Share

Fakta

Author: Maheera
last update Last Updated: 2023-09-15 10:16:13

Jangan ucapkan cinta jika hati tak selaras dengan perbuatanmu. Aku bisa apa ketika hati mulai membeku

---------------------

"Kamu siap-siap, ya. Sebentar lagi Mas jemput," pesan Adrian membuat senyum melengkung di bibir Hanum.

Sejak hari di mana laki-laki itu berjanji akan adil padanya dan Amelia, Adrian kembali menghujaninya dengan perhatian. Mengirimi pesan meski hanya untuk menanyakan keadaannya.

Adrian mendatangi tiga hari dalam seminggu, selebihnya waktu untuk Amelia dan putri mereka.

Bohong jika Hanum berkata dia baik-baik saja. Jauh di palung hati ada luka yang terus berdarah membayangkan lelakinya memeluk wanita lain bahkan memiliki anak dari wanita tersebut. Teranglah bagi Hanum alasan menghilangnya Amelia empat tahun yang lalu. Dia tidak pernah mengira mereka tega mengkhianati dirinya.

Jika memperturutkan ego dan sakit hati, ingin sekali memaki Amelia, mempertanyakan alasan wanita itu menjadi duri dalam rumah tangganya. Ingin rasanya menuntut Adrian dan membiarkan keduanya membusuk di penjara karena telah memalsukan tanda-tangannya.

Namun, cinta untuk laki-laki itu tertanam kuat di dalam hati hingga Hanum memilih berdamai dengan keadaan. Toh, tidak akan mengubah masa lalu jika dia mengamuk atau terus terpuruk. Itu semua hanya akan membuat dia semakin terlihat menyedihkan

Deru mobil Adrian terdengar memasuki halaman rumah. Hanum yang sedang duduk di meja rias membenahi penampilannya sejenak. Gaun terusan di bawah lutut berwarna biru muda menjadi pilihannya sore itu. Rambut panjangnya di ikat ekor kuda memperlihatkan leher putih dan mulus miliknya.

Terdengar salam dari luar. Gegas wanita itu berjalan menghampiri Adrian yang kini sudah duduk di atas sofa yang ada di ruang tamu.

"Mas," sapa Hanum meraih tangan Adrian dan menciumnya.

Adrian tersenyum. Menarik lembut tubuh Hanum duduk di pangkuannya.

"Kamu cantik banget," pujinya, mata laki-laki itu terus memandangi wajah Hanum yang dijalari rona merah dengan mata berbinar.

"Mas ini ...." Hanum memalingkan wajah. Jantungnya berdebar tidak keruan. Selalu saja begitu jika dia berdekatan dengan Adrian meski mereka bukan lagi pengantin baru.

"Mas mau makan dulu?" tanyanya mengalihkan perhatian Adrian yang kini menatapnya dengan sorot berbeda. Jelas Hanum paham apa yang diinginkan lelakinya, tapi ia berpura-pura tidak tahu.

"Mas pingin makan yang lain aja," bisiknya serak.

Hanum mengerucutkan bibirnya. "Trus jalan-jalannya gimana?" rajuknya.

Adrian tertawa kecil sambil mencubit hidung bangir Hanum gemas. "Ini masih sore, Sayang. Satu ronde aja, habis itu kita makan di luar," rayunya. Hanum tak bisa mengelak. Bukankah itu hak suaminya dan pahala baginya. Sore itu mereka habiskan seperti remaja yang sedang kasmaran. Berbagi cinta dan rasa yang mereka punya.

*

"Kamu mau makan di mana?" tanya Adrian lembut, matanya fokus memperhatikan jalan raya.

"Terserah Mas aja," balas Hanum. Senyumnya merekah seperti mentari di pagi hari. Bayangan percintaan mereka tadi sore masih membekas di ingatan membuat pipinya panas karena malu. Rasanya sudah lama Adrian tidak memperlakukannya semanis itu.

"Kenapa senyum-senyum sendiri? Ada yang lucu?" tanya Adrian ingin tahu melirik Hanum sekilas.

Hanum menggeleng.

"Nggak Mas. Cuma aku senang banget. Rasanya sudah lama aku nggak lihat kamu serileks ini," jawabnya memandang pria itu lembut.

Adrian mengembuskan perlahan, lalu meraih tangan Hanum dan menggenggamnya erat.

"Maaf ya, Sayang. Aku sering mengabaikanmu. Nggak gampang merahasiakan semua ini. Setiap kali melihatmu aku selalu merasa bersalah," ujarnya murung.

Hanum bergeming. Ingin rasanya menanyakan alasan pria itu menduakannya, tetapi dia tak ingin merusak suasana yang mulai mencair. Hanum memilih mengabaikan perasaannya dan menunggu waktu yang tepat.

Dering ponsel Adrian memecah konsentrasinya. Meraih benda pipih itu dari atas dashboard mobil dan melihat nama pemanggil yang tampil di layar 7" inci tersebut. Wajah laki-laki itu menegang, melirik Hanum sekilas.

"Siapa yang telpon Mas?" tanya Hanum. Hatinya mendadak resah melihat ekspresi Adrian.

"Em ... ini, Amelia yang telpon. Kuangkat sebentar, ya?" ucapnya meminta persetujuan Hanum. Wanita itu hanya mengangguk.

"Hallo ..."

"..."

"Tapi aku lagi di jalan sama Hanum."

"..."

"Ya, sudah. Aku pulang sekarang."

Terdengar desahan dari mulut Adrian. Laki-laki itu terlihat gelisah. "Sayang, tadi Amelia. Aku ..."

"Nggak papa, Mas. Kita pulang aja," ucap Hanum pelan, berusaha terlihat baik-baik saja meski hatinya berdenyut nyeri.

"Maaf. Besok aku janji bakal temenin kamu semalaman." Janji Adrian, lalu mengecup jemari wanita itu.

Hanum hanya mengangguk lemah, lalu memalingkan wajah menatap keluar jendela mobil. Pandangannya nanar terhalang air mata yang mulai menggenang. Cepat dia mengelapnya, tak ingin Adrian tahu betapa hatinya sangat terluka.

Sepanjang perjalanan pulang hanya hening yang menemani. Berkali- kali Adrian mencuri pandang ke arah Hanum. Bahu wanita itu bergetar. Dia tahu Hanum menangis dan itu menyakitinya, tetapi Adrian tak tahu harus melakukan apa. Luka yang diberikan kepada wanita itu terlalu dalam.

Adrian sadar dia lelaki brengsek yang tamak. Menginginkan cinta dan juga harta. Dia merasa Hanum hanya butuh waktu menerima kenyataan ini. Perlahan luka itu akan sembuh dan mereka akan kembali seperti dulu.

*

Janji yang diucap Adrian hanya pemanis di bibir saja. Sungguh pandai lelaki itu melambungkan hatinya hanya untuk diempaskan kembali. Sehari, dua hari bahkan hampir seminggu tak ada kabar. Ingin rasanya Hanum menghubungi pria itu, tapi hati kecilnya berkata, 'jangan.'

Hingga hari ini Adrian memintanya datang menemuinya disebuah restoran. Lelaki itu bermaksud mengajaknya makan siang bersama. Mengenakan jeans berwarna telur asin dan kemeja putih, penampilan Hanum terlihat santai dan manis. Wanita itu memilih aplikasi online khusus sepeda motor.

Lima belas menit kemudian dia sampai di tempat Adrian menunggu.

Dengan hati berbunga wanita itu melangkah masuk ke dalam. Mengedarkan pandangan dan melihat Adrian melambaikan tangan padanya dengan senyum mengembang.

"Maaf, Mas. Lama ya, nunggunya?" tanya Hanum begitu duduk di samping Adrian.

Laki-laki itu menggeleng.

"Nunggu wanita cantik lama juga ngga masalah," jawabnya sambil mengerling membuat Hanum tersipu.

"Udah deh gombalnya. Udah laper ini," ucap Hanum mengalihkan perhatian Adrian.

''Adrian tertawa.

"Iya, aku udah pesan tadi. Bentar lagi datang."

Tak lama seorang pelayan datang mengantarkan pesanan laki-laki itu. Mata Hanum berbinar melihat makanan yang dihidangkan di atas meja. Kepiting asam-manis, udang tepung mayonaise, tumis kangkung belacan dan gulai ikan kakap mampu membuat air liurnya menetes.

"Mas, ini nggak salah? Banyak amat," bisik Hanum membuat Adrian mengacak rambut istrinya gemas.

"Udah makan aja, kalau kurang nanti aku tambah."

Mata Hanum melebar.

"Kurang? Ini kebanyakan. Nanti dibungkus aja kalau berlebih, ya?" balasnya polos.

Lagi-lagi Adrian tersenyum miris melihat kepolosan istrinya. Memang Adrian jarang sekali membawa Hanum makan di restoran seperti ini. Pernikahan mereka tidak direstui orang tuanya hingga mereka harus merasakan kerasnya hidup dan serba kekurangan.

Dulu Adrian hanya mampu menyewa sebuah kamar kos bagi mereka berdua. Untuk mandi mereka harus antri dengan penghuni rumah kos lainnya. Sudah banyak lamaran dikirimkannya, tapi tak satu pun perusahaan mau menerima meski dia lulusan sarjana ekonomi dengan nilai terbaik. Pengaruh sang ayahlah yang membuat banyak perusahaan memasukkan nama Adrian ke dalam blacklist pencari kerja.

Satu tahun berlalu, Adrian tak tahan lagi. Kehidupan mewah yang dulu dinikmati seolah-olah memanggilnya kembali, hingga laki-laki itu menyerah dan menggadaikan cintanya pada sang ayah. Sayangnya, untuk bisa kembali bekerja di perusahaan, Adrian harus menikah lagi dengan pilihan kedua orang tuanya. Berat, tetapi dia juga tak sanggup hidup miskin.

Dihina dan dipandang rendah orang lain. Dia menerima dan menikah dengan wanita yang sialnya adalah sahabat Hanum sendiri.

.

.

"Lho, Pak Adrian?" tegur seorang pria paruh baya menghamburkan lamunan laki-laki itu.

"Pak Ardi," sapa Adrian sopan.

"Makan siang di sini juga?" tanya laki-laki itu lagi.

Adrian mengangguk, melirik sekilas ke arah Hanum yang tengah mencicipi udang tepungnya.

"Ini siapa?" tanya laki-laki itu menatap Hanum dengan dahi berkerut.

Adrian terlihat gugup, gerakan tubuhnya gelisah.

"Em, ini ... sepupu saya," jawabnya terbata, sukses membuat Hanum tersedak.

"Oo, ya sudah. Kalau begitu saya pamit dulu. Titip salam buat istrinya, ya. Jangan lupa besok malam pertemuan klub, bawa Amelia. Istri saya udah kangen katanya.

Adrian hanya mengangguk ketika laki-laki itu pamit dan menjauh. Dia melirik Hanum.yang terdiam. Terlihat bulir bening di kelopak matanya.

"Sayang ... aku bisa jelaskan."

Hanum menggeleng lemah.

"Aku mau pulang ..." lirihnya sendu.

"Tapi kamu belum makan?"

"Aku nggak lapar."

"Aku antar," ucap Adrian pelan sarat rasa bersalah di nada suaranya.

Hanum hanya diam. Rasanya dia tak punya daya untuk menolak. Lagi dan lagi, Adrian memberinya luka tak kasat mata, tapi sakitnya terasa menikam ke dalam dada.

.

.

"Sejak menikah dengan Amelia, aku selalu membawanya ke jamuan bisnis atau pertemuan klub. Itu semua atas permintaan Papa. Akan terlihat aneh jika aku membawa wanita yang berbeda. Selain itu Papa mengancam akan menarik posisiku jika memperlihatkanmu di depan relasi bisnis kami," jelas Adrian. Saat ini mereka ada di ruang tamu kontrakan Hanum. Sorot matanya sendu penuh penyesalan.

Hanum bergeming. Jelaslah sudah mengapa laki-laki itu tak pernah menunjukkan di mana dia bekerja atau sekadar mengajaknya berjalan-jalan keluar.

Adrian selalu beralasan sibuk. Yah, dia sibuk menghabiskan waktu dengan keluarga barunya dan Hanum seperti orang bodoh percaya begitu saja. Semua itu untuk menyembunyikan kecurangannya selama ini.

Adrian resah melihat Hanum hanya diam. Dia berlutut di depan wanita itu, menggenggam jemarinya erat.

"Sayang. Aku tahu kamu kecewa, tapi kumohon mengertilah. Aku tidak berdaya," lirihnya.

Hanum tersenyum sinis.

"Tidak berdaya?! Hah, kurang apa pengertianku padamu, Mas? Aku menyalahi prinsipku sendiri, memaafkan pengkhianatanmu, melupakan semua dusta yang kau lakukan, tapi, apa balasanmu?! Aku istrimu, Mas. Bukan selingkuhan yang harus kau sembunyikan!" jeritnya. Dia menangis, rasanya tak sanggup lebih lama lagi menahan perih di dada.

"Hanum, aku ..."

"Pergilah, Mas ... aku ingin sendiri," isak Hanum pelan, lalu beranjak ke dalam kamar.

Adrian hanya mematung menatap punggung rapuh istrinya yang perlahan menjauh. Harusnya dia menyusul Hanum ke kamar, membujuk dan menenangkan hatinya, tetapi otak Adrian seolah-olah beku, lidahnya pun kelu.

Rasanya tak ada yang bisa dia lakukan saat ini selain memberi ruang untuk Hanum menenangkan diri. Sebelum melangkah dia Memandangi pintu kamar yang tertutup rapat. Menghela napas, menyakinkan diri sendiri bahwa Hanum akan baik-baik saja.

Tak berapa lama terdengar suara mobil Adrian menjauh. Terdengar tangis pilu dari arah kamar. Hanum meraung, melepaskan sesak yang membekap hatinya. Tidak pernah dia merasa sesakit ini.

Hanum memukuli dadanya yang terasa ngilu, berharap rasa itu berkurang. Lelah menangis wanita itu tertidur dengan lelehan air mata di pipi.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Lemi Yani
cerita nya bikin nangis kasihan hanum
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu terlalu bodoh Hanum udah jelas2 Adryan g membutuh kn kmu dn dh nganggap kmu sebagai istri nya kmu masi mau bertahan .kmu bodoh .Adryan cuma butuh harta g butuh cinta kmu ..dh kmu pergi hauh .se jauh2 nya kmu cari kerja sendiri jangsn nyakutin hati terus ..
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mati ajalah kau num. percuma kau meraung2 klu msh tetap bertahan. sadar diri itu penting. jgn nodoh melebihi binatang. betah banget menyakiti diri sendiri. udah diperlakukan seperti simpanan dan hidup juga msh miskin. kau wanita dungu,lemot dan dilahirkan utk dihina??? makan tu cinta kau njing
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Terluka Lagi

    Bisakah sekali saja menyelami hatiku? Lihat seberapa parah kau menyakiti.Bisakah sebentar saja kau menjuntai iba atas perih yang kuelu ...?---------------------Tidak ada yang berubah dalam hidup Hanum. Adrian masih sering berkunjung. Kini laki-laki itu tidak perlu berbohong setiap kali bertanya mengapa dia lebih sering tidur di rumah orang tuanya. Dulu Adrian selalu memberi alasan jika jarak kantornya lebih dekat ke sana dari pada ke kontrakan mereka. Munafik jika wanita itu tidak sakit hati. Amelia bukan orang asing bagi mereka berdua. Wanita blasteran Inggris itu sahabat sejak dia duduk di bangku SMA. Amelialah tempatnya berbagi keluh-kesah tentang orang tua Adrian, tentang hubungan mereka. Hingga detik ini Hanum masih berharap semua hanya mimpi, tetapi takdir tak berpihak padanya. Dia tidak mengerti mengapa keduanya tega menikam dari belakang.Entah sejak kapan cinta mereka tidak lagi bertahta di hati laki-laki berkulit putih itu. Sekarang Hanum sadar, semua tegur sapa dan kepu

    Last Updated : 2023-09-15
  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Hina

    Bukankah cinta itu membahagiakan?Lalu mengapa hanya perih yang kurasa.--------------------Terik mentari membuat Hanum melindungi wajahnya dengan map yang berisi CV. dan copyan ijazahnya. Satu bulan sudah dia mencoba mencari pekerjaan. Bukan karena kesulitan financial. Adrian rutin mengirimkan sejumlah uang ke rekeningnya setiap bulan. Laki-laki itu tidak pernah bertanya apa yang dilakukannya. Setiap pulang Adrian selalu sibuk dengan laptop dan ponselnya. Hanum seperti pajangan yang hanya diam menunggui laki-laki itu bekerja. Semakin lama mereka semakin jauh. Setiap Hanum mencoba mendekat, Adrian selalu menghindar, seolah-olah membentangkan jarak tak kasat mata di antara mereka. Sakit ... tentu saja, tetapi dia bisa apa. Berkali Hanum mencoba bicara padanya. Namun, Adrian seakan menulikan telinga. Wanita itu ada, tetapi tak terlihat di mata laki-laki tersebut.*"Maaf, Mbak. Di sini yang ada cuma lowongan buat cleaning service.""Cleaning service?" Hanum membeo. Dia mengerutkan da

    Last Updated : 2023-09-15
  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Salah Paham

    Kau datang diam-diam. Menyusup dan perlahan bertahta.Tapi sayang hatiku telah mati rasa.-----------------------"Pikirkan lagi. Sekali kau melangkah ke luar jangan harap bisa kembali.""Aku tidak tahu apa yang membuatku dulu jatuh cinta padamu, menyesal mencintaimu begitu dalam, tapi pergi dari hidupmu tidak akan pernah kusesali.".."Mulai bulan ini gajimu saya potong dua per tiga.""Dua per tiga? Memangnya kenapa, Buk?""Kamu ngga amnesia 'kan? Bulan lalu membuat kekacauan di pesta ultah perusahaan? Kamu pikir ganti gaunnya Nyonya Martha pakai duit siapa? Ya punya perusahaan. Jadi gaji kamu dipotong selama satu tahun."..Hanum termenung. Percakapan terakhirnya dengan Adrian menghancurkan semua rasa yang dia punya. Dia mati rasa. Begitu pun ancaman Buk Ratna terngiang di telinga. Dua per tiga dari gajinya sangat besar, apalagi selama setahun. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana caranya bertahan sampai waktu setahun itu selesai. Hanum mendesah membayangkan hidupnya tidak akan m

    Last Updated : 2023-09-15
  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Sang Presdir

    'Bukan tak mengerti arti tatapanmu. Aku hanya berpura tidak tahu. Aku takut jatuh lagi ke dalam kubangan kecewa dan jurang sakit hati'-------------------------Hanum terus saja menunduk. Lantai granit lebih menarik perhatian daripada sosok gagah dan manis di depannya. Gerak tubuhnya gelisah, meski tak melihat dia bisa merasakan tubuhnya memanas karena tatapan intens keduanya."Mbaknya lucu, cantik juga," celutuk gadis kecil yang tadi dipeluk Hanum. "Pelukannya juga enak, hangat," imbuhnya.Hanum mengangkat kepalanya dan bersitatap dengan gadis itu yang sedang tersenyum manis padanya. Dia membalas senyuman itu dengan wajah merona malu.Alex mengulum senyum di bibirnya, senang dengan reaksi Neysa, putri kecilnya."Ney, suka Mbak Hanum?" tanyanya yang dibalas Neysa dengan anggukan."Baiklah, mulai hari ini Mbak Hanum kerja dan tinggal di sini. Ney, keluar sebentar, ya ... ada yang mau Papa omongin sama Mbaknya," ucap Alex.Neysa mengangguk, memeluk dan mengecup pipi Alex sekilas, lalu m

    Last Updated : 2023-10-25
  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Kepingan Hati

    'Setelah kau hamburkan kepingan hatiku ke dalam tumpukan jerami dan membiarkan kutertatih memungutinya sendiri. Kini kau datang menadahkan tangan meminta kembali, maaf ... hatiku bukan batu.'------------------------------"Aku tahu ini terlalu cepat, tapi kurasa ... aku jatuh cinta padamu.""M-maksud Bapak?!""Aku ingin menjadi pelindungmu, sandaranmu. Hanum, jadilah milikku.""Maaf, saya tidak-""Jangan jawab sekarang, nanti kalau kau sudah siap."..Dari jendela kamar, Hanum menatap hujan menjatuhkan rintikannya ke bumi, terpukau melihat kabut yang membuat kaca jendelanya berembun. Lamunannya terberai ketika memori masa lalu menyapa benaknya. Hanum membenci hujan. Hujan mengingatkannya pada Adrian dan pengkhiatan. Perih itu masih terasa, luka itu masih berdarah. Rasa sakitnya seperti karang yang tetap bertahan meski tenggelam dihempas badai dan gelombang. Sekuat apa pun Hanum ingin menghapus, semakin kuat kenangan itu memeluk benaknya.Kadang terbersit tanya di hati. Pernahkah t

    Last Updated : 2023-10-25
  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Meragu

    'Tatap mataku dan tanyakan hatimu. Apa ada cinta di sana?Karna diamku bukan segalanya.'---------------------Hanum mendongak ketika sehelai selimut dibentangkan menutupi tubuhnya. Tatapannya beradu dengan iris kelam Alex. Laki-laki itu mengukir senyum di wajah rupawannya yang menular kepada Hanum."Apa kau siap bercerita?" tanyanya duduk di sebelah Hanum menikmati udara malam dari balkon kamar wanita itu.Hanum terdiam. Tatapannya lurus ke depan seolah menimbang perlu tidaknya menyibak tirai masa lalu yang gelap. Semilir angin malam menerbangkan anak rambut yang keluar dari cepolannya, membuat Alex tidak tahan menyentuh surai hitam itu, dan menyelipkan ke belakang telinga Hanum.Dia beringsut lebih dekat, merengkuh bahu Hanum lebih rapat. "Aku tidak memaksa. Seburuk apa pun masa lalumu tidak akan mengubah perasaanku," ujarnya lembut, membuat haru menyelimuti dada Hanum.Hanum berdehem, melonggarkan tenggorakannya yang terasa mencekik. Butuh kekuatan lebih untuk menuturkan kisah hid

    Last Updated : 2023-10-25
  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Tahu Diri

    'Tak ada yang lebih sakit ketika mencinta dalam diam. Melihat dari kejauhan tanpa bisa mengungkapkan.'--------------------------Alex bangun dengan rasa sakit menyerang kepalanya. Meremas rambutnya sekadar menghilangkan pusing yang mendera. Aroma vanila membuat dahinya berkerut. Mengangkat kepala, lalu mengerang ketika menyadari ini bukan kamarnya.Dia mencoba mengumpulkan keping ingatan yang hilang semalam. Alicia ... wanita itu merengek ingin ditemani untuk mengenang masa lalu. Mereka menghabiskan malam di apartemen wanita itu, bercerita dan minum hingga mabuk. Alex refleks melihat tubuhnya sendiri, mengembuskan napas lega mendapati dia masih berpakaian lengkap. "Tidak terjadi apa-apa, meski aku mengharapkannya," suara Alicia membuat Alex mengangkat wajahnya. Wanita itu mendekat ke arahnya membawa nampan yang berisi secangkir kopi."Terima kasih," ucap Alex menerima cangkir yang disodorkan Alicia, lalu berdecak nikmat ketika cairan hitam itu membasahi kerongkongannya.Alicia men

    Last Updated : 2023-10-26
  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Lukamu Sakitku

    'Aku mencintai senyum juga tangismu.Mencintai bahagia juga sedihmu, maka biarkan lukamu jadi sakitku.'------------------------Hanum merasakan tepukan lembut di pipinya. Perlahan membuka kelopak mata yang terasa berat. Samar siluet wajah Alex terlihat. Dia tersenyum. Wajah yang mengusik hatinya beberapa bulan ini, senyum yang meluruhkan semua sakitnya terlihat begitu dekat. Wanita itu merasa mimpinya sangat indah."Alex, tidak cukupkah kau mengusikku setiap hari hingga harus datang ke mimpiku?" ucap Hanum lirih, lalu kembali memejamkan matanya, tetapi beberapa detik kemudian melotot mendengar kata-kata Alex."Aku tidak keberatan bila bercinta denganmu sekarang kau anggap mimpi juga?"Hanum terlonjak, lalu meringis memegang keningnya yang beradu dengan Alex. "Ini bukan mimpi ...?" tanya Hanum dengan wajah bingung.Alex tersenyum simpul. Sakit di keningnya hilang melihat wajah polos Hanum."Tidak. Tidurmu nyenyak sekali. Aku tidak tega membangunkanmu jadi kugendong saja ke kamar."Ap

    Last Updated : 2023-10-26

Latest chapter

  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Badai Mereda

    "Aku benar-benar kecewa sama Alex. Pasti wanita itu yang menghasutnya." Nina masuk ke ruang kerja papanya sambil mengomel dan wajah kusut.Pak Burhan hanya diam, dia tetap melanjutkan pekerjaannya sambil menunggu putrinya itu melimpahkan amarah."Papa tahu, Alex mengusirku hanya karena wanita itu! Padahal dia tak punya kelebihan apa-apa dibanding aku. Aku bisa menyokong usahanya, aku mengerti bisnis, tapi dia lebih condong ke wanita itu.""Kamu selalu menyebut wanita itu wanita itu. Setidaknya kamu sebut namanya.""Papa tahu siapa yang aku maksud. Siapa lagi kalau bukan Hanum" balas Nina dengan nada keras."Papa rasa tidak ada yang salah dengan Alex. Kamu yang terlalu agresif dan memaksakan kehendakmu padanya. Kau tahu dengan jelas kalau laki-laki itu sangat mencintai Hanum dan kau seakan-akan meminta dia memilih, jelas Alex akan memilih istrinya.""Tapi dia janji mau nikahi aku, Pa!" Nina tak mau kalah. Sifat aslinya keluar. Wajah manis yang selama ini dia tampaknya berubah menjadi r

  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Amukan Alex

    "Sialan!"Dengan raut kesal Nina melemparkan tasnya ke sembarang arah. Niat mendatangi rumah Hanum dan bersikap seolah-olah menguasai rumah itu untuk membuat mental si wanita jatuh, malah gagal total. Dia tidak memperhitungkan Neysa. Gadis remaja itu ternyata berpihak kepada Hanum. Tak mungkin dia lupa senyum puas di wajah Hamum melihat Alex membentaknya. Ternyata, wanita itu lebih pintar dari yang dia kira. Dia yakin Hanumlah yang menghasut Neysa untuk mengerjainya. Nina benar-benar dibuat seperti orang bodoh di depan lelaki pujaannya oleh kedua orang itu.'Dasar tidak tahu terima kasih! Sudah ditolong malah berniat mencelakakanku. Lihat saja, aku akan membalas perbuatanmu.' Nina mengumpat sambil mengepalkan kedua tangannya.Nina bukan tipe wanita yang tertarik dengan pernikahan. Dia lebih hubungan tanpa ikatan, gaya hidup yang dia jalani sejak remaja. Tinggal di Singapura serba bebas adalah surga baginya. Alex adalah teman lamanya dan mendiang suaminya. Sejak dulu dia menyukai l

  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Salah Mencari Lawan

    Pagi itu, ketika Hanum bersiap ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan bekas jahitan dan juga perkembangan bayinya, mobil milik Nina memasuki pekarangan rumahnya.. Wanita itu datang ke rumah Hanum sambil membawa beberapa kantong plastik berisi berbagai bahan makanan. Begitu melihat Hanum, Nina tersenyum ramah sambil melambaikan tangannya."Pagi, Num, aku mau bantu urus anak-anak dan memasak untuk keluarga," ucap Nina sembari memperlihatkan barang bawaannya, seolah-olah dia masuk ke rumah sendiri.Dahi Hanum berkerut saat mendengar ucapan Nina. Dia mengulas senyum untuk menyembunyikan amarahnya. "Makasih, Nin, kamu enggak perlu repot-repot," balasnya berusaha tetap ramah. Hanum tidak ingin paginya dirusak oleh Nina.Melihat sikap Hanum yang melunak, Nina merasa di atas angin. Dia tersenyum. "Ah, enggak apa-apa kok. Aku ingin membantu. Lagipula, aku ingin belajar memasak masakan rumahan yang enak seperti yang sering kamu buat," ujarnya lalu masuk begitu saja tanpa permisi, seakan

  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Berbagi Itu Sakit

    Setelah Hanum melahirkan. Alex menghabiskan waktu di rumah sakit untuk menemani bayi mereka yang sedang berjuang untuk hidup. Dia juga terus mendampingi sang istri, memberikan dukungan dan kasih sayang yang dibutuhkan wanita itu, walaupun sikap Hanum masih saja dingin, meskipun begitu dia tidak menyerah untuk mengambil hati sang istri. Sementara Hanum terus berusaha menggerakkan tubuhnya agar segera pulih. Dia tak ingin berlama-lama di rumah sakit. Beruntung, bayi mereka baik-baik saja sehingga bisa tidur kembali dengan Hanum."Num, apa kau butuh sesuatu?" Alex mencoba mencairkan suasa yang membeku."Aku enggak butuh apa-apa. Makasih."Alex menghela napas. Meski singkat setidaknya Hanum sudah mulai bicara padanya.Pada saat yang bersamaan, Nina yang merasa terabaikan oleh Alex, mencoba mencari cara agar bisa mendapatkan perhatian lelaki itu kembali. Setelah berpikir matang, dia memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit dan membawa beberapa perlengkapan bayi sebagai hadiah untuk Hanum

  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Sabar Tanpa Batas

    Alex menginjak gas agar mobilnya semakin melaju ke rumah sakit. Di dalam hati rasa cemas mencengkeram jantungnya, doa-doa keselamatan tak berhenti dia gumamkan untuk sang istrinya, satu-satunya wanita yang dia cintai. Alex tidak bisa membayangkan hidupnya seperti apa jika sesuatu menimpa wanita yang dicintainya. Penyesalan bertalu talu menggedor ke dalam dada lelaki itu, andai Neysa tidak meneleponnya tadi, mungkin dia sudah larut ke dalam pesona Nina. Wanita itu tahu bagaimana menarik perhatiannya.'Sial! Bisa-bisanya aku terlena hanya karena masakan saja. Bagaimana perasaan Hanum kalau dia tahu aku selemah itu? Padahal hasil masakan istriku jauh lebih enak.'Alex memukul setir mobil saking kesal pada dirinya sambil mengumpat. Harusnya dia lebih memperhatikan kondisi Hanum yang sedang hamil, bukannya sibuk mencari cara bagaimana menjaga hati kedua wanita tersebut. Toh, Hanum lebih berhak atasnya secara hukum agama dan negara, sementara dengan Nina dan dia hanya terikat janji saja. Al

  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Usaha Nina Mencuri Hati

    Alex merasakan benar ada yang berubah dalam diri Hanum sejak dua bulan terakhir. Tepatnya setelah Nina datang ke rumah. Istrinya itu tidak lagi banyak bicara, cenderung tertutup, dan menarik diri darinya. Meski Hanum tidak pernah melalaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Dia tetap melayani kebutuhan Alex dengan khidmat dan baik, tetapi sikap si wanita yang lebih banyak diam menyiksa hati Alex. Rumahnya yang dulu riuh karena gelak tawa dan canda, kini mendadak sepi dan kehilangan cahaya juga gairahnya. Hanum hanya akan tersenyum ketika mereka berkumpul dengan anak-anak, tetapi ketika hanya berdua saja di dalam kamar sikapnya sedingin es. Wanita itu tidak pernah lagi mempertanyakan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Nina, Juga tak ada pertanyaan mengapa kini selalu pulang larut malam. Begitupun Neysa dan si kembar, anak-anaknya itu seakan tahu kalau hubungan kedua orang tuanya tidak sedang baik-baik saja. Meski diam dan terlihat tenang, Alex tahu semua itu hanya untuk menut

  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Tepati Janjimu!

    Suasana di dalam mobil yang dikemudikan oleh Alex terasa sangat sepi, hanya terdengar suara dari pemutar musik yang membuat suasana tidak terasa seperti di areal pemakaman. Hanum masih setia dengan diamnya. Dia enggan bicara setelah mendengarkan fakta menyakitkan yang keluar dari bibir Pak Burhan. Dia masih tidak percaya kalau selama ini Alex menyimpan kebohongan yang sangat besar di belakangnya. Mengapa laki-laki itu tidak jujur sejak awal? Mengapa dia tak dibiarkan memilih melanjutkan rencana pernikahan atau tidak sehingga tidak perlu menjadi orang kedua di dalam hubungan antara Nina dan lelaki itu.Sekarang dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Di satu sisi dia merasa berhak pada Alex, tetapi di sisi lain Nina juga tidak bersalah. Wajar wanita itu kesal padanya karena mengira dia telah merebut Alex. Kini, untuk mundur pun tak mungkin, sebab ada anak-anak yang akan menjadi korban dari sebuah perceraian. Akan tetapi, dia juga tak mungkin sanggup berbagi raga dan hati. Terpisah j

  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Kenyataan Menyakitkan

    Hanum menatap rumah modern bergaya victoria di depannya. Bangunan megah berlantai dua dengan banyak ruangan di dalamnya. Dari luar saja orang yang bertamu tahu kalau si empunya rumah memiliki selera tinggi. Belum lagi furniture mewah dan klasik yang menghiasi setiap sudut rumah membuat yang datang akan betah berlama-lama di sana."Ayo turun." Hanum membuka pintu mobil lalu keluar dari mobil diikuti oleh Neysa dan Aruna yang sejak tadi tak berhenti mebgoceh, sementara Arjun tak jadi ikut, sebab sudah tertidur di depan televisi sembari menunggunya bersiap-siap. Neysa berjalan di samping Hanum yang membimbing Aruna. Gadis itu hanya diam seolah-olah tahu awan mendung yang sedang bergelayut di hati sang bunda. Neysa, dia sering melirik ibu sambungnya itu. Wajah datar Hanum membuatnya sedih. Sudah lama dia tidak melihat raut seperti itu dan berharap tidak akan pernah. Terakhir ketika si wanita meninggalkan rumahnya sekitar empat atau lima tahun yang lalu. Tak lama kemudian dia dan papanya

  • Bahagia Usai Diselingkuhi    Bukti yang Terus Datang

    Seluruh tulang di tubuh Hanum seolah-olah dilolosi setelah membaca tulisan di kuitansi tadi. Berkali-kali dia menghela napas untuk menenangkan badai yang tiba-tiba saja berkecamuk di dalam dada. Sekeras apa pun dia berprasangka baik kepada Alex, bukti-bukti terus berdatangan menggoyahkan hatinya. Haruskah dia menanyakan masalah kuitansi pembelian kepada lelaki tersebut? Bagaimana kalau Alex tersinggung dan menghadirkan masalah yang tidak perlu di rumah tangga mereka? Hanum memejamkan mata sembari menekan dadanya yang nyeri, dia berharap air matanya keluar membawa perih yang menusuk tanpa iba, tetapi saking sakitnya tak setetes pun cairan bening itu tumpah.'Buket bunga itu dibelikan oleh sekretarisku. Aku bahkan tidak ingat kalau Nina ulang tahun.'Kata-kata Alex terngiang di benak Hanum. Entah mengapa sekarang dia meragukan perkataan suaminya itu. Tak ingin kepalanya dipenuhi prasangka, dia merogoh ponsel yang ada di dalam saku bajunya. Dia menatap layar benda itu yang masih menghit

DMCA.com Protection Status