Kabar keberadaan dari putri semata wayangnya belum juga mendapatkan titik terang. Kini justru muncul lagi kabar yang sungguh tidak pernah mereka duga bahkan dalam tidur pun tidak pernah masuk dalam mimpi keluarga Alina.Kabar yang tersebar perihal foto yang menampakkan wajah lugu putrinya itu. Sontak menjadi buah bibir dan juga gunjingan yang tentu saja membuat posisi putri mereka semakin tersudut. Tanpa bukti yang nyata karena memang belum tentu perempuan dalam foto yang mirip dengan Alina itu adalah Alina yang asli. Bisa saja memang ada wajah yang benar-benar mirip dengan Alina atau bisa juga itu hanyalah sebuah rekayasa yang sengaja diperuntukkan pada Alina dengan perantara kecanggihan teknologi."Bunda, Zafran ada kabar baik untuk kita." Sepulang dari sekolah Zafran yang biasanya pulang langsung ke rumah itu justru berbelok ke arah lain. Anak bungsu dari Marwah dan Farhan justru pergi ke tempat guru kursusnya. Iya Zafran ingat jika sang guru pernah bercerita jika suaminya merupak
"Lihat ini anak kesayangan kalian! Bikin malu nama keluarga saja. Kalian ngajarin aku cara mendidik anak. Tapi malah anak kalian sendiri yang kelakuan seperti wanita mu_rahan." Nurmala mengirim pesan pada adik iparnya. Marwah. Nurmala sangat puas dengan musibah yang menimpa keponakannya sendiri dan mengunakan kesempatan untuk mengolok keluarga adiknya."Mas, ponselku bunyi. Ada pesan masuk. Mungkin ada yang penting." Marwah yagg memang kondisinya belum pulih benar meminta pada suaminya--- Farhan yang menemaninya itu untuk mengambilkan ponselnya yang ada di atas meja rias.Farhan duduk di atas kursi yang berada di sebelah ranjang tempat tidur Marwah, segera beranjak untuk mengambil benda yang dimaksud oleh istrinya."Mas baca saja siapa tahu ada kabar penting." Marwah meminta Farhan untuk membuka pesan yang baru saja masuk."Pesan dari siapa, Mas?" tanya Marwah penasaran karena melihat ekspresi suaminya yang tiba-tiba berubah."Pesan tidak penting.""Coba aku lihat sendiri." Marwah yan
"Ma, itu seperti Papa!"tunjuk anak perempuan pada Ibunya. Kedua perempuan tadi tanpa sengaja melihat sosok seperti yang mereka kenal."Mana? Kamu salah lihat kali. Papamu tadi pamit Mama mau keluar kota ada proyek baru di sana." Perempuan dengan hijab modern dan tampilan khas anak muda celana Jean yang dipadukan dengan kaus berbahan rajut lengan panjang dengan pasmina yang menutupi rambutnya."Itu loh, Ma yang mau masuk ke toko perhiasan." Anak perempuan itu berusaha untuk meyakinkan ibunya. Posisi mereka memang di lantai yang sama namun letaknya berseberangan.Perempuan paruh baya itu semakin menajamkan pengelihatannya mengikuti arah tangan anak perempuannya itu menunjuk."Iya, itu benar Papa kamu. Mama masih ingat dengan atasan yang kemarin sore Mama siapkan untuk dibawa Papamu keluar kota.Tapi siapa yang pegang-pegang tangan Papamu itu? Itu juga kenapa Papamu pakai acara peluk-pelukan segala. Ini gak bisa dibiarin. Pasti perempuan itu simpanan Papamu. Sengaja mau porotin uang Papa
"Ya ampun, Ran ... kok bisa sampai gini sih?" Clara sengaja menjenguk Kiran di tempat kosnya. Kiran telah menceritakan kepada sahabatnya tersebut tentang apa yang baru saja menimpa dirinya."Ini terlalu tiba-tiba, Ra. Niatku cuma mau jalan cuci mata sambil cuci dompetnya di botak. Eh, malah ketemu nenek reyot sama anaknya. Dan kamu tahu? Anaknya si botak itu ternyata teman sekampus sama aku. Teman satu angkatan lagi.""Terus mereka ngapain kamu saja pas ketemu di mall itu?""Yang jelas aku dikeroyok sama ibu dan anak itu. Rambutku yang hanya dari salon ditarik-tarik sampai mau lepas dari kulitnya. Untung saja muka aku ini gak diapa-apain sama mereka. Kalau tidak mana ada yang masih mau sama aku.""Makanya kamu lain kali harus hati-hati. Kalau mau jalan-jalan sekalian cari tempat yang jauh biar aman. Kalau masih satu kota atau sekitaran bisa ada kemungkinan dong ketemu sama orang-orang yang ngenalin kita.""Iya, Ra. Ini bisa jadi pelajaran buat aku. Oh iya, untuk sementara aku mau lib
"Waalaikumsalam ..." Marwah yang ketika itu baru saja selesai menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, diperdengarkan sebuah salam dari suara yang tidak asing di telinganya.Setelah merapikan alat salat yang baru saja ia pakai. Marwah segera keluar dari kamarnya menuju ruang depan untuk melihat siapa tamu yang berkunjung ke rumahnya pada malam hari. Sementara putra bungsu dan suaminya masih belum pulang dari masjid."Bunda ...." Alina segera berlari ke arah ibunya sesaat pintu rumahnya tersebut terbuka. Sementara Marwah masih terdiam. Ia masih belum percaya.Diamatinya sosok yang sedang memeluk erat tubuhnya itu."Alina?""Bunda ini Alina.""Ya Allah, Nak. Kemana saja kamu selama ini. Ayah sama bunda sudah cari-cari kamu. Lala juga terus nanyain kamu."Marwah segera membalas pelukan sang putri dan berkali-kali pula ia ciumi wajah dari putrinya tersebut."Panjang ceritanya bunda. Oh iya bunda kenalin ini teman Alina. Ibra. Dia juga yang sudah membantu Alina bisa kabur dan melar
Hati Marwah mulai tidak terkendali ketika mobil yang mereka kendarai susah hampir dekat dengan tempat tujuan mereka.Farhan dan Marwah sengaja berangkat lebih awal. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam lamanya. Akhirnya tersebut sudah terlihat di pelupuk mata mereka."Tega gak tega kita harus tegas sama mereka, Mas. Meskipun Kiran itu keponakanmu sendiri. Tapi dia sudah berusaha menghancurkan hidup dan juga masa depan anak kita. Terkecuali kamu mau berada di pihaknya mereka." Marwah kembali mengingatkan suaminya. Perempuan tersebut menangkap air muka suaminya yang sulit untuk digambarkan."Ayo, kita turun!" ajak Farhan pada Marwah ketika mobil mereka sudah sampai di pelataran rumah yang dulu pernah ditempati oleh orang tua Farhan. Nampak dari arah berseberangan Reihan dan juga Siti istri Reihan setelah berpisah dengan Riana berjalan menyusul ke arah mereka.Farhan telah menghubungi saudara bungsunya itu agar keputusan yang sudah ia ambil dengan pertimbangan sebe
"Karin, tolong panggilkan adik kamu!" titah Farhan pada keponakannya.Karin ragu mengiyakan permintah dari Om nya itu."Kalian gak usah macam-macam sama Kiran. Kamu, Karin lebih baik kamu bawa masuk anakmu itu ke dalam kamar," tegas Nurmala pada putri pertamanya.Arif memilih diam karena untuk berdebat dengan saudara dari istrinya itu pasti dia yang akhirnya akan kalah.Karin akhirnya memilih masuk ke dalam rumahnya dan membawa serta putrinya.Sampai di depan kamar adiknya. Entah kenapa perasaan Karin tiba-tiba berubah tidak enak. Ia masih belum percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Om---nya."Apa iya Kiran berani nekat seperti itu?" cicit Karin mempertanyakan kebenaran ucapan dari adik ibunya tersebut."Apa aku tanya langsung saja sama dia?" Karin ragu antara ingin masuk ke kamar adiknya ataukah masuk ke dalam kamarnya sendiri.Karin yang memang memiliki sifat masa bodoh. Ia tidak memiliki pikiran buruk tentang suaminya yang tiba-tiba saja menghilang dari kamar tanpa
Baju baru untuk istri dan anakku season 3 lebih menceritakan tentang kehidupan Azka---putra Reihan dengan Riana(istri pertamanya) dengan kehidupan dari keluarga Nurmala yakni putranya Kevin.."Dek, Mas hari ini izin pulang telat karena mau melihat perkembangan proyek baru yang di luar kota." "Iya, Mas. Tapi hati-hati di jalan. Gak usah ngebut-ngebut.""Iya, sayang, makasih. Oh iya Cilla masih tidur?" Cilla adalah putri pertama Azka dan Marta yang baru menginjak usia satu tahun. "Iya, masih tidur anaknya. Tadi sempat kebangun, tapi cuma mau minta susu."."Mas, bangun sudah jam berapa ini!" Lita berulang kali mencoba untuk membangunkan suaminya. Lita adalah perempuan yang sudah beberapa tahun ini telah dinikahi oleh Kevin putra sulung Nurmala."Apaan sih kamu, Lit. Ganggu orang lagi tidur saja. Aku itu masih ngantuk. Tidur baru jam empat subuh tadi!" sungut Kevin yang tidak suka tidurnya diganggu orang lain."Makanya kalau malam jangan keluyuran. Main, nongkrong lupa waktu, lupa pu
Atas saran dari ibunya, akhirnya Johan membawa keluar Kiran istri sirinya itu dari rumah keluarganya. Johan sengaja membawa Kiran pergi jauh dari tempat tinggal mereka dengan tujuan agar tidak ada orang yang mengenalinya.Johan membawa pergi Kiran dengan alasan untuk mengobati sakitnya. Johan sengaja membawa istri sirinya itu ke pelosok dan mengobatkannya di sana.Usai membawa istrinya itu ke rumah sakit. Johan buru-buru pergi meninggalkan Kiran di rumah sakit dan tidak ada keinginan untuk menjenguk bahkan untuk kembali membawa perempuan itu masuk lagi ke dalam rumahnya.."Ka, ada kabar baik buat kamu." Ibra bersama dengan pengacaranya menemui Azka yang berada di balik jeruji."Kabar baik apa, Mas?" tanya Azka antusias."Bukti rekaman CCTV dari rumah tetangga kamu itu mulai menemukan titik terang. Pihak polisi juga masih melakukan pendalaman tentang kasus mu ini. Semoga setelah ini titik terang itu segera terungkap dan kamu bisa segera bebas dari tempat ini.""Aamiin, semoga saja,
"Dari mana kamu, Mas?" Johan terlonjak karena istrinya yang tiba-tiba saja mengagetkannya."Kamu ngagetin suami saja. Aku habis dari rumah sakit ngantar Kiran." Johan melepas baju yang baru ia kenakan dan kemudian menggantinya baju bersih yang sudah di siapkan oleh Sintia.Tidak banyak bertanya. Sembari menunggu suaminya membersihkan diri, Sintia segera turun kelantai bawa untuk membantu menyiapkan makan malam untuk keluarganya."Sudah pulang Jo?" sapa Bu Sukma ketika melihat putranya yang berjalan ke arah meja makan."Iya, Ma.""Sudah beres?""Sudah," jawab singkat Johan atas pertanyaan dari ibunya itu.Sementara Sintia mengerutkan keningnya. Perempuan itu tidak mengerti apa yang tengah dibicarakan oleh suami dan ibu mertuanya.Sintia memilih diam tidak turut serta dalam perbincangan kedua orang yang ada di hadapannya itu.."Mas kamu kelihatan senang sekali seperti habis menang undian," celetuk Lita yang keheranan karena melihat suaminya tersebut tersenyum sendiri."Ini lebih dari m
Terdengar deru mesin mobil di depan rumahnya. Lita segera keluar. Setelah pintu rumah ia buka, nampak suaminya itu baru saja turun dari motor miliknya."Mas, itu ada mobil dealer kenapa berhenti di depan rumah kita?" tanya Lita yang masih penasaran. "Itu motor kamu, Vin?" sela Nurmala yang baru saja muncul dari balik pintu."Iya, Ma, ini motor baru Kevin."Lita berjalan mendekat ke arah motor yang baru saja di turunkan dari atas mobil dealer. "Mas, beneran ini mobil kamu?""Iya lah, masa iya cuma bohongan. Kamu juga lihat sendiri pegawai dealernya saja masih belum pulang," sewot Kevin pada istrinya karena sang istri yang tidak percaya dengan pencapaiannya itu."Aku seneng banget kalau ini beneran motor kamu, Mas.""Makanya jangan curigaan Mulu sama suami kamu."Usai serah terima telah selesai. Dua orang pria yang bertugas untuk mengantar motor baru milik Kevin, segera undur diri."Motor baru mbak Lita?" sapa salah satu tetangga yang baru saja lewat di depan rumah mereka."Iya, Bu. Su
"Yang, kamu lagi ngapain?" Azka baru saja masuk ke dalam kamarnya. Pria tersebut mendapati sang istri seperti orang yang sedang kebingungan. Sedang mencari sesuatu sepertinya."Mas, Mas lihat cincin aku, gak? Cincin kado dari Mas pas ulang tahunku yang kemarin."Azka berjalan semakin mendekat. "Memang kamu terakhir taruh di mana?""Terakhir aku taruh di laci meja rias, Mas." Marta masih berusaha mengingatnya lagi.Azka membantu istrinya untuk mencari cincin yang dimaksud.."Mas, kamu habis dapat rezeki nomplok?" Mata Lita nampak berbinar ketika Kevin menunjukkan apa yang ia bawa sepulang dari mengantarkan ibunya itu berobat."Mobil siapa itu, Mas?" tanya Lita melihat di depan rumah kontrakan mereka yang sempit bahkan teras pun lebarnya tidak lebih dari satu meter itu."Mobil punya, Mama. Aku kan pernah cerita kalau Mama dulu pernah punya harta yang dibawa kabur sama mantan suaminya. Tadi di jalan Mama ketemu sama dia setelah sekian lama. Aku beri pelajaran saja sama dia biar tahu ras
"Vin, tunggu, Vin. Lihat! Itu Papa kamu, Vin. Cepat kejar dia!" seru Nurmala yang yang tanpa terduga disengaja ia dipertemukan kembali pada mantan suaminya setelah bertahun-tahun. Arif---mantan suami Nurmala sengaja meninggalkannya gara-gara tergoda seorang janda yang merupakan tetangga mereka di rumah yang baru mereka beli dulu.Pagi setengah siang itu Nurmala meminta tolong pada putranya agar mengantarkannya untuk berobat ke puskesmas yang terdekat dengan tempat mereka.Mereka baru saja selesai dan berniat akan segera pulang ke rumah setelah terlebih dahulu membeli makan siang untuk mereka bawa pulang. Kebetulan warung makan yang mereka singgahi berada di depan pasar. Ketika itu juga mata Nurmala melihat suami dan istri barunya itu baru saja keluar dari toko perhiasan yang berseberangan dengan tempat mereka membeli makanan.Melihat mantan suaminya yang ternyata masih bisa hidup tenang bahkan kehidupan suaminya itu nampak jauh lebih baik dari pada kehidupannya, membuat Nurmala merada
"Ka, coba kamu periksa dulu kamar mereka," titah Marwah pada keponakannya.Marwah memiliki pikiran negatif terhadap keluarga dari suaminya itu. Ia memiliki pengalaman buruk sebelumnya atas ulah dari kakak iparnya itu."Jangan lancang kamu, Wah. Siapa kamu mau main bongkar-bongkar barang milik orang!" sungut Nurmala karena tidak terima Marwah memprovokasi keponakannya sendiri."Tapi Bude Marwah ada benarnya. Yang, kita cek dulu kamar mereka!" Azka kemudian mengajak sang istri serta istri dari pak RT untuk membantu mereka membereskan barang-barang milik keluarga Nurmala."Apa Mbak Nur lupa atau perlu aku ingatkan lagi? Mbak lupa dulu pernah bawa kabur uang orang yang harusnya menjadi haknya Reihan? Mbak diam-diam menjual rumah ibu yang sudah diberikan sama Reihan dan Mbak kabur begitu saja. Kalau keadaan Mbak menyedihkan seperti ini, bukan salah orang lain. Tapi iku karena balasan atas perbuatan Mbak di waktu lampau." Marwah mengungkit akan perbuatan kakak iparnya itu di depan umum.."
Usai percekcokan antara Azka dan keluarga dari Budenya itu. Akhirnya RT setempat dan dibantu beberapa warga yang lainnya memisahkan Azka dari amukan Kevin. Kevin tidak terima jika keluarganya dipaksa keluar dari rumah tersebut."Mas ada apa di rumah Azka kok sampai ada banyak orang?" Marwah datang beserta suami dan juga anak bungsunya.""Mas juga gak tahu.""Kita lihat saja ke dalam." Usai Zafran memarkirkan mobil miliknya. Anak bungsu dari pasangan Marwah dan juga Farhan itu segera keluar terlebih dahulu. Ia kemudian membukakan pintu untuk ayah dan juga bundanya."Bunda hati-hati." Zafran memegangi tangan ibunya."Ayo!" Farhan mensejajarkan diri dengan istrinya dan mereka pun bersama-sama mendekat ke arah pintu rumah Azka yang tidak lain adalah putra dari Reihan yang pernah dititipkan kepada mereka."Ada apa ini?" Setelah mengucap permisi pada beberapa orang yang bergerombol di rumah Azka. Farhan langsung saja berjalan mendahului Marwah dan juga putranya.Semua orang yang ada di tem
"Mas, kamu lagi cari-cari apa?" Marta yang baru saja masuk ke ruang kerja suaminya dan tiba-tiba melihat suaminya yang baru saja berangkat kerja tapi masih berada di rumah. Marta langsung menangkap raut gelisah suaminya langsung saja menghampiri dan menanyakan perihal yang membuat suaminya itu gelisah."Yang, kamu lihat amplop coklat yang ada di laci, Mas?" Marta mengerutkan dahinya."Amplop coklat?" Marta mengulang pertanyaannya dari suaminya. "Amplop coklat yang mana, Mas. Aku dari tadi pagi sibuk di belakang dan belum sempat masuk ke ruangan ini, Mas. Memang kapan Mas taruh uang itu di laci? Kalau boleh tahu memang apa isi amplop yang Mas cari itu?" Marta mendekat ke arah Azka dan berniat untuk membantu suaminya mencari barang yang dimaksud oleh suaminya itu."Itu uang untuk gaji karyawan, Yang. Uang itu Mas taruh di laci kemarin sepulang kerja.""Kok bisa sampai hilang sih, Mas? Apa Mas lupa menyimpannya? Selama ini kita gak pernah loh mengalami kejadian seperti ini di rumah kita
"Kiran ...! Cepat bersihkan rumput di belakang sana!" Wati asisten rumah tangga di rumah tersebut. Perempuan empat puluh tahun yang sudah bekerja dengan keluarga Johan selama kurang lebih lima belas tahun itu memerintahkan pada istri muda tuannya. Bukan tanpa alasan melainkan karena kesengajaan. Wati merasa sakit hati karena perlakuan Kiran yang sebelumnya. Sebelum ia jatuh sakit dan kondisinya sangat memperihatinkan seperti saat ini."Eh, ba_bu. Makanan apa yang kamu masak ini? Kamu sengaja mau mera_cuni aku?" Kiran yang masih baru di rumah tersebut masih belajar untuk beradaptasi namun ia juga seolah menjadi orang baru yang semena-mena terhadap orang yang lebih lama."Maaf nyonya kenapa dengan makanannya?" Wati lari tergopoh menghampiri Kiran yang sedang bersantai di tepi kolam dan menikmati makan siangnya sendiri karena ibu mertua dan juga suaminya kebetulan sedang ada acara bersama. Sebagai istri kedua dsn istri siri kedudukan Kiran belum bisa dibuplikasi dan oleh karena itu untuk