TUAN STEVEN DAN SEGALA KEJUTANNYA!Clarissa pun menganggukkan kepalanya. Entah mengapa ada perasaan cemas sebenarnya di hati Clarissa, namun dia mencoba menepisnya. Tiba-tiba ada tamu, di malam seperti ini."Selamat malam, maaf mengnaggu," sapa seorang lelaki yang tak asing bagi mereka semua, ternyata itu adalah Tuan Steven."Profesor Steven," pekik Clarissa kaget."Hahahah, santai saja, Clarissa. Ini belum masuk sekolah, jadi jangan terlalu formal denganku. Kau bisa panggil aku Tuan Steven seperti biasa saja. Jangan panggil aku Profesor," kata Tuan Justin. "Apalagi hari ini aku hanya tetangga baru kalian yang datang untuk berkunjung saja," sambungnya."Pindah?" tanya Clarissa heran dengan gebrakan Tuan Steven."Kenapa dia pindah kesini? Apakah dia benar-benar niat itu untuk pindah di rumah yang dekat denganku? Apa hubungan mereka sebenarnya?" Batin Justin melihat ke arah tuan Steven."Ya, aku sekarang akan jadi tetanggamu," sahut Tuan Steven,"Tetangga? Wah...." ucap Clarissa denga
KEMUNCULAN KELUARGA LION!"Apa yang harus aku lakukan? Tuan Steven memberikan hadiah Clarisa, orang yang memiliki tujuan dibalik kebaikannya tidak terduga. Apa yang dia inginkan?" Batin Justin."Tuan Justin, bagaimana?" Bisik Clarissa, dia meminta pendapat dan persetujuan Justin sebagai suaminya. Claarissa sanngat menghargai dan menghormatinya meskipun sekarang Justin tak memandangnya sebagai istri kontrak saja."Karena sudah seperti ini maka kamu terima saja. Menurutku tak ada yang salah dengan tawarannya," kata Justin."Nah nanti sebagai gantinya bulan depan adalah hari Guru, saat itu kamu memberi Tuan Steven ganti sebuah hadiah saja. Aku rasa itu juga sudah cukup," sambung Justin memberi usul.Meskipun Justin juga merasa semua ini begitu aneh, tanpa alasan sebenarnya apa yang telah dia rencanakan Tuan Steven. Keluarga konglomerat sembilan naga, pasti ada alasan tersembunyi dan besar mengapa mereka bersiap seperti ini."Baiklah kalau begitu aku pamit dulu," ucap Profesor Steven men
LELAKI BERAMBUT MERAH DAN INSTING JUSTIN!"Berapa umurmu tahun ini?" tanya Tuan Steven."Apakah Tuan Steven akhirnya akan menerima aku?" batin Yuni pun tersipu malu."Yuni sudah berumur dua puluh enam tahun ini, Tuan," jawab Yuni dengan suara mendesah manja."Pas juga sebanrnya. Dua puluh enam tahun, bukankan usia itu sudah tidak lagi terhitung kecil? Ide ku sepertinya tidak buruk juga," monolog Tuan Steven segera mengambil telepon di sampingnya. 'Kring kring kring'"Tolong katakan kepada Tuan anggota keluarga Lion yang bilang ingin tinggal di sebelah Nona Clarissa muridku satunya bahwa ruangannya akan siap dalam dua jam ke depan," ucpa Tuan Steven sambil langsung memasang wajah sumringah."Yuni lekas lah bersiap dan pergi ke unit apartemen satunya," perintah Tuan Steven."Baik, Tuan," sahut Yuni undur diri."Semoga rencanaku kali ini berbuah manis.Sepertinya jati diri Clarissa sudah tidak bisa disembunyikan lagi. Cepat atau lambat mereka akan tahu karena lambang phonix dan Golden b
REVAN!"Kalian ini siapa? Sudah aku bilang pada kalian untuk jangan mengganggu orang lain," tegur lelaki berambut merah."Tuan muda..." Panggil body guard itu. Lelaki itu tak menjawab dan bergegas pergi menemui Clarissa. "Maaf sudah mengganggu kalian, ini tidak akan terjadi lagi," ucap lelaki berambut merah."Tidak apa kok," sahut Clarissa dengan senyum."Halo namaku adalah William Long Lion. Kamu pasti teman sekelas ku kan? Namamu Clarisa Janson kan? Kita sempat beberapa kali bertemu tapi belum berkenalan," ujar Wiliam."Eh kamu mengenalku ya, Tuan William?" tanya Clarissa kaget. William menganggukkan kepalanya."Ya, guru pembimbingmu juga Tuan Steven Chau kan?" Tebak William."Wahhh, apakah kamu kakak seperguruanku yang mengambil S2 juga?" Ucap Clarissa mulai tertarik dengan pembicaraan mereka.Lelaki itu memang ramah meski aura yang menyelimutinya angker sekali. Clarissa hanya tersenyum menanggapinya. William memandang Clarissa dengan senyum yang susah di artikan."Tidak aku sam
KEPERGIAN MISI RAHASIA JUSTIN DAN KEMUNCULAN WILLIAM!"Masih sempat sih, tapi ada Justin di sisimu. Apa yang perlu kamu takutkan? Siapa yang menindasmu atau membuatmu tidak nyaman lawan saja mereka," kata Kevin sambil mengambil apelnya. "Kakak Justin akan mendukungmu," ucapnya lagi. Clarissa menganggukkan kepalanya.Di sisi lain pria berambut merah Willian Lion Long itu pergi ke cafe juga. Dia menapatkan informasi jika Clarissa ada di sana. Memang dia sudah menyebar semua mata-mata untuk memantau Clarissa."Tuan muda semua orang sudah diposisikan di kampus universitas yang akan kau kunjungi, bahkan di apartemen juga. Kecuali kamar milik Clarissa. Jadi bisa di pastikan tidak akan terjadi apapun pada Clarissa. Kami mengawasinya," jelas pengawal William."Clarissa? Kenapa kalian memanggulnya seperti itu? Bukankah lebih baik dia di panggil Nyonya Clarissa jangan hanya memanggil namanya. Bukankah aku sudah pernah memberitahu kalian, bahwa dia adalah nyonya masa depan keluarga Long Lion.
TUAN MUDA WILLIAM!"Sungguh suatu kebetulan sekali bertemu dengan murid spesial ini. Bukankah dia juga adik dari Kak Devan yang tampan itu?" kata orang di depannya."Apa Devan tampan? Ah iya, dia merupakan asisten profesor di juruan ini. Pantas saja banyak yang mengagungkan namanya. Ah iya kenapa ada fans club dia di mana pun? Aku tahu dia cukup populer sejak SMA, namun tak menyangka sepupuler ini juga," gerutu Clarissa dalam hatinya."Setelah kalian menerima barang perlengkapan kalian masing-masing, maka kalian sudah boleh pergi," kata wanita tua itu menerangkan apa saja yang harus dilakukan Clarissa sebagai mahasiswa baru."Ayo kita pergi makan bersama," ajak wanita di hadapannya tadi."Clarissa! Hey," teriak wanita fans Devan. Clarissa berhenti sebentar dan menoleh, dia mengerutkan keningnya heran. Dia merasa tak mengenal dan tak ada urusan dengan wanita itu. Dia juga tak begitu suka basa basi, sehingga dia melengos dan hendak berlalu begitu saja tanpa membuat masalah."Apa kah t
LONG LION VS LEONARD! "Entah mengapa aku merasa ada begitu banyak orang di sekitar sini?" kata Carissa sambil celingukan ke kanan dan kiri. Entah mengapa dia meras aterlalu banyak yang mengawasinya, meskipun tak seorang pun terlihat di sana. William terdiam sebentar dan tersenyum penuh arti, dia yakin dia wanita phonix yang memiliki darah golden blood sesungguhnya. Karena tak semua orang bisa menyadari mata-mata keluarga besarnya yang memang sudah terlatih khusus. "Rupanya dia benar-benar istimewa, bahkan dia bisa merasakan keberadaan penjaga gelap keluarga long Lion. Kemampuan persepsi yang begitu tajam," batin William sambil mengamati Clarissa. Dia paham sekarang mengapa Clarissa pantas menjadi wanita dengan darah Phoenix. "Itu sebabnya Eyang mewariskannya untukku dan kami harus melakukan perjodohan," kata William dalam hati lagi. Malam harinya di apartemen Clarissa, wanita itu terlihat lesu dan tak bersemangat. Dia hanya bisa me
DUA UNDANGAN KE PESTA PENYAMBUTAN!"Sungguh kebetulan kan kita bertemu lagi. Apakah kau sudah sarapan?" tanya William tiba-tiba muncul."Astaga apa ini!" batin Clarissa kaget. Dia menoleh ke belakang ternyata William sudah ada di sana, nampak dia tersenyum ke arahnya."Ayo kita pergi bersama, lagi pula kita juga searah kan?" ajak William menyapa. Clarissa terdiam mendengar ajakan William, akhirnya alasan untuk pergi searah yang mengesalkan hati Clarissa terulang lagi. Namun dia tak berani menolak karena tak memiliki alasan untuk menolaknya juga. Endingnya mereka pun berjalan lagi bersama ke kampus, sampainya di kantin kampus William mengambil baki tempat makan untuk mereka berdua. Clarissa pun merasa tak enak, dia sebisa mungkin menolaknya."Kau tak perlu repot-repot melakukan ini untukku, Tuan William," ucap Clarissa terpaksa tersenyum. William melihat Clarissa dan tersenyum."Tidak apa-apa, aku dengan senang hati melakukan untukmu," kata William sambil menyerahkan nampan makan itu
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj
JANGAN BERGERAK!"Dengan begini dia seharusnya sudah tidak ada waktu untuk mengganggu ku lagi kan?" batin Clarisa sambil menenteng belanjaannya. Tanpa dia sadari dari jauh William memperhatikannya."Ternyata dia pintar juga ya," gumamnya."Tuan muda," panggil seorang pengawal. "Telepon dari tuan besar," bisik seorang pengawalnya. William menoleh dia mengambil hp-nya. "Halo, Ya ayah. Ada apa?" tanya William."William, aku dengar kamu telah pergi ke Universitas negara sebelah dan menemukan keturunan daerah Blood gold, hanya saja terjadi sesuatu yang tidak terduga. Apa benar?" tanya Tuan besar, Ayah William."Apakah Ayah maksud adalah masalah Clarissa hamil?" sahut William."Benar, dia sedang hamil kan? Kalau benar, maka diaa benar-benar tidak bisa menjadi Nyonya dari keluarga Long Lion kita. Tapi untungnya tidak ada seorangpun di tempat keluarga besar Chau yang mengetahui identitasnya kecuali Tuan Steven dan Yuki. Aku tidak bisa menentang kalian bersama, tapi aku harap kamu bisa menga
TAMPARAN NARA!"Atau karena pria itu? Kalau dia tidak kembali tentu dia tak punya pilihan lain kan? Apakah aku harus memusnahkannya juga?" batin William. Clarissa sebelum pulang ke apartemen memutuskan untuk berbelanja di tol serba terdekat. Meskipun hanya berbelanja beberapa camilan yang dia sukai namun dia cukup merasa senang, menurutnya berbelanja adalah kegiatan yang paling menyenangkan."Pakai kartu punyaku," ucap seorang wanita di belakang Aruna mengulurkan kartu pada kasir."Kak Nara, kenapa kamu datang kemari sekarang?" tanya Clarissa terkejut melihat Nara di sampingnya."Bukankah kau baru mengirim pesan singkat padaku mengatakan ada tiket khusus acara seni yang di adakan oleh suamik, Devan. Kenapa? Tidak apa-apa kan aku datang lebih cepat. Apa aku tidak boleh datang untuk melihatmu? Bagaimana bisa kau berada di sini?" Cerca Nara dengan berbagai pertanyaa."Kau bukan datang untuk mencari masalah kan, Kak?" sindir Clarissa.Nara diam, dia menunggu Clarissa menjawab semua per
APAKAH AKU HARUS MEMUSNAHKANNYA JUGA?"Tapi Ibu ingin mengingatkanmu beberapa kalimat, kita berada di dalam keluarga yang kaya raya. Jaga kehormatanmu, percayalah semua rumah tangga konglomerat itu kurang lebih sama. Dimanapun tempatnya semua pria sedikit suka bermain dengan wanita. Asal kamu adalah istri sah maka buka satu mata dan tutup satu mata satunya. Itu sudah cukup," pesan Nyonya Lula."Apa maksudmu, Ma?" Tanya Nara tak mengerti dengan nasehat Ibunya yang terasa aneh dan janggal itu. Nyonya Lula mengelus tangan Nara perlahan, ini kali pertama dalam hidupnya mungkin akan mengatakan perkataan dewasa dengan sang putri. Selama ini dia selalu menyembunyikan perasaannya dan bersikap baik-baik saja dengan semua perlakuan suaminya."Nara, kau harus ingat bahwa sekarang kodratmu sudah berubah menjadi istri. Jadi mulai sekarang kau tak boleh terlalu serakah untuk memainkan permainan," ucap Nyonya Lula, Nara pun hanya menghela nafas panjang. Dia pun mengangguk pasrah tak bisa berbuat b
HUBUNGAN SUAMI ISTRI YANG MERENGGANG?"Hanya jika kalian pergi Tuan Steven baru bersedia untuk pergi. Lebih tepatnya aku mengatakan seperti itu agar Tuan Steven mau ke sana. Namun aku tak bisa mengatakannya di hadapan kalian," batin Yuni.Clarissa memandangi tiket itu, dia sudah memilikinya dari Devan. Itu artinya dia memiliki dua tiket masuk, sebenarnya Clarissa malas sekali datang ke acara seperti ini. Tapi karena Yuni mengatakan bahwa Tuan Steven datang, sebagai murid maka ia harus datang juga untuk menghormatinya."Datanglah! Meski kalian belum tentu akan menjadi aktor atau penyanyi di masa depan ada baiknya untuk pergi memahami kemampuan senior kalian kan," sambung Yuni."Clarissa, kamu pasti akan pergi kan? Toh ini hanya sebuah pesta penyambutan saja, bukan film yang mengerikan. Tidak akan menakuti anak dalam kandunganmu kan?" Lanjut Yuni."Iya aku akan pergi," ujar Clarissa menganggukkan kepalanya."Kenapa dia begitu ingin aku berpartisipasi dalam acara seperti ini? Tak hanya