APARTEMEN DARI TUAN STEVEN"Tenanglah, Nyonya," sahut Andrea menenangkan."Clarissa!" panggil seorang wanita di loket administrasi."Ya!" sahutnya."Nomor delapan belas ikuti tes tertulis dulu, lalu hadiri sesi untuk wawancara. Pergilah ke barisan antrian," perintah seorang administrasi. "Kenapa ada wawancara? Mendadak sekali. Perasaan ini tidak pernah disebutkan sebelumnya," batin Clarissa.Namun mau tidak mau dia tetap harus menyelesaikan semua ujiannya. Clarissa pun mengikuti tes tertulis sesuai dengan prosedur. Setelah itu dia baru pergi ke ruang kelas besar di sebelah untuk wawancara. Clarissa pun menoleh melihat seseoang pemuda tampan dengan tampilannya yang sangat perlente sekali."Siapa orang itu? Apakah kita berada di ruang ujian yang sama? Tapi aku belum pernah melihat orang itu sebelumnya," batin Clarissa melihat pria berambut merah. Dia melirik ke arah Clarissa, membuat wanita saat itu salah tingkah."Wahhhh! Aura orang itu begitu kuat. Apa aku harus bersaing dengan kaum
MUNCULNYA KELUARGA RAHASIA."Eh iya asisten pengajar Yuni, ada apa?" tanya Clarissa."Ini adalah kunci apartemen," kata Yuni."Apartemen?" sahut Clarissa nampak kebingungan."Ya, maaf aku lupa untuk tadi memberikannya padamu," jawabnya."Tapi untuk apa apartemen? Rasanya aku tak memesan apartemen atau sebagainya," tolak Clarissa."Profesor Steven memang mengharuskan siswa untuk tinggal di asrama yang sama. Ini untuk mempermudah pekerjaan dan tugas drama nantinya. Jadi dua orang mahasiswanya yang beruntung memang mendapatkan fasilitas ini," jelas Yuni."Maaf, tapi sepertinya aku tidak bisa menerimanya. Aku sedang hamil, mungkin tidak akan nyaman tinggal di asrama. Apalagi ini anak pertama kami, jadi sebisa mungkin aku ingin tetap pulang. Bolehkah aku pulang ke rumah saja?" tanya Clarissa."Apa? Dia sedang hamil? Bagaimana mungkin Tuan Steven masih begitu mencintainya. Aku pikir Tuan Steven perhatian karena mencintainya, nnamun sepertinya salah. Siapa wanita ini sebenarnya?" batin Yuni
HARUSKAH AKU MEMUASKAN NAFSU KAMI BERDUA? "Kira-kira Siapa ya yang menelponku?" gumam Clarissa. Dia pun mengangkat teleponnya, takut jika ada sesuatu yang penting. Justin membiarkannya, dia percaya jika Clarissa tak akan sembarangan memberikan nomernya juga. Clarissa sengaja me-loud speaker telponnya agar Justin juga bisa menengarkannya. "Halo Nona Clarissa," sapa suara seseorang yang begitu di kenalnya. "Eh Tuan Steven. Ada apa, Tuan?" sapa Clarissa sambil duduk di sofa lebih mendekar pada Justin. "Apakah aku menganggumu?" tanya Tuan Steven. "Tidak, Tuan. Ada apa ya?" sahutnya. "Iya aku pikir kamu akan berinisiatif untuk meneleponku setelah mendapatkan nomerku. Tapi ternyata aku tunggu sama sekali tak ada panggilan masuk. Jadi aku berinisiatif menelponmu terlebih dahulu," jelas Tuan Steven. "Aku pergi berbelanja sebentar setelah itu jadi aku lupa, Tuan Steven. Maaf ya," kata Clarissa panik juga, dia tak mengira jika Tuan Steven sampai harus menghubunginya terlebih dahulu.
NAFSU MENGUASAI SEGALANYA!"Pandangan matanya ini? Apa mungkin dia juga menginginkan aku? Tapi aku punya perisai bayi mungil itu. Haruskah aku memuaskan nafsu kami berdua?" batin Justin."Bukankah kau sekarang sangat menganggur, Tuan? Kebetulan kan? Coba lihat pakaian apa yang baik aku kenakan untuk pergi ke sekolah itu? Apakah pakaian seksi atau ini?" Goda Clarissa menggoda. Dengan berani Justin pun segera di dudukan Clarissa di pinggir ranjang. Entah kebeanian dari mana, dia segera berganti pakaian di hadapan Justin seolah memancingnya. Dia tanpa malu hanya mengenakan bra dan celana dalam tipis di depan Justin. Membuat lelaki itu meneguk ludahnya dengan kasar."Clarissa..." panggil Justin lirih."Oh maaf, Tuan Justin. Aku tidak sengaja melakukannya. Apakah baju itu terlempar sampai dirimu?" Tanya Clarissa yang memang sembarangan melemparnya. Clarissa pun mengenakan pakaian lingerie hitam nan seksi."Apakah ini yang bagus?" sambung Clarissa."Bukankah sudah lama sekali aku tidak me
TUAN STEVEN DAN SEGALA KEJUTANNYA!Clarissa pun menganggukkan kepalanya. Entah mengapa ada perasaan cemas sebenarnya di hati Clarissa, namun dia mencoba menepisnya. Tiba-tiba ada tamu, di malam seperti ini."Selamat malam, maaf mengnaggu," sapa seorang lelaki yang tak asing bagi mereka semua, ternyata itu adalah Tuan Steven."Profesor Steven," pekik Clarissa kaget."Hahahah, santai saja, Clarissa. Ini belum masuk sekolah, jadi jangan terlalu formal denganku. Kau bisa panggil aku Tuan Steven seperti biasa saja. Jangan panggil aku Profesor," kata Tuan Justin. "Apalagi hari ini aku hanya tetangga baru kalian yang datang untuk berkunjung saja," sambungnya."Pindah?" tanya Clarissa heran dengan gebrakan Tuan Steven."Kenapa dia pindah kesini? Apakah dia benar-benar niat itu untuk pindah di rumah yang dekat denganku? Apa hubungan mereka sebenarnya?" Batin Justin melihat ke arah tuan Steven."Ya, aku sekarang akan jadi tetanggamu," sahut Tuan Steven,"Tetangga? Wah...." ucap Clarissa denga
KEMUNCULAN KELUARGA LION!"Apa yang harus aku lakukan? Tuan Steven memberikan hadiah Clarisa, orang yang memiliki tujuan dibalik kebaikannya tidak terduga. Apa yang dia inginkan?" Batin Justin."Tuan Justin, bagaimana?" Bisik Clarissa, dia meminta pendapat dan persetujuan Justin sebagai suaminya. Claarissa sanngat menghargai dan menghormatinya meskipun sekarang Justin tak memandangnya sebagai istri kontrak saja."Karena sudah seperti ini maka kamu terima saja. Menurutku tak ada yang salah dengan tawarannya," kata Justin."Nah nanti sebagai gantinya bulan depan adalah hari Guru, saat itu kamu memberi Tuan Steven ganti sebuah hadiah saja. Aku rasa itu juga sudah cukup," sambung Justin memberi usul.Meskipun Justin juga merasa semua ini begitu aneh, tanpa alasan sebenarnya apa yang telah dia rencanakan Tuan Steven. Keluarga konglomerat sembilan naga, pasti ada alasan tersembunyi dan besar mengapa mereka bersiap seperti ini."Baiklah kalau begitu aku pamit dulu," ucap Profesor Steven men
LELAKI BERAMBUT MERAH DAN INSTING JUSTIN!"Berapa umurmu tahun ini?" tanya Tuan Steven."Apakah Tuan Steven akhirnya akan menerima aku?" batin Yuni pun tersipu malu."Yuni sudah berumur dua puluh enam tahun ini, Tuan," jawab Yuni dengan suara mendesah manja."Pas juga sebanrnya. Dua puluh enam tahun, bukankan usia itu sudah tidak lagi terhitung kecil? Ide ku sepertinya tidak buruk juga," monolog Tuan Steven segera mengambil telepon di sampingnya. 'Kring kring kring'"Tolong katakan kepada Tuan anggota keluarga Lion yang bilang ingin tinggal di sebelah Nona Clarissa muridku satunya bahwa ruangannya akan siap dalam dua jam ke depan," ucpa Tuan Steven sambil langsung memasang wajah sumringah."Yuni lekas lah bersiap dan pergi ke unit apartemen satunya," perintah Tuan Steven."Baik, Tuan," sahut Yuni undur diri."Semoga rencanaku kali ini berbuah manis.Sepertinya jati diri Clarissa sudah tidak bisa disembunyikan lagi. Cepat atau lambat mereka akan tahu karena lambang phonix dan Golden b
REVAN!"Kalian ini siapa? Sudah aku bilang pada kalian untuk jangan mengganggu orang lain," tegur lelaki berambut merah."Tuan muda..." Panggil body guard itu. Lelaki itu tak menjawab dan bergegas pergi menemui Clarissa. "Maaf sudah mengganggu kalian, ini tidak akan terjadi lagi," ucap lelaki berambut merah."Tidak apa kok," sahut Clarissa dengan senyum."Halo namaku adalah William Long Lion. Kamu pasti teman sekelas ku kan? Namamu Clarisa Janson kan? Kita sempat beberapa kali bertemu tapi belum berkenalan," ujar Wiliam."Eh kamu mengenalku ya, Tuan William?" tanya Clarissa kaget. William menganggukkan kepalanya."Ya, guru pembimbingmu juga Tuan Steven Chau kan?" Tebak William."Wahhh, apakah kamu kakak seperguruanku yang mengambil S2 juga?" Ucap Clarissa mulai tertarik dengan pembicaraan mereka.Lelaki itu memang ramah meski aura yang menyelimutinya angker sekali. Clarissa hanya tersenyum menanggapinya. William memandang Clarissa dengan senyum yang susah di artikan."Tidak aku sam
RARA SEKARANG BERSAMA IVANDRA? RENCANA GILA APALAGI KALI INI!"Benar mungkin seperti yang Nyonya Clarissa duga. Ini adalah salinan surat kuasa sahamnya Tuan Justin. Tuan memang memiliki dan memegang 50% saham dan aku memiliki satu persen. Itu artinya jika kita berdua bekerja sama maka 51% dari saham perusahaan Leonard adalah milik kita. Jadi nasib perusahaan Leonard tidak akan bisa diubah oleh siapapun sesuka hatinya," ujar Andrea.Bagi seorang pengawal setia dan sahabat Justin Andrea memang tak segan-segan menolong apa yang bisa dia perbuat saat ini apalagi untuk keberlangsungan perusahaan yang sudah dia besarkan bersama Justin bersama-sama. Dia tak rela perusahaan Leonard hancur bagi situ saja karena keserakahan Tuan Leonard untuk mengeruk keuntungan yang begitu besar dan menjadikan sumire sebagai alatnya. Dia tak mau Tuan Justin akan terkena imbasnya apalagi saat ini Tuan Justin menghilang."Saat ini aku sebagai istri Tuan Justin akan mempertahankan harga dirinya saat sang suami t
SIAPAKAH PRESIDEN UTAMA YANG AKAN DITUNJUK?"Aku menyelamatkanmu dari genggaman Tuan Justin bukan karena melihatmu yang mencari mati! Sia-sia juga kalau aku membunuhmu sekarang. Kalau bukan karena masih ada hal lain yang harus kamu lakukan, apa kamu kira kamu masih bisa hidup sampai sekarang! Hah!" Bentak Ivandra. 'Plakkk' satu tamparan menghantam wajah Rara lagi. Ivandra tersenyum senang. "Permainan ini benar-benar semakin menyenangkan. Aku selalu berpikir di dunia ini bahwa hanya ada Kak Justin yang akan menjadi lawan sepadanku, tidak aku sangka di kota kecil ini masih ada orang yang bisa menyapu sebagian orang dari jaringan hitam. Wanita pula," batin Ivandra."Apakah orang ini juga maju demi wanita yang bernama Clarissa. Clarissa, kamu benar-benar adalah hantu pembawa sial bagi jaringan hitam. Karenamu jaringan hitam seakan berlomba untuk mendapatkan uang," ujar Ivandra.Sedangkan di sisi lain Andrea menghampiri Clarisa.
RARA DAN IVANDRA!"Apa? William? Mengapa dia? Apakah itu artinya semalam aku bukan mimpi?" Batin Clarissa mencoba mengingat kembali mimpinya semalam. Clarissa mencoba mengingat lagi apa yang terjadi diantara mimpi dan nyatanya. Dia masih ambigu saat pagi hari saat berada di batas alam mimpi dan nyata, ada sosok William di sana. William terus menggenggam tangannya.[Siapa yang menjagaku selain Tuan Steven? Apakah Tuan William juga menemaniku?][Ya, Nyonya. Beberapa malam setelah kau koma dia selalu menjagamu juga. Bahkan dia terus menggenggam tanganmu, tak membiarkan kau sendiri. Apakah kau mulai mengingatnya?]"Kenapa berbeda, justru aku kemarin merasa bermimpi bahwa Tuan Justin lah yang di sisiku. Bahkan aku masih merasakan genggaman tangannya, ternyata aku sudah menggenggam tangan orang yang salah. Apakah artinya lelaki yang ku lihat pagi hari itu Tuan William? Kalau begitu aku harus bagaimana untuk menghadapi Tuan William," kata Clarissa dalam hati.*****"Clarissa," panggil Tuan
TUAN STEVEN KEADAANNYA TAK BAIK, NYONYA!"Tuan kalau kamu seperti ini, setelah Nona Clarissa bangun dia akan menyalahkan dirinya sendiri atas penyakitmu. Oh iya ada surat lain yang dikirim dari kampung halaman mengatakan kalau si gadis dari keluarga Ling Ling, sudah keluar untuk uji coba," kata pengawal."Si cantik Ling-Ling? Gadis itu?" tanya Tuan Steven."Ya, benar. Dia gadis yang ingin Tuan menjadi guru pembimbing saat masih pendaftaran. Namun tak jadi karena Nyonya Clarissa yang akhirnya diterima oleh Tuan Hanung," jelas pengawal."Apakah dia sudah menjadi murid magang?" tanya Tuan Steven."Sudah tapi karena waktu belajarnya tidak cukup jadi dia tidak mendaftar di sekolah. Ternyata dia adalah murid dari Kak Yuki. Semua informasi ini valid, Tuan," terang pengawal."Kalau dia datang maka dia akan diterima dengan baik. Katakan pada asistenku yang baru nanti. semua ini masih berhubungan tetapi aku masih tidak bisa menemukan keberadaan di mana Yuki. Kemana kah dia? Kenapa dia menghinda
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj