Jenderal Song Wei mengumpulkan seluruh penghuni kediamannya termasuk Yin Ran sendiri."Siapa yang menyebarkan rumor gila itu?" Satu yang Jenderal Song Wei tanyakan, sambil menatap mereka satu persatu secara marah. Dan hingga detik ini, tak satupun dari mereka memberi jawaban, melainkan tertunduk dalam sampai-sampai dagu mereka seolah ingin bersinggungan dada sendiri."Apa kalian tuli?" Kemarahan Jenderal Song Wei semakin jelas. Urat-urat di keningnya tampak menonjol, diikuti tatapan tajam bak singa siap menerkam mangsa.Jenderal Song Wei lantas mengambil golok panjang miliknya, yang bertahun-tahun lamanya selalu berhasil memisahkan kepala dengan tubuh, tangan dengan tubuh, kaki dengan tubuh bahkan jantung dari dada.Membayangkan darah dan anyir itu, mereka bergidik ngeri. Dan tentunya, mereka enggan menjadi korban selanjutnya. Maka dari itu, salah satu dari mereka, tak lain adalah Yin Ran sendiri, pun membuka mulut tapi tampaknya ia ragu-ragu.Jenderal Song Wei menyadari gelagat Yin
Bak sekelebat cahaya membelah dinginnya malam, membelah kabut tidak tipis tapi juga tidak pekat. Kemudian berakhir menerobos kediaman Zhuge Yue, lantas sampailah ia di kamar pribadi miliknya yang hangat tapi hawa dingin sesekali menghampiri.Gadis kecil itu berdiri tegak. Nafasnya terdengar normal. Ia dengan serius memperhatikan Zhuge Yue, yang selarut malam ini masih terjaga, bahkan pada bola matanya tidak tampak rasa kantuk, juga bahkan selarut malam ini, ia masih sanggup menikmati teh oolong.Teh oolong itu dituang hampir memenuhi cawan. Tuangan yang kesekian kalinya itu kemudian diteguk habis sekaligus, diikuti helaan nafas tenang serta pandangan terangkat sebagai isyarat. Punggung Ming Yuan menegak. "Lapor, Shi Fu! Misi selesai dan aman!"Zhuge Yue membalas, "Hum, pergilah.""Baik, Shi Fu!" Ming Yuan balik badan meninggalkan kamar pria yang menjadi penyelamat, sekaligus Gurunya itu. Ia pergi ke kamarnya sendiri, ia menanggalkan pakaian serba hitam yang entah sudah berapa shichen
Pertemuan dibubarkan. Para Prajurit kembali ke titik tugas masing-masing, dan ada pula yang kembali ke camp karena belum waktunya bertugas. Sepanjang perjalanan, bahkan sampai di lokasi berjaga, mereka terus membicarakan tentang kemarahan Kaisar.Menurut mereka, Kaisar hari ini sedang sensitif. Menurut mereka pula, Kaisar tidak mungkin sampai mengambil keputusan sejauh ini kalau masalahnya tidak kecil."Gaji kita setiap bulan hanya satu tael perak, jika itu dikoinkan setara dengan dua puluh atau dua puluh lima koin. Bagaimana nanti, kalau gaji kita benar-benar dipotong?" Pikir salah seorang Prajurit, diikuti bisik membisik Prajurit lain.Drap drap drapDerap kuda memecah. Mereka seketika menutup mulut, mereka seketika berpura-pura melihat ke arah lain dan ketika penunggang kuda itu melintas, mereka menundukan kepala tanda menghormati senior.Senior itu tak lain pastilah Jenderal Song Wei. Dengan sepasang mata tajam bagai elang nya, Jenderal dapat menemukan ekspresi mereka yang berbeda
Hari ke-30, musim gugur. Jamuan makan ala Kekaisaran telah dilangsungkan. Para tamu berdatangan, memasuki aula utama lalu mereka dibimbing duduk pada tempat-tempat yang telah disediakan. Para pejabat rata-rata mendapat barisan kedua, sedang pada barisan pertama diisi Pangeran, Tuan Putri, Keponakan Kaisar, Jenderal, Komandan, Menteri senior.Setelah seluruh kursi terisi penuh. Kaisar dan Ratu HongYe memasuki aula melalui pintu samping dikawal Kasim Li.Sebelum Kaisar dan Ratu HongYe duduk pada singgasananya, seluruh hadirin berdiri, membungkuk memberi hormat terkecuali Zhuge Yue."Kami memberi salam pada Paduka, kami memberi salam pada Yang Mulia Ratu. Semoga Paduka panjang umur, semoga Yang Mulia Ratu panjang umur. Semoga Paduka bahagia, semoga Yang Mulia Ratu bahagia."Kaisar duduk, disusul Ratu HongYe. Arah pandang mereka lantas tertuju pada Zhuge Yue yang tenang dan santai.Kaisar tidak marah, berbeda dengan Ratu HongYe yang merasa terluka harga dirinya, karena Zhuge Yue tidak m
Pertanyaan Perdana Menteri Keadilan tidak Zhuge Yue hiraukan. Pria itu dengan tenangnya meneguk arak lalu mencicip tumis kacang panjang buatan juru masak istana.Menurut Zhuge Yue rasa masakan kacang panjang itu hambar. Ia menyingkirkannya, dan mengambil makanan lain seperti daging ayam cincang juga daging daging ayam potong dadu campur potongan wortel dan brokoli.Perdana Menteri sangat memahami karakter Zhuge Yue. Toh, pria itu salah satu yang mendukungnya membalaskan dendam meski ia tidak ikut andil dalam perihal apapun, terkecuali Pasukan besar yang mungkin suatu saat akan diserahkan pada Zhuge Yue."Pangeran."Selain Perdana Menteri Keadilan, istrinya pula ikut menyapa Zhuge Yue. Kali ini, barulah Zhuge Yue menoleh sekaligus tersenyum hangat, mengingat istri dari Perdana Menteri Keadilan merupakan satu-satunya wanita yang sudi menolong Zhuge Yue kala ia kelaparan di usia tujuh atau delapan tahun. "Bibi." Zhuge Yue menyebutnya Bibi.Nyonya Menteri Keadilan mengeluarkan sesuatu da
Sekarang wanita angkuh berstatus Ratu itu berjalan mondar-mandir. Otaknya selalu dipenuhi kelicikan, tetapi kali ini sepertinya ia kehilangan akal sehat, sehingga untuk bernafas saja sulit, bagaimana mungkin ia bisa memiliki ide bagus.Sialan, wanita angkuh itu mengumpat dalam hati.Tidaklah lama, mungkin sekitar satu atau dua dupa kemudian, penjaga kediamannya melaporkan kalau Jenderal Song Wei datang setelah mendengar kabar mayat menggantung itu.Wanita angkuh itu semakin kalang kabut. Bibir bawahannya digigit kuat-kuat sampai meninggalkan setitik darah segar, yang terasa asin juga sedikit manis."Ya ampun, baru kali ini aku hampir gila." Wanita angkuh itu bicara sendiri. Pelayan yang biasa mendampinginya, kini ada di luar, menyambut kedatangan Jenderal Song Wei.Jenderal Song Wei melirik pintu kamar Ratu HongYe sekilas. Meski pria itu selalu bersikap baik padanya, tetapi tak menutup kemungkinan kalau ia sebenarnya tidak terlalu suka pada Ratu angkuh itu."Apa Yang Mulia Ratu ada di
Jenderal Song baru saja keluar dari barak setelah setengah shichen lalu berhasil mendiskusikan masalah penemuan mayat di kediaman Ratu HongYe, juga permasalahan pemotongan gaji bulanan para Prajurit yang malam itu berjaga di aula pribadi; bersama Kaisar. Dari diskusi itu, Kaisar meminta Jenderal Song menyerahkan tanggung jawab penyelidikan mayat pada pihak lain. Tentunya masih dibawah posisi Jenderal Song, sehingga Jenderal Song masih bisa ikut andil tapi tidak secara langsung. Jenderal Song tidak punya wewenang membantah. Pria itu hanya bisa setuju meski sebenarnya ia sangat ingin mengungkap dalang yang selalu melibatkan Ratu HongYe dalam masalah.Satu lagi, Jenderal Song diberi tahu Kaisar, bahwa ia telah kehilangan barang paling berharganya, tetapi ketika Jenderal Song bertanya barang berharga apa yang hilang, Kaisar enggan menjawab.Semua membingungkan.Jenderal Song tidak mau terlihat ikut campur. Pikirnya, mungkin yang hilang adalah barang pribadi Kaisar, jadi Jenderal Song mel
"Cobalah ini."Mulut kecil Ming Yuan masih mengatup rapat, tetapi Nyonya Menteri Keadilan tampaknya sangat tidak sabar menyuapi gadis kecil itu. Ia dengan bersemangat menyodorkan kue kacang hijau buatannya ke mulut Ming Yuan, sehingga Ming Yuan membuka mulutnya sedikit terpaksa.HupppKue kacang hijau itu berhasil masuk. Dengan pupil membesar, Ming Yuan mengunyah kue kacang hijau tersebut."Bagaimana rasanya? Enak? Ini buatan Bibi. Ah, Pangeran memanggilku Bibi, dan karena kau Istri Pangeran, kau juga memanggil aku Bibi."Ming Yuan belum sempat menelan kue kacang hijau itu. Wanita tua di hadapannya sudah memberondong beberapa pertanyaan, sekaligus meminta sesuatu yang sebenarnya tidak penting untuk dijelaskan, karena Ming Yuan secara otomatis akan memanggil wanita itu Bibi, bukan Ibu apalagi Mama.Sebelumnya gadis kecil itu sudah diwanti-wanti Zhuge Yue untuk bersikap anggun, sopan dan sebisa mungkin memperlihatkan kelembutan seorang perempuan.Sekarang gadis kecil itu benar-benar men
Berkat bantuan Zheng Xuan, Ming Yuan berhasil melarikan diri melalui jalan rahasia yang sebenarnya juga diketahui Ming Yuan oleh Zhuge Yue.Ming Yuan terbiasa menggunakan penyamaran. Gadis itu melewati beberapa hal sulit tapi bagusnya ia tidak tertangkap. Tempat pertama yang Ming Yuan datangi adalah pondok bambu, di sana ia mencari Zhuge Yue di danau yang dingin tapi Ming Yuan tidak menemukan apapun selain anak panah yang patah dan pedang miliknya.Sekarang adalah hari ketujuh setelah kejadian kali terakhir itu, kemungkinan besar Zhuge Yue telah dimakan binatang dalam danau. Entah buaya atau mungkin ikan besar.Ming Yuan hilang harapan. Gadis kecil itu kini merasa sendiri, dan ia juga tidak menemukan Shang Que. Ming Yuan pada akhirnya pergi ke kota Chang'an. Dengan sisa uang yang ia miliki, ia membeli sebuah rumah yang dijadikan sebagai penginapan, sekaligus ladang bisnisnya.Bulan demi bulan berlalu. Ming Yuan terlihat bahagia di depan semua orang tapi sebenarnya ia sangat menderit
Jenderal Song memberikan semua botol keramik yang didapat dari kediaman Zhuge Yue ke Tabib istana.Dalam waktu singkat, Tabib istana dapat mengemukakan kalau botol botol keramik itu berisi racun sekaligus penawaranya.Hal ini membuat Jenderal Song terkejut, karena seorang Zhuge Yue yang tidak pernah ingin terlibat urusan dengan orang lain, kenapa bisa membuat racun seperti ini.Fakta lain, saat bersamaan juga terkuak. Itu tentang obat penggugur kandungan yang dibuat oleh Zhuge Yue dari tanaman di hutan pagoda angle.Tentu saja Jenderal Song menjadi naik darah. Jenderal Song kemudian berpikir, kemungkinan besar Zhuge Yue dan Ming Yuan adalah dalang dibalik semua kekacauan. Jadi Jenderal Song mengerahkan banyak prajurit untuk menggeledah kediaman Zhuge Yue, dan tidak sampai satu hari, mereka menemukan banyak petunjuk mulai dari pakaian gelandangan yang pernah Zhuge Yue dan Ming Yuan pakai, bubuk pemerih mata yang juga pernah Ming Yuan tabur di rumah bordil, dan terakhir adalah sepasang
Zhuge Yue mengibaskan tangan. "Ah, ngomong-ngomong, aku telah mengambil keputusan, aku akan pergi mengasingkan diri di pondok bambu yang pernah aku buat.""Ini—" Shang Que hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya berakhir sedikit terbuka lalu mengatup rapat. Meski Shang Que tidak mengetahui isi pikiran Zhuge Yue yang paling dalam, tetapi Shang Que tahu jika Tuannya itu telah mendapat apa yang ia inginkan. Dalam artian, semua urusan sudah berakhir jadi wajar bila Tuannya ingin mengambil keheningan di tempat yang jauh. Hanya saja, Tuannya ini seorang Pangeran, apakah tidak terlalu aneh jika seorang Pangeran tidak menginginkan tahta? "Persiapkan keberangkatan kita, Shang Que," lanjut Zhuge Yue.Shang Que mengangguk patuh. "Baik, Pangeran.""Tolong siapkan kuda juga, aku ingin pergi ke istana.""Baik, Pangeran." Shang Que selalu patuh. Ia bergegas pergi mempersiapkan kuda milik Zhuge Yue.Dan sekitar satu shichen kemudian, Zhuge Yue tiba di istana atau tepatnya di aula pribadi Kaisar."P
"Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama
"Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama
KrietttttPintu paviliun dibuka terburu-buru. Melihat darah menetes dari ujung jari Ming Yuan, Zhuge Yue tidak tahan mengikis jarak dan ia langsung meraih tangan Ming Yuan."Sudah aku bilang, kamu jangan terluka!" lirih Zhuge Yue penuh penekanan. Ming Yuan menggeleng. "Ini harus dilakukan supaya mereka tidak curiga padaku."Zhuge Yue menyibakkan tudung merah yang menghalangi pandangannya pada wajah Ming Yuan. Dan begitu tudung merah itu dibuka, Zhuge Yue dibuat tertegun akan kecantikan Ming Yuan, sekaligus pada bibir merahnya yang mengembang tipis. Zhuge Yue lantas menatap intens bola mata indah milik gadis kecil yang telah menjadi istrinya itu. Zhuge Yue yang sudah cukup lama tertarik dengan gadis kecil itu, pun segera merangkul juga mencium keningnya agak lama.Zhuge Yue selalu dingin, tetapi hal seperti ini yang diberikan selalu sukses membuat Ming Yuan merasakan kehangatan tersembunyi pria itu. Ming Yuan tanpa ragu membalas pelukan Zhuge Yue. Berhubung tingginya hanya sepundak Zh
Jenderal Song dibantu pasukan bayangannya kembali menyelidiki Ming Yuan lebih lanjut tapi tidak ada hal apapun yang bisa memperkuat spekulasi Jenderal Song, hingga tibalah hari pernikahan Ming Yuan dan Zhuge Yue yang dilangsungkan di akhir pekan, pun dihadiri beberapa orang, termasuk Jenderal Song sendiri.Zhuge Yue tidak banyak mengundang tamu. Tamu yang diundang juga beberapa orang terdekat di istana. Perdana Menteri Keadilan beserta istri dan anaknya jelas ikut, begitu pula dengan Guru Zhuge Yue yang telah lama dilupakan tapi sebenarnya Zhuge Yue enggan berhubungan pada siapapun agar orang orang itu aman.Selain mereka, Zhuge Liang dan Lu Anxiao ikut datang meski awalnya tidak ingin Zhuge Yue undang.Sekarang, ketika matahari tidak terlalu tinggi, Zhuge Yue dan Ming Yuan melakukan tahap wajib pernikahan yang dilangsungkan dihadapan semua hadirin. "Pengantin memberi hormat pada langit! Pengantin memberi hormat pada orang tua! Pengantin saling memberi hormat satu sama lain!"Proses
Membayangkan bagaimana tampilannya setelah dikuliti menggunakan pisau berkarat itu, pelaku penyerangan tersebut menggeleng sambil memohon-mohon. "Ampun, Pangeran! Ampun! Akan hamba katakan yang sebenarnya!"Apa yang dikatakan salah satu pelaku itu tidak membuat Zhuge Yue menurunkan pisau berkaratnya. Ia malahan terlihat semakin tertarik pada pisau itu sehingga, ia mencoba menggunakannya untuk mengikis meja kayu tempat wei qi bertahta tapi karena berkata, menjadi sedikit kesulitan, sampai harus didorong kasar.Pelaku penyerangan itu menelan ludah kasar, disertai mata membulat membayangkan kulitnya yang jadi pelampiasan. "Tidak, aku tidak ingin mati mengenaskan seperti itu, tidak!" batinnya.Zhuge Yue mengangkat wajah. Dengan ekspresi tetap tenang, ia bertanya ketiga kalinya. "Siapa yang mengirim kamu?""Hamba … bukankah hamba sudah berkata sebelumnya, itu … itu Komandan Lu."Di kata akhir jawabannya, Zhuge Yue spontan melempar pisau berkarat itu ke arah si pelaku, sehingga pelaku yang
Ming Yuan tahu isi pikiran Zhuge Yue. Ming Yuan memberikan tusuk rambut miliknya pada Zhuge Yue. "Pangeran! Tunggu apalagi! Congkel salah satu matanya, dan lempar mata itu ke anjing liar di sudut sana!" Tunjuk Ming Yuan. Waktu dan keadaan sangat mendukung! Di tempat yang Ming Yuan tunjuk terdapat lentera salah satu bangunan sepi, dan dibawahnya terdapat anjing hitam terjaga yang terlihat kotor, menjijikkan dan kelaparan."Gila!" Shang Que tidak tahan bersuara. Itu dibalas tatapan dan senyuman mengerikan Ming Yuan, sehingga Shang Que berbalik memalingkan wajah, tanpa mengurangi energi menahan penyerang di bawah penahanannya.Pada saat bersamaan, Zhuge Yue menoleh ke arah belakang kereta yang gelap dan sepi. Pria itu melompat turun lalu hanya dengan sekali pukulan tengkuk, ia mampu membuat satu-satunya sisa penyerang itu tak sadarkan diri, serta meminta Shang Que lekas memasukkannya ke kereta."Bawa ke dalam!""Baik!"Shang Que mengangkat tubuh lebih kurus darinya itu ke dalam kereta.