Share

BAB 3

Fatimah sekarang faham kenapa seluruh asset dari suaminya itu di atasnamakan dia bukan albi sendiri karena di balik itu ada saudara yang sangat culas serta gila harta yang kapan saja akan mengambilnya.

“dek kenapa diam hem? Abang salah ya dek?” ucapan albi membuat Fatimah tersadar dari lamunannya.

“eh anu bang maaf ya Fatimah tidak denegrin ucapan abang” ucap Fatimah sambil memilin ujung bajunya pertanda dia lagi memikirkan sesuatu.

“sudah dek jangan banyak fikiran, yang terpenting asset-aset abang sudah atas nama adek karena abang takut dek kalau sampai masih atas nama abang yang ada ibu dan saudara kandung abang mengambil paksa darimu” ucap sendu albi terhadap kekasih halalnya itu.

“abang Fatimah tidak suka kalau omongannya seperti itu, hidup mati seseorang hanya Allah yang tau jadi jangan selalu ngomongin kematian karena adek gak suka” ketus Fatimah kepada albi pertanda kemarahannya kepada sang suami.

“bukan begitu maksud abang dek,abang hanya….” Belum selesai albi berkata sudah ada ketukan serta salam dari luar.

Tok tok tok tok “assalamualaikum, dek ini abang” ucap seseorang membuat Fatimah bergegas ke luar untuk membuka pintunya.

“eh bang Marwan cepat sekali datangnya” ucap Fatimah kepada abangnya.

“iya mumpung kerjaan abang di Perusahaan sudah beres jadi abang langsung meluncur kesini” penjelasan Marwan kepada Fatimah.

“ayok masuk bang bang albi menunggu di kamar soalnya” ucap Fatimah kepada kakaknya itu sambil membawanya ke kamar mereka.

“bi… kenapa tidak ke dokter saja sepertinya kondisimu mengkhawatirkan” cemas Marwan kepada iparnya itu.

“tidak apa bang albi Cuma capek saja kok istirahat saja sudah baikan bang” ucap albi kepada abang istrinya sambil mengulaskan senyumnya.

“udah dulu ngobrolnya ini diminum bang tehnya” ucap Fatimah kemudian sambil menyuguhkan the itu.

“tau saja adek abang satu nih kalau abangnya kehausan di jalan” ucapan Marwan sedikit mencairkan suasana siang hari itu.

“eh tapi ngomong-ngomong keponakan abang ada Dimana semua?” tanya Marwan sambil celingak clinguk melihat sekitar tak menemukan tiga keponakannya itu.

“mereka di bawa kak asna bang main dirumahnya” ucap Fatimah kepada abangnya.

“owalah gitu toh pantesan sepi ya, ternyata mereka lagi ke rumah budenya, eh iya sampai lupa bi ada apa kamu nyuruh abang ke sini?” tanya Marwan mulai serius kepada iparnya itu.

“maaf bang kalau albi terkesan mendadak menyuruh abang kesini, sebelumnya dek tolong kunci pintu depan biar takda ada yang nyelonong masuk” pinta albi kepada istrinya kemudian Fatimah segera bergegas mengunci pintu depan.

“sudah bang, sudah adek kunci” ucap Fatimah kepada sang suami.

“makasih dek, tolong lagi ambilkan kotak yang tadi abang kasih ke kamu” pinta albi lagi kepada sang istri.

“ini bang kotaknya” Fatimah menyodorkan kotak itu kepada sang suami.

“bang tolong pegang semua asset yang telah aku tabungkan selama duapuluh lima tahun ini bang” albi menyerahkan kotak tersebut kepada Marwan. “apa ini bi, dan asset apa yang kamu maksud” dengan bingung Marwan memengang kotak tersebut dan membukanya alangkah terkejutnya Marwan isi dari kotak itu.

***

Dilain tempat ibu Zainab beserta ketiga anaknya sangat murka karena tidak berhasil meminta uang yang mereka inginkan.

“ibu!!!! Gimana ini, masak juleha nikah alakadarnya sih” jerit juleha kepada sang ibu membuat bu Zainab memijit-mijit kepalanya yang tak pusing itu.

“entahlah ibu juga bingung kenapa semua ini bisa jadi kacau” ucap bu Zainab kepada juleha.

“ini pasti karena Fatimah sialan itu mangkanya albi jadi membangkang kepada ibu” ucap Bambang dengan geramnya.

“iya bu dadang juga sepemikiran dengan bang Bambang, mana mungkin albi yang dermawan dan gampang kasian bisa seceapt itu berubah, dan yang bikin syok rumah serta tanahnya di namakan Fatimah semua” geram dadang niat hati ingin menguasai harta albi namun sekarang gagal.

“tapi apa mungkin harta albi hanya rumah dan tanah itu saja? Rasanya tak mungkin kalau albi tak punya simpanan karena sudah lama dia bekerja” ucap Bambang yang terus mengompori sang ibu.

“iya loh bu apa albi sudah pelit ya sekarang atau jangan-jangan benar lagi karena hasutan Fatimah” tambah juleha yang semakin membuat bu Zainab membenci mantunya itu.

“udahlah ibu pusing mau masuk dulu, silahkan kalian berdiskusi cari jalan keluarnya” ucap bu zainab kepada anak-anaknya. Sepeninggal bu Zainab masuk ke dalam kamarnya juleha memulai lagi diskusinya.

“bang gimana ini? Masak iya juleha harus nikah secara sederhana” ucap juleha kepada kakak-kakanya.

“udah dek yang penting sah” ucap Bambang yang sbenarnya takmau di repotkan oleh sang adek karena Bambang tipe orang yang pelit.

“abang nih dari dulu memang tidak mau membantu saudaranya senduri” ucap juleha sambil manyun.

“udahlah dek kan yang penting sah, lagi pula ingat umur kamu saja nikahnya sudah umur segitu masak mau di besarkan” ucap Bambang lagi kepada adeknya.

“lah rugi dong aku kalau biayain nikahannya si juleha, niat hati mau ambil ke untungan eh malah gak jadi” batin Bambang menggerutu kesal.

“gawat nih yang ada juleha bakal minta sama aku, boro-boro uang serratus juta yang sepuluh juta saja ditagih sama albi sialan” batin dadang mengerutu.

“atau gak kamu sajah deh dang kan keliatan kamu banyak uang” ucap juleha beralih kepada dadang saudara kembarnya itu.

“darimana ada uang yang ada hutangku di albi dia tagih” ucap dadang seakan tak mau di beratkan oleh saudaranya.

“astaga bi ini serius semua surat-surat ini atas nama istrimu” ucap Marwan membolak balik satu persatu sertifikas itu.

“iya bang tolong simpankan untuk istri dan anakku bang, soalnya kalau masih atas nama saya khawatir saudara-saudara saya yang tamak itu akan merebutnya” ucap albi kepada Marwan.

“aku heran sama kamu bi sejak kapan kamu punya banyak asset ini bahkan emas serta saham digital ini juga bukan main-main bi?” tanya Marwan sambil mengutak ngatik seluruh handphone albi itu.

“sejak dua tahun pernikahan aku dengan Fatimah bang” ucap albi mengejutkan semuanya.

DEG “kekenapa aabang bohongi Fatimah, kenapa abang menutup-nutupi semuanya?” tanya Fatimah dengan bibir bergetarnya.

“maaf kan abang dek semua ini abang lakukan karena ada maksudnya, adek kan tau gimana tamaknya keluarga abang, abang Cuma mau nyelamati harta yang harusnya untuk anak-anak abang serta istri abang uhuk uhuk uhuk” ucap sendu albi sambil berbatu memengangi dadanya yang sakit.

“abang kenapa? Minum dulu” ucap Fatimah mencemaskan suaminya itu sambil menyodorkan air terhadap suaminya.

“bi lebih baik kamu periksakan kesehatanmu saja, ayok aku antarkan ke rumah sakit” ucap Marwan karena tak tega dengan iparnya itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status