KEMUNCULAN KELUARGA LION!"Apa yang harus aku lakukan? Tuan Steven memberikan hadiah Clarisa, orang yang memiliki tujuan dibalik kebaikannya tidak terduga. Apa yang dia inginkan?" Batin Justin."Tuan Justin, bagaimana?" Bisik Clarissa, dia meminta pendapat dan persetujuan Justin sebagai suaminya. Claarissa sanngat menghargai dan menghormatinya meskipun sekarang Justin tak memandangnya sebagai istri kontrak saja."Karena sudah seperti ini maka kamu terima saja. Menurutku tak ada yang salah dengan tawarannya," kata Justin."Nah nanti sebagai gantinya bulan depan adalah hari Guru, saat itu kamu memberi Tuan Steven ganti sebuah hadiah saja. Aku rasa itu juga sudah cukup," sambung Justin memberi usul.Meskipun Justin juga merasa semua ini begitu aneh, tanpa alasan sebenarnya apa yang telah dia rencanakan Tuan Steven. Keluarga konglomerat sembilan naga, pasti ada alasan tersembunyi dan besar mengapa mereka bersiap seperti ini."Baiklah kalau begitu aku pamit dulu," ucap Profesor Steven men
LELAKI BERAMBUT MERAH DAN INSTING JUSTIN!"Berapa umurmu tahun ini?" tanya Tuan Steven."Apakah Tuan Steven akhirnya akan menerima aku?" batin Yuni pun tersipu malu."Yuni sudah berumur dua puluh enam tahun ini, Tuan," jawab Yuni dengan suara mendesah manja."Pas juga sebanrnya. Dua puluh enam tahun, bukankan usia itu sudah tidak lagi terhitung kecil? Ide ku sepertinya tidak buruk juga," monolog Tuan Steven segera mengambil telepon di sampingnya. 'Kring kring kring'"Tolong katakan kepada Tuan anggota keluarga Lion yang bilang ingin tinggal di sebelah Nona Clarissa muridku satunya bahwa ruangannya akan siap dalam dua jam ke depan," ucpa Tuan Steven sambil langsung memasang wajah sumringah."Yuni lekas lah bersiap dan pergi ke unit apartemen satunya," perintah Tuan Steven."Baik, Tuan," sahut Yuni undur diri."Semoga rencanaku kali ini berbuah manis.Sepertinya jati diri Clarissa sudah tidak bisa disembunyikan lagi. Cepat atau lambat mereka akan tahu karena lambang phonix dan Golden b
REVAN!"Kalian ini siapa? Sudah aku bilang pada kalian untuk jangan mengganggu orang lain," tegur lelaki berambut merah."Tuan muda..." Panggil body guard itu. Lelaki itu tak menjawab dan bergegas pergi menemui Clarissa. "Maaf sudah mengganggu kalian, ini tidak akan terjadi lagi," ucap lelaki berambut merah."Tidak apa kok," sahut Clarissa dengan senyum."Halo namaku adalah William Long Lion. Kamu pasti teman sekelas ku kan? Namamu Clarisa Janson kan? Kita sempat beberapa kali bertemu tapi belum berkenalan," ujar Wiliam."Eh kamu mengenalku ya, Tuan William?" tanya Clarissa kaget. William menganggukkan kepalanya."Ya, guru pembimbingmu juga Tuan Steven Chau kan?" Tebak William."Wahhh, apakah kamu kakak seperguruanku yang mengambil S2 juga?" Ucap Clarissa mulai tertarik dengan pembicaraan mereka.Lelaki itu memang ramah meski aura yang menyelimutinya angker sekali. Clarissa hanya tersenyum menanggapinya. William memandang Clarissa dengan senyum yang susah di artikan."Tidak aku sam
KEPERGIAN MISI RAHASIA JUSTIN DAN KEMUNCULAN WILLIAM!"Masih sempat sih, tapi ada Justin di sisimu. Apa yang perlu kamu takutkan? Siapa yang menindasmu atau membuatmu tidak nyaman lawan saja mereka," kata Kevin sambil mengambil apelnya. "Kakak Justin akan mendukungmu," ucapnya lagi. Clarissa menganggukkan kepalanya.Di sisi lain pria berambut merah Willian Lion Long itu pergi ke cafe juga. Dia menapatkan informasi jika Clarissa ada di sana. Memang dia sudah menyebar semua mata-mata untuk memantau Clarissa."Tuan muda semua orang sudah diposisikan di kampus universitas yang akan kau kunjungi, bahkan di apartemen juga. Kecuali kamar milik Clarissa. Jadi bisa di pastikan tidak akan terjadi apapun pada Clarissa. Kami mengawasinya," jelas pengawal William."Clarissa? Kenapa kalian memanggulnya seperti itu? Bukankah lebih baik dia di panggil Nyonya Clarissa jangan hanya memanggil namanya. Bukankah aku sudah pernah memberitahu kalian, bahwa dia adalah nyonya masa depan keluarga Long Lion.
TUAN MUDA WILLIAM!"Sungguh suatu kebetulan sekali bertemu dengan murid spesial ini. Bukankah dia juga adik dari Kak Devan yang tampan itu?" kata orang di depannya."Apa Devan tampan? Ah iya, dia merupakan asisten profesor di juruan ini. Pantas saja banyak yang mengagungkan namanya. Ah iya kenapa ada fans club dia di mana pun? Aku tahu dia cukup populer sejak SMA, namun tak menyangka sepupuler ini juga," gerutu Clarissa dalam hatinya."Setelah kalian menerima barang perlengkapan kalian masing-masing, maka kalian sudah boleh pergi," kata wanita tua itu menerangkan apa saja yang harus dilakukan Clarissa sebagai mahasiswa baru."Ayo kita pergi makan bersama," ajak wanita di hadapannya tadi."Clarissa! Hey," teriak wanita fans Devan. Clarissa berhenti sebentar dan menoleh, dia mengerutkan keningnya heran. Dia merasa tak mengenal dan tak ada urusan dengan wanita itu. Dia juga tak begitu suka basa basi, sehingga dia melengos dan hendak berlalu begitu saja tanpa membuat masalah."Apa kah t
LONG LION VS LEONARD! "Entah mengapa aku merasa ada begitu banyak orang di sekitar sini?" kata Carissa sambil celingukan ke kanan dan kiri. Entah mengapa dia meras aterlalu banyak yang mengawasinya, meskipun tak seorang pun terlihat di sana. William terdiam sebentar dan tersenyum penuh arti, dia yakin dia wanita phonix yang memiliki darah golden blood sesungguhnya. Karena tak semua orang bisa menyadari mata-mata keluarga besarnya yang memang sudah terlatih khusus. "Rupanya dia benar-benar istimewa, bahkan dia bisa merasakan keberadaan penjaga gelap keluarga long Lion. Kemampuan persepsi yang begitu tajam," batin William sambil mengamati Clarissa. Dia paham sekarang mengapa Clarissa pantas menjadi wanita dengan darah Phoenix. "Itu sebabnya Eyang mewariskannya untukku dan kami harus melakukan perjodohan," kata William dalam hati lagi. Malam harinya di apartemen Clarissa, wanita itu terlihat lesu dan tak bersemangat. Dia hanya bisa me
TERENGGUTNYA KESUCIAN CLARISSA "Kak Devan," gumam Clarissa sambil memandang ke arah lelaki yang sekarang berada di atasnya. Clarissa memegang kepalanya, dia merasakan pusing luar biasa. Clarissa mencoba mengingat lagi, terakhir kali dia bersama Nara dan makan di sebuah restoran. Kakaknya Nara mengatakan bahwa seorang yang mencintainya sedang menunggu di dalam kamar ini. Clarissa mengira itu adalah Devan kekasihnya. "Apakah ini dirimu? Sungguh ini kau?" sambungnya. Lelaki itu tak menjawab. 'Cup' bibir mereka saling beradu, awalnya hanya sekedar saling menempel namun lama- lama menjadi lumatan. Dengan beraninya Clarissa langsung memeluknya, antara sadar dan tidak. Sebuah mimpi rasanya bisa ada di posisi ini dengan Devan, kekasih nya. Dia menduduki perut lelaki itu kemudian melumat bibirnya dengan ganas. "Ahhhh, mmmmhhh," desahan keluar dari bibir mereka. "Kau tidak menyuruhku untuk tidak melakukannya kan?" tanya lelaki tampan itu. "Suara itu...." gumam Clarissa langsung ber
WANITA HARAM YANG MENEMANIKU SEMALAM! Dering handphone diatas nakas membuat Justin terbangun. Dia meraba di mana terakhir kali meletakkan ponselnya dan segera menjawab telpon masuk itu, "Hallo, Tuan Justin! Hallo," sapa suara di seberang panik sesaat setelah telpon diangkat Justin. "Arggghhh! Ya..." sahutnya sambil memegangi kepalanya yang sakit. "Tuan... Tuan ada dimana? Tuan baik-baik saja?" tanya pria di sebrang. Dia mencoba mengumpulkan semua kesadarannya. Membuka matanya menatap ke semua sudut ruangan sambil mengingat apa yang terjadi, dia melihat di atas seprai bercak darah warna merah. Dia kemudian menyibak selimutnya, mendapati tubuhnya tanpa sehelai benang pun. "Sial! Apa yang terjadi," monolog Justin. "Tu....Tuan. Apa yang terjadi denganmu?" pria di telpon panik. "Aku berada di hotel Street, minta semua rekaman CCTV nya! CEPAT!" perintah Justin. Dia membanting Handphone dan turun dari ranjang, berjalan ke kamar mandi. Tapi matanya menemukan sebuah kartu nama