenarnya?" batin Yuni
HARUSKAH AKU MEMUASKAN NAFSU KAMI BERDUA? "Kira-kira Siapa ya yang menelponku?" gumam Clarissa. Dia pun mengangkat teleponnya, takut jika ada sesuatu yang penting. Justin membiarkannya, dia percaya jika Clarissa tak akan sembarangan memberikan nomernya juga. Clarissa sengaja me-loud speaker telponnya agar Justin juga bisa menengarkannya. "Halo Nona Clarissa," sapa suara seseorang yang begitu di kenalnya. "Eh Tuan Steven. Ada apa, Tuan?" sapa Clarissa sambil duduk di sofa lebih mendekar pada Justin. "Apakah aku menganggumu?" tanya Tuan Steven. "Tidak, Tuan. Ada apa ya?" sahutnya. "Iya aku pikir kamu akan berinisiatif untuk meneleponku setelah mendapatkan nomerku. Tapi ternyata aku tunggu sama sekali tak ada panggilan masuk. Jadi aku berinisiatif menelponmu terlebih dahulu," jelas Tuan Steven. "Aku pergi berbelanja sebentar setelah itu jadi aku lupa, Tuan Steven. Maaf ya," kata Clarissa panik juga, dia tak mengira jika Tuan Steven sampai harus menghubunginya terlebih dahulu.
NAFSU MENGUASAI SEGALANYA!"Pandangan matanya ini? Apa mungkin dia juga menginginkan aku? Tapi aku punya perisai bayi mungil itu. Haruskah aku memuaskan nafsu kami berdua?" batin Justin."Bukankah kau sekarang sangat menganggur, Tuan? Kebetulan kan? Coba lihat pakaian apa yang baik aku kenakan untuk pergi ke sekolah itu? Apakah pakaian seksi atau ini?" Goda Clarissa menggoda. Dengan berani Justin pun segera di dudukan Clarissa di pinggir ranjang. Entah kebeanian dari mana, dia segera berganti pakaian di hadapan Justin seolah memancingnya. Dia tanpa malu hanya mengenakan bra dan celana dalam tipis di depan Justin. Membuat lelaki itu meneguk ludahnya dengan kasar."Clarissa..." panggil Justin lirih."Oh maaf, Tuan Justin. Aku tidak sengaja melakukannya. Apakah baju itu terlempar sampai dirimu?" Tanya Clarissa yang memang sembarangan melemparnya. Clarissa pun mengenakan pakaian lingerie hitam nan seksi."Apakah ini yang bagus?" sambung Clarissa."Bukankah sudah lama sekali aku tidak me
TUAN STEVEN DAN SEGALA KEJUTANNYA!Clarissa pun menganggukkan kepalanya. Entah mengapa ada perasaan cemas sebenarnya di hati Clarissa, namun dia mencoba menepisnya. Tiba-tiba ada tamu, di malam seperti ini."Selamat malam, maaf mengnaggu," sapa seorang lelaki yang tak asing bagi mereka semua, ternyata itu adalah Tuan Steven."Profesor Steven," pekik Clarissa kaget."Hahahah, santai saja, Clarissa. Ini belum masuk sekolah, jadi jangan terlalu formal denganku. Kau bisa panggil aku Tuan Steven seperti biasa saja. Jangan panggil aku Profesor," kata Tuan Justin. "Apalagi hari ini aku hanya tetangga baru kalian yang datang untuk berkunjung saja," sambungnya."Pindah?" tanya Clarissa heran dengan gebrakan Tuan Steven."Kenapa dia pindah kesini? Apakah dia benar-benar niat itu untuk pindah di rumah yang dekat denganku? Apa hubungan mereka sebenarnya?" Batin Justin melihat ke arah tuan Steven."Ya, aku sekarang akan jadi tetanggamu," sahut Tuan Steven,"Tetangga? Wah...." ucap Clarissa denga