Abi benar-benar merasa kebingungan, harus kemana ia membawa Elana pergi. Hampir tiga puluh menit berlalu, namun ia masih belum menemukan tempat yang pas untuknya dan Elana berkencan.
"Aku lapar," terdengar suara Elana, persis di sebelah telinganya.
Abi semakin kebingungan setelah mengetahui Elana lapar. Kemana ia harus membawa Elana mencari makanan, mengingat nasib isi dompetnya yang hanya tersisa beberapa lembar uang kertas, rasanya tidak mungkin membawa Elana ke tempat makan yang biasa Elana kunjungi.
Tidak ingin membuat kekasih sementaranya kelaparan, akhirnya Abi menepikan sepeda motornya di salah satu restoran cepat saji cukup terkenal. Meski namanya restoran itu cukup terkenal di semua kalangan masyarakat, setidaknya menyantap dua porsi makan disana tidak akan menguras habis isi dompet Abi.
Sesekali Abi memperhatikan raut wajah Elana, mencari kekecewan di wajah Elana. Namun nyatanya jus
Abi benar-benar merasa kebingungan, harus kemana ia membawa Elana pergi. Hampir tiga puluh menit berlalu, namun ia masih belum menemukan tempat yang pas untuknya dan Elana berkencan."Aku lapar," terdengar suara Elana, persis di sebelah telinganya.Abi semakin kebingungan setelah mengetahui Elana lapar. Kemana ia harus membawa Elana mencari makanan, mengingat nasib isi dompetnya yang hanya tersisa beberapa lembar uang kertas, rasanya tidak mungkin membawa Elana ke tempat makan yang biasa Elana kunjungi.Tidak ingin membuat kekasih sementaranya kelaparan, akhirnya Abi menepikan sepeda motornya di salah satu restoran cepat saji cukup terkenal. Meski namanya restoran itu cukup terkenal di semua kalangan masyarakat, setidaknya menyantap dua porsi makan disana tidak akan menguras habis isi dompet Abi.Sesekali Abi memperhatikan raut wajah Elana, mencari kekecewan di wajah Elana. Namun nyatanya jus
Rony melempar gelas kaca di tangannya begitu mendapat laporan dari seseorang yang mengikuti Elana dan Abi."Brengsek!" Gumamnya pelan, raut wajahnya memerah menahan amarah.Roni mengabaikan pecahan kaca yang berserakan di lantai, ia berjalan melewati pecahan gelas tersebut dan menginjaknya dengan sengaja. Pecahan gelas tersebut tidak akan melukai kakinya yang dibalut sepatu kulit berkualitas tinggi, seperti itulah ia akan menginjak siapapun yang mencoba menghalangi jalannya. Rony tidak akan tinggal diam.Meskipun Abi bukan lawan sepadan untuknya, namun kedekatan antara lelaki bisu itu dan Elana sedikit mengusik ketenangannya, terlebih jika Elana sampai menaruh hati pada Abi. Harga diri Rony jelas merasa terinjak."Awasi kemanapun mereka pergi. Jangan sampai lengah!" Perintah Rony pada seseorang melalui ponsel."Rupanya Elana ingin sedikit bermain-main. Baiklah, ak
Matahari tenggelam di ufuk barat, sinarnya perlahan berwarna jingga membuat siapapun pasti akan terkagum-kagum dengan keindahannya. Dua manusia berbeda jenis kelamin tengah menikmati pemandangan indah, namun sesaat. Kedua tangan mereka saling bertautan, seolah saling menguatkan karena sebentar lagi kegelapan akan menghampiri."Indah, namun sesaat." Gumam Elana pelan, samar-samar terdengar membuat Abi menoleh, menatap wajah Elana dari samping. Siluet wajahnya semakin indah dipandang, terpapar sinar matahari berwarna jingga."Impianku untuk masa depan yang penuh dengan ketidakpastian yaitu, aku ingin kembali melihat matahari tenggelam bersama lelaki yang sangat aku cintai. Meski hanya satu kali, dan mungkin itu yang terakhir kalinya."Abi mengeratkan pegangan tangannya, menarik tubuh Elana semakin dekat. Tiba-tiba ia membalik tubuh Elana dan memeluknya dengan sangat erat. Pelukan hangat penuh makna. Banyak kata yang
Bukan ciuman pertama, namun rasanya begitu membekas dan mampu melumpuhkan seluruh sarafnya. Elana seperti kehilangan jiwanya, setiap kali ia bercermin dan memegang bibirnya, tanpa sadar ia tersenyum sendiri. Meski hanya ciuman biasa, bahkan Abi hanya menempelkan bibirnya saja, namun Elana mampu merasakan sengatan luar biasa di tubuhnya. Hampir saja ia tidak bisa memejamkan matanya semalam suntuk, dan terus saja memegangi bibirnya tanpa henti. Benar-benar ciuman manis yang begitu membekas di ingatan.Beruntunglah semalam ia mendapatkan sebuah ciuman manis, setidaknya pagi harinya begitu Elana harus kembali berhadapan dengan Rony, suasana hatinya tidak terlalu buruk. Bahkan meski tubuhnya berada di meja makan bersama Erlangga dan Rony, tapi pikirannya justru melayang entah kamana.Erlangga memperhatikan putrinya, raut wajah Elana tampak berbeda dari biasanya. Sorot matanya terlihat begitu bersinar, bahkan Erlangga bisa melihat seulas
Elana melempar kuas dari tangannya hingga membentur cermin. Memikirkan apa yang belum tentu terjadi sungguh menguras tenaganya, tidak ada pekerjaan yang dilakukannya dengan selesai. Bahkan seharusnya hari ini Elana mengunjungi salah satu butik ternama untuk mencoba gaun pengantin yang sudah dipesannya beberapa bulan lalu. Elana membatalkan janji sebelah pihak, hari nya benar-benar kacau hanya karena kehadiran calon istri Abi.Sesekali Elana melirik ke arah jendela kamar, ingin rasanya ia memiliki teropong untuk memastikan apa saja yang dilakukan mereka berdua, karena menurut informasi yang didengarnya dari Ana, wanita yang diketahui bernama Mila itu masih berada di kamar Abi."Kenapa gak pulang-pulang sih!" Gerutu Elana, kemudian ia menutup tirai kamar dengan kasar.Tiba-tiba ponselnya berdering. Elana segera memeriksa panggilan masuk di ponselnya. Sempat ia berharap itu Abi, namun nyatanya itu panggilan Juan dari
Elana semakin tidak tenang, setiap kali ia melihat ke arah luar jendela kamar untuk memastikan Abi sudah kembali atau belum. Nyatanya sudah hampir dua jam lamanya Elana menunggu, Abi belum juga terlihat pulang.Kejadian di toilet beberapa jam lalu, ternyata berdampak buruk karena Rony menghajar Abi tanpa henti. Sementara Abi tidak melakukan perlawanan sama sekali, lelaki itu hanya diam dan menerima setiap pukulan demi pukulan yang dilayangkan Rony.Kegaduhan mereka berdua ternyata sampai ke telinga Erlangga. Setelah kedua lelaki itu dilerai oleh beberapa petugas keamanan, Erlangga segera bergegas meminta keduanya datang langsung ke ruang kerjanya. Sementara itu Elana dipaksa pulang terlebih dahulu, dan tidak diberikan izin ikut serta. Meski awalnya menolak, namun Erlangga tetap tidak bisa dibantah.Elana benar-benar khawatir dengan kondisi Abi, lelaki itu pasti terluka parah.Suara deru kenda
Dua hari berlalu, Abi masih bersembunyi di kediaman Mila. Ia tidak berani mengunjungi kediaman Elana atau hanya sekedar membalas pesan. Sesekali Abi memeriksa ponselnya, dan ratusan pesan bahkan puluhan panggilan dari Elana memenuhi notifikasi ponselnya. Sebelum Elana kembali menghubunginya, Abi segera mematikan kembali ponselnya dan untuk kebutuhannya berkomunikasi, Abi menggunakan ponsel Mila.Semenjak memutuskan untuk berhenti bekerja, tidak ada yang bisa dilakukannya dengan benar. Bahkan alasannya berhenti karena ingin fokus mencari informasi mengenai kematian Neneknya, ternyata tidak berjalan sesuai keinginannya. Ia lebih banyak membuang waktu dengan menyendiri, memikirkan bagaimana keadaan Elana. Sulit memfokuskan pikirannya disaat hati dan otaknya justru berjalan melawan arah.Mila dan Juan gemas sendiri melihat sikap Abi beberapa hari terakhir. Untuk mempercepat proses penyelidikan lebih lanjut, sebelum Rony resmi menjadi penerus
Entah sudah berapa kali, Abi mengitari komplek perumahan Elana. Sesekali ia berhenti tidak jauh dari pintu gerbang berwarna hitam, memperhatikan dinding besi yang berdiri kokoh dan menjulang tinggi. Seperti sebuah kebiasaan yang sulit dihilangkan, rasanya ingin sekali ia masuk kedalam dan melihat seseorang yang sangat dirindukannya beberapa hari ini.Erlangga tidak memberhentikannya secara sepihak, bahkan Erlangga sempat menawarinya pekerjaan lain, selain menjadi ajudan pribadi Elana. Namun Abi menolak, terlebih setelah Rony memperingatinya agar tidak lagi mendekati Elana. Abi tidak merasa takut sama sekali dengan ancaman Rony, namun jika itu menyangkut dengan keselamatan Elana, tentu saja Abi tidak bisa berkutik lagi.Seharusnya Abi pergi menjauh dari kediaman Elana, namun nyatanya kini ia justru tengah berdiri tidak jauh dari kamar tempatnya beristirahat, dulu. Dari kejauhan Abi melihat Elana duduk di kursi kayu yang sering ditem