RARA YANG MERENDAHKAN HARGA DIRINYA DEMI HARTA!
Sepanjang perjalanan Clarissa hanya diam dan terus memandaang ke luar jendela pesawat. Awan yang putih dan biru di tambah pemandangan bawah yang sedang melewati samudra. Sedangkan Justin melihatnya dari kaca, dia mengelus rambut Claarissa. "Kau sedang memikirkan apa, Clarissa? Apakah kau masih tidak enak badan?" tanya Justin pada Clarisa yang terlihat melamun. "Tidak, Tuan Justin," sahut Clarissa. "Lalu kenapa? Apa yang membuatmu melamun?" "Aku hanya saja sedikit kurang nyaman, takut jika pesawat ini kenapa-kenapa. Mungkin karena Ini pertama kalinya aku naik pesawat, Tuan Justin," jawab Clarissa sambil memandangi awan-awan di luar. Meskipun dia naik kelas bisnis tetapi itu tak mengurangi kegugupannya. Ini pertama kalinya dia berlibur dengan Justin dalam waktu yang lam ajuga. Apalagi ke luar negeri, hal yang tak pernah di impikan sebelumnya. "Oh iya, apakah pemberhLIBURAN SPESIAL!"Kenapa dia menelpon ku saat seperti ini sih," omel Rara lirih."Halo Kevin, ada apa?" sapa Rara."Aku hari ini Jakarta, bukankah ini adalah hari ke-100 kita bersama? Jadi aku pikir kita bisa bertemu sebelum aku terbang besok ke luar negeri," ujar Kevin."Oh iya tentu saja, aku ada waktu. Bagaimana? Apa kita akan makan malam?" tanya Rara dengan wajah berbinar."Hari ke seratus bersama, apa dia akan memberiku hadiah lagi? Ternyata begini enaknya di cintai oleh lelaki dan pria kaya. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Mendapatkan du lelaki kaya keluarga Leonard, seperti ketiban durian runtuh saja," batin Rara."Nah kalau begitu aku akan menunggu di restoran tempat kita pertama kali berkencan, sebelum aku pergi ke luar negeri," ujar Kevin."Baik Sayang. Aku akan ke sana," sahut Rara.Panggilan itu di matikan, Kevin melihat ke arah monitor. Sebenarnya Kevin masihu masih ingin menyimpan Rara mendnegar cerita sedih dan latar belaka
DEBUT DI AMERIKA? "Bagaimana mungkin ternyata dia dan Tuan Justin adalah teman? Wahhh, aku tak menyangka jika Tuan Justin memiliki kolega dan kenalan yang seluas ini. Tak hanya berhenti pada sutradara Hanung ternyata dia memiliki channel untuk sampai ke Hollywood," sambung Clarissa. "Ini adalah istriku, Clarissa," ujar Justin. "Perkenalkan Clarisa, Tuan," sahut Clarissa. "Wahh cantik sekali. Kamu memiliki pesona dan aura tersendiri, kau akan membiarkanku membantunya kan Tuan Justin? Dia begitu alami untuk berdiri di bawah sorotan lampu," puji Tuan Gerry, produser itu. Clarissa pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Dia menggandeng lengan Justin sangat grogi sekali. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan seorang yang hebat seperti sutradara ini. "Silakan masuk," ucap produser itu menjamunya. "Ah, dia jauh lebih mempesona daripada pacar penyanyimu sebelumnya," bisik pr
BERTEMU DEVAN DAN WANITA LAIN MESKI DI LUAR NEGERI! "Wahhh! Ini benar-benar hebat! Dia memang layak menjadi superstar yang terkenal dan internasional," kata Clarissa. "Kamu juga bisa seperti itu kalau kamu mau," sahut Justin. "Semua itu tergantung bagaimana usahamu nanti. Lihatlah sebagai suami aku sudah memberikan semua fasilitas yang terbaik untukmu meski endingnya istriku untuk dikagumi oleh begitu banyak orang. Aku tidak nyaman sebenarnya, hanya aku yang memikirkan kebahagiaanmu, Clarissa," sambungnya. Clarissa menatap ke arah Justin. Dia melihat ketulusan di mata Justin, makin mengenal Justin maka Clarissa makin yakin bahwa lelaki itu adalah orang baik yang penuh ketulusan. Dia begeitu memperhatikan dan memprioritaskan Clarissa. Wanita itu menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak perlu Tuan Justin, aku hanya suka akting tapi aku tidak suka menjadi bintang. Kau tak perlu melakukan sejauh ini," ucap Clarisa. "Kenapa?"
LINGLING YANG BERMUKA DUA?"Clarissa, boleh kan aku ikut denganmu?" pinta Lingling."Baiklah kalau begitu kita pergi bersama saja. Bantu dia untuk sekali ini saja ya," pinta Clarissa berbisik lirih pada Justin."Baiklah, meski aku tidak suka jika wanita tidak jelas itu mengganggu dunia kami milik berdua tetapi sama sekali tidak ada cara untuk menolak permintaan apapun dari Clarissa," monolog Justsin pada dirinya. Dia pun hanya mengangguk setuju untuk bersamanya."Untuk sekali ini saja. Aku melakukannya karena ini permintaanmu," ucap Justin."Baiklah kau boleh ikut dengan kami," ujar Clarisa."Aku juga ikut!" sahut Devan. Justin langsung memeluk Clarissa."Apa kamu sudah lupa dengan peringatan dariku? Berani-beraninya kau mengatakan itu," kata Justin menatap ke arah Devan."Kenapa Lingling tiba-tiba berubah?" batin Devan.Mereka pun pergi bersama bertiga meninggalkan Devan. Sepanjang mereka berjalan bersama Lingling wanita itu terus menggandeng le
EVENT PRIVAT PARTY TUAN GERRY? "Ah, Kak Devan. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepada Clarissa dan itu tidak nyaman bagimu untuk berada di sana. Jadi aku mencari alasan," kata Lingling, Lingling tipikal seperti Rara, dia bermuka dua untuk menghalalkan segala rencananya. Namun tak semua orang tahu karena wajah Lingling ini jauh lebih polos daripada Rara. Dan juga dia memiliki kepentingan bersama Tuan Hanung bukan motivasi harta. "Apa yang kamu tanyakan padanya sampai aku tak boleh tahu?" tanya Devan. "Aku ingin bertanya padanya tentang dirimu, Kak Devan. Aku juga tidak bodoh, aku menemukan sepertinya kamu lebih peduli kepadanya daripada kak Nara. Bukankah dia adalah mantan pacar yang kamu bicarakan kan belakangan ini? Dia kan mantan kekasihmu yang selalu kau ceritakan, ujar Lingling. Devan menelan ludahnya dengan kasar. "Terus apa jawabannya?" "Dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi dengan suami di dekatnya sulit u
DI CULIK JARINGAN HITAM, LAGI? "Ah ternyata kamu juga menyukai karakter ini ya? Sungguh kebetulan karena aku juga menyukainya. Bkankah seler akita sama?" katanya sambil mendekati Clarissa dengan membawa guan malam yang sama dengan milik Clarissa. "Kebetulan sekali," ujar Clarissa langsung meras atak nyaman dengan tatapan wanita itu yang tak lain adalah Lingling. "Sudah giliranku ganti baju rupanya, aku masuk dan ganti dulu ya!" pamit Clarissa meninggalkan Lingling dan masuk ke ruang ganti. Dia berganti baju dengan gaun snowwhite berwarna putih dan biru. Dia merasa gaun itu sangat cocok dengan dirinya, berkali-kali dia bercermin. Innerchildnya selalu merasa terpuaskan dengan apa yang diberikan oleh Justin. "Entah apa kata Tuan Justin kalau dia melihatnya. Akankah dia merasa pakaian ini cocok untukku atau tidak," batin Clarissa dalam hati. Dia pun hendak pergi ke luar menunjukkan gaun itu pada Justin, namun secara tiba-tiba seorang ma
WANITA DALANG DI BALIK PENCULIKAN CLARISSA, SIAPA DIA? "Semua mobil yang mencurigakan sudah dikepung, Tuan," kata Andrea. "Lalu masih seberapa jauh lagi?" tanya Justin. "Sepertinya kita sudah hampir sampai," ucap Andrea, "Tidak aku sangka kita akan bertemu dengan orang-orang dari jaringan hitam bahkan saat di luar negeri. Sepertinya ada kaitannya," sambung Andrea. "Benar sungguh tidak disangka, apalagi ini di Hollywood," ucap Justin juga bingung dengan apa yang dilakukan oleh kelompoknya dulu. "Apakah ada kasus wanita hilang di sini beberapa waktu yang dekat ini?" tanya Justin pada detektif yang sudah di sewanya. "Tidak, Tuan," sahut detektif itu. "Kalau begitu mungkin Nyonya telah bertemu dengan kelompok orang jaringan hitam yang memang tak mengincar Nyonya saja. Namun memang sengaja melakukan penculikan besar-besaran. Saat melakukan pelacakan aku menemukan kalau orang itu bersangkutan dengan jaringan
SUARA TEMBAKAN! "Apa kau sudah sadar? Bukankah kita harus saling menyapa kembali? Bukankah sungguh suatu kebetulan kita bisa bertemu lagi di negara asing?" kata Ying. "Kenapa kau hanya diam? Ah ya benar juga, aku lupa kalau kamu masih belum bisa bicara karena mulutmu masih di sekap," kata Justin sambil berusaha melepaskan kainya. Dia pun menghela nafas berat, sesak sekali rasanya. Clarissa menarik nafas panjang untuk berancang-ancang kemudian hendak berteriak sekeras mungkin untuk meminta tolong. "Tolonggggggggg!" teriak Clarissa, Ying langsung menutup telponnya. "Argggh! Kenapa kau berteriak sekeras itu? Semua yang ada di sini adalah orang kami, tidak ada gunanya kamu berteriak. Itu hanya akan membuat keributan saja," tegur Ying. "Kenapa kamu muncul lagi? Apa kau tak bosan muncul terus-terusan di hadapanku? Apa kau tak lelah terus-terusan menculikku?" tanya Clarissa. "Hahahaha! Justru terbalik, aku juga ingin ta
TUAN STEVEN SAKIT!"Apakah Tuan tidak khawatir dia akan mendatangkan masalah bagi Clarisa lagi di kemudian hari? Lagi pula dia sekarang sama sekali belum melalui pelatihan khusus sebagai standart seoraang pengawal dan asisten," tolak William,"Tenang saja, dia tidak akan berani Tuan," kata Tuan Steven diam-diam membela Yuni. Dia juga takut Yuni akan di musnahkan oleh Tuan William apalagi mengingat dia adalah keluarga Long Lion. Yuni sudah mengabdi lama padanya, meskipun akhir-akhir ini dia sangat menjengkelkan namun membayangkan dia di bunuh membuatnya kasihan juga."Tuan mengenai informasi pembunuh kemarin sudah ditemukan," kata seorang pengawal menghampiri Tuan Wiliiam dan Steven.Dia segera membaca data diri pembunuh. Orang yang melukai Clarissa sudah di amankan juga."Gila! Bagaimana bisa Clarissa hanya bernilai satu triliun," ucap Tuan Steven."Tuan bolehkah masalah ini diserahkan padaku untuk aku tangani?" tanya Wiliam memintanya."Sekarang aku masih tidak bisa menyentuh Jus
SIAPA PELAKUNYA?"Tuan! Apakah Tuan baik-baik saja?" kan kata Yuni panik. "Bawa kami kembali ke rumahku," perintah Tuan Steven. Tapi tiba-tiba kaki Tuan Steven sakit sekali, dia bahkan berjalan dengan terpincang-pincang."Arggh," erang Tuan Steven perlahan."Penyakit Tuan mulai lagi. Aku juga ikut," ucap Yuni. Tuan Steven digandeng dengan pengawalnya sedangkan Yuni langsung dihadang oleh dua orang pengawal William. Tangannya langsung d gennggam."Apa yang kalian lakukan?" tanya Yuni panik."Diam dan jangan berisik. Kami akan mengamankanmu, kamulah yang mencari tempat ini. Jadi kamu harus bertanggung jawab," kata para pengawal. "Le...lepaskan! Aku tak salah, lepaskan aku," teriak Yuni, namun tak ada satu pun orang yang memperdulikannya.Di sisi lain, William menggendong Clarissa. Dia benar-benra khawatir dengan wanita itu, apalagi raut mimik muka Clarissa yang pucat pasi. Dia menoleh ke arah belakang, nampak Tuan Steven sedang berusaha menyusulnya. Dia nampak kesakitan berjalan deng
PEMBUNUHAN CLARISSA"Kalian naiklah ke perahu satunya," perintah Yuni dengan tegas. Kali ini Tuan Steven mengalah."Ayo naik," kata William, dia pun menggandeng lengan Clarissa dan menariknya setengah paksa.Clarissa menjadi kaget dengan sikap William yang memaksa dan kasar. Namun Clarissa tak mau juga merusak keadaan, dia tahu sudah sejak tadi tak enak suasananya."Sudahlah sebaiknya aku sedikit menjauh darinya saja," batin Carissa dalam hati. 'Duarrrr' Duarrrrrr' tiba-tiba kembang api dinyalakan. "Ternyata ada kembang api. Indah sekali," ucap Clarissa."Akan lebih baik Kalau ada Tuan Justin di sisiku saat ini. Pasti akan sempurna keindahan ini," batin Clarissa. Dia tiba-tiba menengok ke kiri dan kanan. "Entah aku merasakan perasaan apa ini, mengapa tiba-tiba perahu bergoyang? Ada apa ini?" pekik Clarissa kaget, belum sampai dia mencerna apa yang terjadi dengannya kini tiba-tiba Clarissa merasa dingin di tubuhnya, dia mulai kesusahan bernafas. "LIhat! Lihat! Ada orang jatuh ke da
CINTA YUNI BERTEPUK SEBELAH TANGAN!"AWAS KAU CLARISSA!" gumam Yuni sambil mengepalkan tangannya."Oh ya, aku juga mempersiapkan sesuatu untukmu, Tuan Steven," kata William."Benarkah? Kenapa kalian repot-repot mempersiapkan ini semua? Padahal aku yang hendak menjamu kalian. Aku merasa tersanjung," sahut Tuan Steven."Kalau begitu entah hadiah apa yang telah dibawa oleh murid William untuk Tuan Steven ini. Pasti barang yang mewah," imbuh Yuni."Bukan, ini tentu bukanlah barang yang mahal. Aku hanya memberikan hadiah kecil untukmu, Tuan," sahut Tuan William mengulurkan kotak kado yang di berikan oleh pelayannya. Entah suatu kebetulan atau tidak, namun kotak kado itu begitu mirip dengan kotak yang di bawa oleh Clarissa."Wahhh kalian memang berjodoh sekali. Lihatlah, bahkan kotak yang kalian pilih juga sama. Tuan bukalah dan lihat, seharusnya ini bisa di buka juga kan?" Ujar Yuni antusias sekali.Tuan Steven pun langsung membukanya. Dia kaget juga dengan b
AWAS KAU CLARISSA!"Jangan bergerak!" ucap William tiba-tiba."A..apa yang sedang dia lakukan?" tanya Clarissa menatap ke arah William kaget dan bingung.Kemudian William semakin mendekatkan wajahnya ke arah Clarissa. Suara desahannya pun sampai terdengar di telinga Clarissa, tiba-tiba tangannya mengambil sesuatu di belakang rambut Clarissa. Sebuah daun, ternyata ada sehelai daun yang menyempil di rambutnya."Terima kasih Kakak William. Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu hari ini, tetapi..." kata Aruna menggantung kalimatnya."Tetapi kenapa?" sahut William."Semua ini rasanya tidak benar, Kak. Rasanya ini terlalu berlebihan sekali," jawab Clarissa."Kenapa memangnya?" "Kak, aku sudah menikah dan lebih lagi sekarang aku akan menjadi ibu dari anak ini. Kamu tidak perlu membuang-buang waktu dengan ku," jelas Clarissa."Kenapa? Apa maksudmu aku buang-buang waktu? Aku tidak merasa aku sedang membuang-buang waktuku," sanggah William."Kali ini aku keluar hanya untuk mencarimu," uj
JANGAN BERGERAK!"Dengan begini dia seharusnya sudah tidak ada waktu untuk mengganggu ku lagi kan?" batin Clarisa sambil menenteng belanjaannya. Tanpa dia sadari dari jauh William memperhatikannya."Ternyata dia pintar juga ya," gumamnya."Tuan muda," panggil seorang pengawal. "Telepon dari tuan besar," bisik seorang pengawalnya. William menoleh dia mengambil hp-nya. "Halo, Ya ayah. Ada apa?" tanya William."William, aku dengar kamu telah pergi ke Universitas negara sebelah dan menemukan keturunan daerah Blood gold, hanya saja terjadi sesuatu yang tidak terduga. Apa benar?" tanya Tuan besar, Ayah William."Apakah Ayah maksud adalah masalah Clarissa hamil?" sahut William."Benar, dia sedang hamil kan? Kalau benar, maka diaa benar-benar tidak bisa menjadi Nyonya dari keluarga Long Lion kita. Tapi untungnya tidak ada seorangpun di tempat keluarga besar Chau yang mengetahui identitasnya kecuali Tuan Steven dan Yuki. Aku tidak bisa menentang kalian bersama, tapi aku harap kamu bisa menga
TAMPARAN NARA!"Atau karena pria itu? Kalau dia tidak kembali tentu dia tak punya pilihan lain kan? Apakah aku harus memusnahkannya juga?" batin William. Clarissa sebelum pulang ke apartemen memutuskan untuk berbelanja di tol serba terdekat. Meskipun hanya berbelanja beberapa camilan yang dia sukai namun dia cukup merasa senang, menurutnya berbelanja adalah kegiatan yang paling menyenangkan."Pakai kartu punyaku," ucap seorang wanita di belakang Aruna mengulurkan kartu pada kasir."Kak Nara, kenapa kamu datang kemari sekarang?" tanya Clarissa terkejut melihat Nara di sampingnya."Bukankah kau baru mengirim pesan singkat padaku mengatakan ada tiket khusus acara seni yang di adakan oleh suamik, Devan. Kenapa? Tidak apa-apa kan aku datang lebih cepat. Apa aku tidak boleh datang untuk melihatmu? Bagaimana bisa kau berada di sini?" Cerca Nara dengan berbagai pertanyaa."Kau bukan datang untuk mencari masalah kan, Kak?" sindir Clarissa.Nara diam, dia menunggu Clarissa menjawab semua per
APAKAH AKU HARUS MEMUSNAHKANNYA JUGA?"Tapi Ibu ingin mengingatkanmu beberapa kalimat, kita berada di dalam keluarga yang kaya raya. Jaga kehormatanmu, percayalah semua rumah tangga konglomerat itu kurang lebih sama. Dimanapun tempatnya semua pria sedikit suka bermain dengan wanita. Asal kamu adalah istri sah maka buka satu mata dan tutup satu mata satunya. Itu sudah cukup," pesan Nyonya Lula."Apa maksudmu, Ma?" Tanya Nara tak mengerti dengan nasehat Ibunya yang terasa aneh dan janggal itu. Nyonya Lula mengelus tangan Nara perlahan, ini kali pertama dalam hidupnya mungkin akan mengatakan perkataan dewasa dengan sang putri. Selama ini dia selalu menyembunyikan perasaannya dan bersikap baik-baik saja dengan semua perlakuan suaminya."Nara, kau harus ingat bahwa sekarang kodratmu sudah berubah menjadi istri. Jadi mulai sekarang kau tak boleh terlalu serakah untuk memainkan permainan," ucap Nyonya Lula, Nara pun hanya menghela nafas panjang. Dia pun mengangguk pasrah tak bisa berbuat b
HUBUNGAN SUAMI ISTRI YANG MERENGGANG?"Hanya jika kalian pergi Tuan Steven baru bersedia untuk pergi. Lebih tepatnya aku mengatakan seperti itu agar Tuan Steven mau ke sana. Namun aku tak bisa mengatakannya di hadapan kalian," batin Yuni.Clarissa memandangi tiket itu, dia sudah memilikinya dari Devan. Itu artinya dia memiliki dua tiket masuk, sebenarnya Clarissa malas sekali datang ke acara seperti ini. Tapi karena Yuni mengatakan bahwa Tuan Steven datang, sebagai murid maka ia harus datang juga untuk menghormatinya."Datanglah! Meski kalian belum tentu akan menjadi aktor atau penyanyi di masa depan ada baiknya untuk pergi memahami kemampuan senior kalian kan," sambung Yuni."Clarissa, kamu pasti akan pergi kan? Toh ini hanya sebuah pesta penyambutan saja, bukan film yang mengerikan. Tidak akan menakuti anak dalam kandunganmu kan?" Lanjut Yuni."Iya aku akan pergi," ujar Clarissa menganggukkan kepalanya."Kenapa dia begitu ingin aku berpartisipasi dalam acara seperti ini? Tak hanya