KEBAIKAN TUAN STEVEN DAN RENCANA DI BALIK SEMUANYA!
"Kenapa? Apakah kau suka tempat ini? Kalau kau menyukainya maka tinggallah di sini selama beberapa hari saat kamu ada waktu," kata Tuan Steven menyadarkan Clarissa. Clarissa memang memandangi rumah Tuan Steven dengan penuh kekaguman. Rumah itu sangat unik sekali, rumah dengan desain Tiongkok kuno membuatnya merasa nyaman. Entah mengapa dia seperti tak asing dengan tempat ini. "Tuan Steven terima kasih telah menyelamatkan ku saat aku terkena racun wanita itu. Aku sudah mendengar semuanya dari Kevin dan Andrea, sungguh aku berhutang Budi padamu," sahut Clarissa dan langsung membungkukkan badannya berkali-kali. Tuan Steven tersenyum tak sengaja matanya melihat sebuah kalung giok dengan benang emas yang melingkarinya. Itu kalung yang dia lihat saat memeriksa Clarissa. Tak di ragukan lagi, itu adalah kalung keluarga Chau. "Bagaimana benda ini bisa ada padamu, Clarissa? Kalung giok PhonTITIK TERANG HUBUNGAN CLARISSA DAN TUAN STEVEN "Sudah terkonfirmasi dan sudah dikonfirmasi, Tuan Steven. Jadi tidak akan terjadi kesalahan, bahkan untuk memastikan hasilnya kami telah menguji berulang kali. Menguji darah Tuan Steven dan sampel darah Nona Clarissa dan hasilnya sama," jelas pengawal Tuan Steven. "Nona Clarissa memang memiliki hubungan darah denganmu, Tuan Steven," lanjutnya. "Seperti dugaanku. Tak salah memang, kalau kebetulan ini memang terlalu mirip sekali. Dia adalah benar-benar anak dari Yuki. Tapi mengapa adikku begitu menyayangi Jansen si sampah itu?" gumam Tuan Steven. "Di mana Nona Clarisa?" tanya Tuan Steven. Steven menghela nafas panjang. Dia harus segera memberikan kabar ini kepada keluarganya, titik terang keberadaan Yuki yang telah lama menghilang entah kemana. Setidaknya meskipun Yuki tak ketemu atau pulang dia merasa bersyukur bisa bertemu dengan keponakannya. Lega rasanya instingnya tak salah lagi kali ini. "Dia sedang istirahat di ruang tamu, Tua
CLARISSA, AKU HANYA TAK INGIN MEMBUATMU KHAWATIR SAJA! "Iya aku tidak bisa membiarkan dia keluar dari sini sampai dia benar-benar sembuh, Andrea. Kita harus bekerja sama kali ini!" sambungnya. "Apa yang kalian bicarakan? Apakah kalian ingin merencaanakan sesuatu padaku?" sindir Justin. "Sttt! Diamlah, Tuan Justin, aku sedang berbicara dengan Andrea," sahut Clarissa. "Apakah tali ini cukup kuat?" tanya Clarissa. "Cukup kuat, Nyonya. Tenang saja, kali ini talinya menggunakan batang baja dengan kombinasi 298 karbon tinggi terbaru dari Jerman. Tali ini sangat bisa diandalkan," sahut Andrea. Clarissa mengangukkan kepalanya. "Kamu bawalah beberapa barang ini dan minta seseorang untuk memasaknya. Semua ini titipan dari Tuan Steven, aku akan menjaga Tuan Steven. Jadi kamu istirahatlah," perintah Clarisa. "Istirahat? Bukankah kondisi keluarga Justin ini tidak baik," sahut Andrea. "Bagaimana bisa aku membiarkan Nyonya menjaga Tuan Justin. Tapi bukankah ini bukan ide yang buruk? Meningga
KENANGAN BAIK UNTUK CLARISSA! "Ini salahku. Aku seharusnya mempercayaimu, aku juga salah karena tidak memberitahumu. Aku hanya ingin tidak membuatmu khawatir. Kau pasti akan terpikirkan jika tahu keadaanku seperti ini, setidaknya sekarang aku sudah dalam keadaan lebih baik. Jadi kau tenang saja ya," ujar Justin. Clarissa pun menghampirinya dia pun langsung mencium bibir Justin. Trenyuh hatinya melihat Justin yang selalu mengalah untuknya. Bahkan dia selalu mengalah dan mengatakan maaf untuknya. "Clarissa apa kamu terlalu banyak makan sesuatu yang membuatmu makin jadi bernafsu?" sindir Justin tak mengira bahwa Clarissa akan langsung menciumnya. "Aku hanya ingin menghentikan mulutmu saja, Tuan Justin. Kau cerewet sekali padahal sedang sakit, aku merasa tidak senang kau terlalu banyak bicara saat sakit. Jadi istirahatlah," kilah Clarissa. "Hmmm. Clarissa aku lapar," kata Justin. "Oh aku akan menyuruh mereka untuk membawakan makanan terenak," kata Clarissa sambil mengambil telpon n
SUMIRE JADI PRESIDEN DIREKTUR SEMENTARA? "Ini adalah pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini, tidak peduli bagaimanapun juga aku harus meninggalkan kenangan yang baik untuk Clarissa," tekat Justin. Dia pun segera mengambil tablet diatas nakas dan membuat proposal cuti perusahaannya untuk pergi bulan madu. Dia ingin mengirimkan cuti kerjanya kepada perusahaan, setidaknya itu adalah prosedur utama yang harus dia lakukan. Meski dia presiden direktu di perusahaannya sendiri namun dia tetap patuh pada aturan yang berlaku. Tentang pengajuan cuti itu langsung didengar oleh Tuan Leonard. Hal itu tentu saja membuat Tuan Leonard murka seketika. Bagi Tuan Leonard cuti perusahaan merukapakan hal yang membuang waktu saja. "Justin! Apa yang kau lakukan. Rencana bodoh macam apa yang sedang kau pikirkan. Bagamana mungkin kau mengajukan ingin cuti istirahat selama dua puluh hari. Apa yang ingin dia lakukan? Apa dia pikir perusahaan Leonard hanya tempat untuk main-main ya?" omel Eyang Leo
KABAR MENGEJUTKAN DARI TUAN STEVEN "Sudahlah aku sudah menemukan beberapa hal yang lebih menarik dari pada mereka berdua. Justin bukanlah anak bodoh, kemungkinan tempat ini tidak akan menjadi begitu tenang lagi," ujar Nenek Elizabeth. Malam ini Justin tidur dengan perasaan tak tenang. Instingnya seperti mengatakan akan ada sesuatu yang terjadi, dia melihat ke arah samping. Clarissa masih tertidur pulas di sana, setidaknya itu sudah mampu membuatnya nyaman. "Kau dari mana saja, Tuan Justin? Kenapa kau baru kembali?" tanya Clarissa. "Aku mengangkat telpon sebentar tadi. Sekarang tidurlah," sahutnya. "Sudah lama sejak aku terbangun di pelukannya, aku tak merasakan ini. Dekapan hangat Tuan Justin," batin Clarissa. Mereka pun tidur berpelukan. Entah mengapa tiba-tiba Justin merasakan kehangatan dalam tubuhnya, semenjak kehadiran Clarissa. Hidupnya rasanya berubah, tak seperti dulu lagi. Dia menemukan kenyamanan sendiri yang tak bisa di ungkapkan. Kehadiran Clarissa benar-benar mer
GOLDEN BLOOD MILIK CLARISSA "Apakah tidak apa-apa Tuan Justin kalau kau memutuskan untuk libur sampai dua puluh hari dan meninggalkan perusahaanmu begitu saja? Bukankah itu terlalu lama? Bagaimana nanti jika terjadi apa-apa dengan perusahaan? Apa kau tak menyesalinya?" tanya Clarissa yang masih ragu. "Tenanglah, kamu tidak perlu memikirkan itu semua. Cukup pikirkan bagaimana kita akan melalui bulan madu kita kata saja," ujar Justin sambil mengelus kepala Clarissa. "Bukankah dia sudah terlalu berkorban banyak untukku?" batin Clarissa dalam hati sambil memandang wajah Justin. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Percayalah semua akan baik-baik saja, Clarissa. Jangan khawatir, tidak akan terjadi apa-apa. Ditambah lagi Kevin juga tinggal di negara yang akan kita kunjungi untuk menyelesaikan penelitiannya," terang Justin. "Apakah benar-benar tidak apa-apa untuk mengambil liburan begitu lama, Tuan Justin. Aku benar-benar khawatir," gumam Clarissa masih memikirkan nasib perusahaan Justin.
KECEMASAN TUAN STEVEN! "Aku melakukan ini semua demi dirimu, Tuan Justin," lanjut Clarissa. Justin pun memeluknya dari belakang. Dia tak menyangka Clarissa akan bertindak seperti ini, padahal dia berpikir bahwa mungkin Clarissa menyukai tuan Steven. Ini karena selama dia tinggal bersama Clarissa hanya Tuan Steven yang memiliki kedekatan khusus dengn Clarissa. "Terima kasih ya Clarissa," ucap Justin begitu tulus. "Tuan Justin, kamu tidak marah padaku kan?" tanya Clarissa lagi. Justin menggelengkan kepalanya. "Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Tuhan Steven, Tuan Justin. Hanya saja setiap melihatnya seperti ada perasaan yang tak bisa di ungkapkan. Aku selalu merasa seperti sedang bertemu dengan orang tua ku sendiri, ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan. Aku merasa nyaman jika berada di dekat Tuan Steven," jelas Clarissa. "Seperti ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan," sambungnya. "Apa ini? Mengapa dia
RARA YANG MERENDAHKAN HARGA DIRINYA DEMI HARTA! Sepanjang perjalanan Clarissa hanya diam dan terus memandaang ke luar jendela pesawat. Awan yang putih dan biru di tambah pemandangan bawah yang sedang melewati samudra. Sedangkan Justin melihatnya dari kaca, dia mengelus rambut Claarissa. "Kau sedang memikirkan apa, Clarissa? Apakah kau masih tidak enak badan?" tanya Justin pada Clarisa yang terlihat melamun. "Tidak, Tuan Justin," sahut Clarissa. "Lalu kenapa? Apa yang membuatmu melamun?" "Aku hanya saja sedikit kurang nyaman, takut jika pesawat ini kenapa-kenapa. Mungkin karena Ini pertama kalinya aku naik pesawat, Tuan Justin," jawab Clarissa sambil memandangi awan-awan di luar. Meskipun dia naik kelas bisnis tetapi itu tak mengurangi kegugupannya. Ini pertama kalinya dia berlibur dengan Justin dalam waktu yang lam ajuga. Apalagi ke luar negeri, hal yang tak pernah di impikan sebelumnya. "Oh iya, apakah pemberh