Shayra terbangun dari tidurnya membuka matanya lebar, akibat terganggu oleh suara berisik yang ditimbulkan oleh handphone yang entah milik siapa, mungkin punya Adien yang ketinggalan.
Akan tetapi tiba-tiba Shayra kembali dengan cepat memejamkan matanya kala menyadari mendengar mendengar bunyi lain diruangan itu. Tepatnya bunyi tapak sepatu seseorang yang bergesekan dengan lantai dan sedang berjalan mendekatinya.
Shayra berpikir itu adalah Adien yang kembali ke ruang kerjanya setelah pergi entah kemana tadi.
Shayra berpura-pura tidur, sebab dia belum sanggup menghadapi Adien mengingat kejadian kemarin saat dirinya begitu nekat dengan beraninya merampas kotak kemasan es krim bubuk rasa mangga milik Pria itu.
Ditambah kejadian beberapa jam lalu saat Pria itu meminta pertanggung jawabannya dan juga ide bodohnya yang menyebabkan dirinya kini terjebak di dalam ruang kerja Adien sampai sekarang.
Atau Shayra ingat kejadian dua tahun silam yang membuat Pria itu membencinya hanya karena tamparannya.
Semua itu membuat Shayra makin kalut juga takut dan menyesali keputusannya beberapa saat lalu sebelum ia tidur sejenak. Kalau tau begini lebih baik Shayra paksakan tubuh sakitnya keluar dari ruang kerja Adien dari pada menghadapi empunya.
Tiba-tiba handphone itu kembali terdengar berdering berisik menyebabkan Shayra makin terganggu dan membuatnya kegeraman.
'Astaga, dasar Adien gila ... angkat teleponmu bodoh! Itu sangat berisik dan menggangguku!!' Geram Shayra membatin masih terpejam tak berani mengungkapkannya secara langsung.
Sebab Shayra masih menyanyangi dirinya dan ia paling malas berhadapan dengan Adien. Oh, baiklah, bukan malas tapi takut. Takut jika dirinya sadar dia Adien akan berdebat dan pria itu akan melakukan hal buruk jika tersinggung oleh ucapannya. Tidak! Shayra takkan membiarkan bayangan buruk itu sampai menjadi kenyataan. Maka dari itu ia pun tetap berpura-pura tidur dan belum sadarkan diri.
"Hallo."
"..."
"Hm, maaf Shayranya sedang beristirahat. Jadi, bisakah kamu meneleponnya nanti saja," beritahu Adien tegas dengan nada dingin.
Sontak saja membuat Shayra kaget, lantas membuka sedikit kelopak matanya membiarkan sedikit celah untuk mengintip dan langkah kagetnya dia melihat Adien yang membelakanginya. Hampir saja akan mengumpat kalau tak segera ingat keadaannya yang sedang pura-pura tidur.
Shayra menemukan Adien menerima panggilan telepon dari handphone miliknya sendiri.
Pertanyaan seketika melintas dibenaknya, kenapa handphone miliknya bisa sampai berada ditangan Adien?
Bukankah ponselnya itu terakhir kali seingat Shayra, diletakkan didalam sakunya. Apakah handphone miliknya samaan dengan milik Adien? Oh tidak yang benar saja, Shayra bahkan masih ingat kalimat Adien ditelepon beberapa saat lalu.
Shayra mengerut lantas meraba dan memeriksa sakunya untuk memastikan sesuatu. Dia tidak menemukan keberadaan handphone miliknya di sana. Artinya handphone yang berada ditangan Adien bukan mirip dengan handphone miliknya melainkan handphone tersebut adalah benar-benar miliknya.
Terlihat Adien selesai berbicara kepada orang diseberang telepon, Adien meletakkan handphone milik Shayra diatas meja. Bersamaan dengan itu Shayra kembali diam serta memejamkan mata sepenuhnya dan kembali berpura-pura tidur.
Adien berbalik memperhatikan Shayra sejenak lalu menghela nafas. "Kamu ternyata sudah bangun," kata Adien mengakibatkan kerutan tersemat di kening Shayra.
Bangun darimana diakan masih tetap memejamkan matanya. Jangan bilang Adien sedang mengujinya karena Shayra takkan tertipu dengan hal itu.
"Jangan mengerutkan keningmu begitu nanti kamu cepat tua." Adien menghampiri Shayra dan memapahnya agar duduk, tapi ketahuilah bahwa Shayra masih memejamkan matanya berusaha bersandiwara, Shayra masih bersih keras berpikir kalau Adien sedang menjebaknya.
"Ayo duduklah Shayra dan buka matamu," ucap Adien lagi dengan nada halus dan ketahuilah itu adalah perkataan Adien setelah sekian lama tak melakukannya kini ucapannya bisa lembut juga.
Biasanya selain ketus dan dingin pria itu suka berkata kasar dan kali ini justru sebaliknya.
Disisi Adien, ia mulai kesal dengan sandiwara Shayra yang terus-terusan berpura-pura tidur dan berpikir bisa membodohinya. Adien sudah tahu kepura-puraan Shayra dan bahkan ia sudah menyaksikan kecepatan kilat gadis itu mata saat Adien menghampirinya sebelumnya.
Hal itu mengakibatkan Adien terbawa emosi sedikit dan mendengus kasar.
"Apa begitu tak berdayanya kamu sampai membuka mata saja tak bisa," geram Adien menahan emosinya membuat Shayra menyerah dan akhirnya membuka matanya.
Bersamaan dengan hal itu, ruang kerja Adien diketuk dari luar dan ternyata itu adalah kurir pengantar makanan yang tiba.
Sesaat kedatangan kurir itu membuat Shayra merasa selamat, namun setelah kurirnya pergi dan di ruang kerja Adien kini kembali hanya tinggal Adien dan Shayra berdua. Shayra menjadi merinding.
Shayra kalut ketakutan memperkirakan nasibnya akan buruk ditangan Adien. Jangan-jangan Pria itu akan menghabisinya setelah tahu Shayra hanya berpura-pura tidur atau mungkin lebih buruk lagi dan Shayra makin berpikiran buruk.
Namun yang terjadi anehnya Adien tak juga mengambil ancang-ancang untuk menghabisinya dan malah menyiapkan makanan yang dibawa kurir tadi dan menaruhnya diatas meja dekat Shayra.
"Berapa kali lagi kuperingatkan padamu, jangan mengerut, Shayra!" Tegas Adien dingin sambil menoleh tajam.
"Maa-af," cicit Shayra menjawab pelan.
"Kamu tidak melakukan kesalahan, jadi tidak perlu meminta maaf," jawab Adien cepat.
"Untuk es krim mangga kemasan bubuk yang kurampas kemarin," jelas Shayra mengingatkan Adien. Shayra sedikit memberi jarak dan berusaha waspada.
"Itu bukan yang pertama kalinya dan kejadian kamu merampas es krim milikku sudah sudah berulang kali terjadi sepanjang dua tahun ini. Kenapa sekarang kamu baru meminta maaf?" Sarkas Adien dingin.
Shayra bungkam tak tahu harus berkata apa lalu menunduk mulai memikirkan perkataan Adien. Benar juga, sudah berapa kali dia merampas es krim milik Adien. Es krim kemasan bubuk atau yang es krim yang telah jadi, Shayra sudah sering merampasnya dan entah sudah yang keberapa kali. Akan tetapi baru kali ini Shayra meminta maaf pada Adien.
"Maaf, aku hanya tak bisa menahannya," jujur Shayra. "Es krim rasa mangga yang aku inginkan anehnya selalu saja tersisa satu di supermarket, bahkan ketika aku ke kedainya hanya ada satu. Kamupun juga selalu datang tiba-tiba mengambilnya lebih dulu dariku. Hm, mungkinkah karena rasanya mangga, makanya sangat jarang?" sambungnya menghela nafas diakhir kalimatnya.
"Sudahlah, lebih baik sekarang kamu makan agar tenagamu cepat pulih," ucap Adien kembali terdengar bersahabat membuat Shayra heran.
Apa yang terjadi, kenapa Adien jadi baik dan ramah begini?
Terlebih lagi sudah berlangsung sejak Shayra bangun dann hal itu berhasil membuat Shayrapun mulai tersanjung dan memuji kebaikan yang Adien tunjukkan saat ini.Sayangnya hal tersebut tak berlangsung lama, pasalnya Shayra kembali kesal dan menyumpah serapah Adien dalam hati ketika melihat makan apa yang Adien perintahkan untuk dimakannya.
"Makan, Shayra! Apa lagi yang kamu tunggu." Adien berseru tegas serta menatap dengan dinginnya mengintimadasi Shayra penuh hawa mencekam.
"Tidak, terima kasih Pak. Aku tidak ingin merepotkanmu dan aku lebih baik makan siang dikantin saja," beritahu Shayra hati-hati takut menyinggung Adien.
Jujur sebenarnya Shayra bukannya enggan atau merasa tak enak hati memakan makanan pemberian bosnya. Tetapi, makan yang Adien berikan tampak tak enak ditenggorokannya, melihat bagaimana jenis makanan diatas meja hanyalah serba sayuran dan Shayra paling anti dengan itu.
Jika gologan hewan Shayra adalah karnivora alias pemakan daging. Bercanda!! maksudnya pecinta makanan berbahan dasar daging-dagingan. Jadi tidak mungkin ia makan sayuran terlebih lagi yang berada tepat dihadapannya, sungguh sayuran itu membuatnya mual dan Shayra yakin pasti juga terasa amat pahit.
Tanpa tahu ucapannya ternyata telah menyinggung Adien. Terlihat dari tatapan Pria itu yang tak suka menatap Shayra.
"Dikantin?!" Tanya Adien datar disertai tatapan galak. "Memangnya kamu sudah sanggup berdiri? Ch, membuka mata saja kamu susah payah bagaimana mau kekantin yang berada di lantai bawah!" Lanjutnya meremehkan Shayra.
"Jalan pake kakilah," sarkas Shayra terbawa kekesalan tanpa sadar.
"Apa katamu?!" Tanya Adien dinginnya.
"Ma--aaf, Pak," jawab Shayra terbata takut sambil merutuki kebodohannya.
"Sekarang makanlah!" Perintah Adien tegas tak ingin dibantah dan menyebabkan Shayra dengan segera sigap menutup mulut dengan tangan.
"Oh, ternyata kamu ingin makan saya suapi." Adien menyeringai penuh ancaman menyebabkan Shayra beringsut mundur dan berniat mau kabur.
Tetapi terlambat Adien lebih dulu mengapitnya lalu tanpa perasaan menyuapi Shayra dengan paksa dan dengan cara mencengkram rahang Shayra agar membuka mulut.
Oh, tidak!
Adien benar-benar iblis.
TBC
Shayra tampak serius mengerjakan file dokumen pekerjaan yang harus segera diselesaikannya. Hanya terlihat sedikit kerutan diwajahnya, kala pekerjaanya bertambah menjadi banyak padahal yang sedang dalam tahap pengerjaan saja belum selesai dikerjakannya.Tiba-tiba saja Dinda menghampiri dan datang kubikelnya lantas bertingkah dengan bossy, dokumen dalam genggamannya Dinda dihempaskan ke atas meja tepat dihadapan Shayra."Kamu memang yang terbaik Shayra!" Pujinya menyimpan sesuatu dibalik ucapannya. "Pekerjaanmu terlihat menumpuk, tapi lihatlah wajahmu masih terlihat biasa saja. Tetapi, bagian terbaiknya lagi meski sudah begitu sampai sekarang kamu tak kunjung naik jabatan, haha!!" Ejek Dinda dikalimat terakhirnya.Hal itu menyebabkan Shayra mencebikkan bibirnya kesal lalu menghembuskan nafasnya kasar dan memberi tatapan tajam kepada Dinda."Bukannya itu lebih baik dari pada dirimu yang terus mengeluh sa
Shayra kembali kelantai tempat kerjanya berada, setelah melalui lift sambil mencebikkan bibirnya menggerutu kesal. Matanya menggelap mengeram kesal ingin sekali mencabik-cabik wajah Adien si pria angkuh juga berengsekk itu."Dua tahun lalu dia melecehkanku harusnya aku yang muak padanya, tapi anehnya malah terbalik dan dia yang membenciku setengah mati. Sekarang apalagi, dia terus saja mengganggu dan membuatku kesal. Iihhh ... sebenarnya maunya apa sih?!" Gerutu Shayra kesal sambil berjalan menuju kubikelnya.Sampai ditujuan Shayra langsung saja duduk dengan perasaan masih yang sama, kesal pada Adien."Iiiiiihh ... Adien sialan! Adien berengsek!!" Umpatnya mendumel kesal. "AAARRGGH!" Sambungnya kelepasan berteriak."Shayra!!" Peringat beberapa staf secara bersamaan merasa terganggu oleh teriakan Shayra tersebut. Menyebabkan Shayra tersadar, tapi masih diselimuti oleh amarah dan kekesalannya.
“Berhenti!!”“Apa?”Tiba-tiba dalam sekejap lift berhenti menyebabkan Shayra melotot kaget tak terima. Menyebabkan timbulnya prasangka buruk tercipta dalam benaknya dan membuat Shayra menjadi waspada. Tetapi, hal tersebut sudah terlambat mana kala Shayra menyadari dirinya telah berada dalam kuasa penuh Adien.Shayra meringis dengan cepat merapalkan doa, penuh harapan agar dibebaskan dari setan terkutuk Adien yang berengsek.“Kamu kelihatan masih pucat, Shayra.” Adien menyeringai aneh mengejek Shayra.Dengan sengaja tubuh yang berada dalam kungkungannya makin erat didekapannya dan jarak antara wajahnya pada wajah Shayra sengaja dikikis. Hal itu menyebabkan Shayra dengan cepat membuang muka tak suka menatap Adien dari jarak yang sangat teramat dekat.“Jangan macam-macam Adien!” gertak Shayra terguncang sambil memberontak.“Ssstt ...” Adien menempelkan jari te
Shayra telah berhenti memukuli Adien, akibat merasa kelelahan dan jenuh sendiri. Lagipula memukuli dada bidang nan keras kepunyaan Adien rupanya mampu menyebabkan jemari lembut milik Shayra kesakitan.Kini Shayra hanya duduk pasrah sambil menggerutu tak terima menyumpah serapahi serta mengomeli Adien sampai merasa puas."Aku mau dibawa kemana dan mau diapakan? Jangan berani macam-macam, ya, atau kamu akan tahu akibatnya. Aku tidak akan diam saja dan menuntutmu sampai kamu bisa hidup dibalik jeruji besi!" Dumel Shayra marah."Berisik!" Adien terganggu dan kesal sendiri mendengar gerutuan Shayra yang menurutnya tak bermutu."Kamu bilang aku berisik?!" Tanya Shayra dengan nada suara naik tak terima disertai dengan tatapan tajam yang siap untuk menikam."Ya, kamu berisik. Jadi, diamlah!"Shayra mencebikkan bibirnya kesal lantas melengkingkan suaranya. "Dasar laki-laki berengsek. Gue
Shayra mememani Gio yang merupakan keponakan dari Adien si pria brengsek. Bocah itu memakan makan malam yang dimasak oleh Shayra sebelumnya. Sambil menemaninya Shayra menikmati es krim yang ditemukannya di dalam kulkas Adien.Tiga cup es krim telah masuk ke dalam perut Shayra ludes dihabiskannya tanpa sisa, tapi bocah bernama Gio itu belum juga menghabiskan makanannya. Bukannya bocah itu tak suka dengan apa yang dimakannya, tapi cara makan Gio memanglah lambat mirip siput. Tak ayal membuat Shayra sering mendengus kesal dibuatnya, namun Shayra tak protes dan menanggapinya dengan sesekali menggelengkan kepalanya dengan tak percaya.Waktu yang terus berjalan ditengah kegiatannya menunggui Gio selesai mengkabiskan makanannya yang tetamat lambat, mengakibatkan Shayra bosan."Gio makanannya digigit jangan diemut lamat-lamat," nasehat Shayra berharap bocah didepannya segera menghabiskan makan malamnya dengan cepat.
Dengan tidak punya pilihan, Shayra akhirnya terpaksa menginap di rumah Adien yang menurutnya brengsek dan mesum itu. Mau bagaimana lagi? andai pulangpun sudah terlalu larut ditambah Adien tak mau mengantarnya pulang. Jika masih nekat pergi pulang sendiri pun sudah tak memungkinkan, sebab hal itu sama saja membunuh diri sendiri.Pulang sendirian dijalan tengah malam menggunakan kendaraan umum, terlebih bagi seorang wanita jelas berpeluang menciptakan bahaya dan Shayra tak mau mengambil resiko tersebut.Lagipula mau pulang gimana? Keluar dari rumah Adien saja sekarang mustahil mengingat lelaki itu telah dengan seenaknya mengunci seluruh pintu rumahnya tanpa terkecuali dan hal itu membuat Shayra tak bisa keluar lewat pintu mana pun."Masih mau pulang?" Adien tiba-tiba masuk dan sudah berada didalam kamar tamu yang Shayra tempati.Sontak saja hal itu menyebabkan Shayra yang akan terlelap kembali membuka matanya, p
Shayra menatap layar monitor komputer di atas meja kerjanya dengan lesunya dan tak bersemangat. Wajahnya ditekuk, bibirnya mengerucut serta dahinya mengerut prustasi. Sesekali Gadis itu mendesah kasar mengingat penyebab dari alasannya menjadi sememprihatikan ini. Tidak lain adalah akibat Adien dan keinginan gilanya untuk menikahi Shayra.Ah, betapa malangnya nasib Shayra saat ini. Terus ditagih menikah oleh si berengsekk itu.Menikah atau bayar hutang!Bayar hutang atau menikah?!Kalimat itu tanpa dapat dienyahkan terus saja membayang mengganggu pikiran Shayra. Adien sudah seperti dept collector penagih hutang. Tiap ketemu selalu saja menuntut agar Shayra mengiyakan keinginan gilanya.Hal itu berdampak menyebabkan banyak pekerjaan Shayra menjadi tak beres, juga kerap kali membuat dirinya diomeli oleh penyihir kejam alias ibu Lisa atasan bermulut tajam itu."Kalau kamu t
"Ada apa, Shayra? Apa kamu kembali sakit tidak enak badan dan nggak enak makan, hmm ..." celetuk Dinda mengomentari kelakuan Shayra yang terus mengaduk makanannya tanpa nafsu untuk menghabiskannya."Hmmm ..." Shayra berdehem lesu tak tertarik menjawab pertanyaan Dinda, namun tetap saja Shayra memaksakan diri untuk menjawab agar Dinda tak sakit hati dan tidak merasa diacuhkan. "Ya ... mmm-aku sakit lagi. Sangat kesakitan menderita sakit lebih sakit dari penyakitku yang sebelum-sebelumnya.""Apa!!" Kaget Dinda berseru dengan suara lumayan kencang disertai petototan setelah mendengarkan pernyataan Shayra.Hal itu mengakibatkan orang-orang yang juga berada dikantin perusahaan menatap kearah mereka dengan herannya. "Maaf-maaf ..." sambung ibu hamil itu tersadar, meringis sambil menyengir malu menatap orang-orang yang menatapnya dengan aneh.Dinda kembali beralih menatap Shayra yang kelihatan keadaannya masih sama,
Beberapa bulan berlalu setelah insiden penculikan Shayra dan Adien juga sudah sembuh dari traumanya. Setelah terapi rutin menemui psikiater, pria itu secara bertahap menunjukkan kemajuan dan tahap terakhir dia juga sudah melepaskan rantai borgol secara permanen dari Shayra.Hubungan keduanya membaik dan semakin dekat. Semakin mesra membuat kaum jomblo iri melihatnya."Maafkan aku ya, selama ini sudah berpikiran buruk dan menuduhmu yang bukan-bukan." Kalimat itulah yang pertama kali Shayra ucapkan mana kala merasa Adien sudah sepenuhnya sembuh serta waktunya sudah tepat untuk meluruskan kesalahpahamannya.Adien yang tidak mengerti maksud Shayra, mengerutkan dahi dan berlanjut mengacak rambut istrinya itu gemas."Maaf untuk apa? Kesalahan kamu padaku banyak loh!" seru Adien dengan nada bercanda."Maaf untuk
"Aku tidak tahu harus mulai darimana, tapi saat ini aku sangat merindukanmu. Setelah Adien yang tidak terima dengan perbuatanku kepadamu aku dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan kasus penggelapan dana, padahal Aku tahu, dia hanya iri kepadaku karena berhasil melakukan itu padamu. Hahaha.... Aku jadi ingin melakukannya kembali dan sudah tidak sabar ingin melakukan lebih dari menyentuhmu, jadi sadarlah sayang.... "Brakk!Gemuruh suara berisik dari luar kamar membuat Aldo mendengus kasar sambil beranjak dengan cepat. Sementara itu Suara segera menghela nafasnya panjang.Ada rasa yang timbul seperginya Aldo, akan tetapi rasa jijik, marah dan menyesal lebih mendominasi perasaan Shayra.Apa yang baru saja terungkap keluar dari mulut Aldo, benar-benar mengganggu pikiran Shayra sehingga menjadi kacau."Baj
 "Brengsek! Argghhh, dasar brengsek ...." Shayra mendumel kesal sambil kemudian berkacak pinggang dengan geramnya. "Daddy kamu gitu, ya.... Selalu saja membuat Mommy naik darah! Huhh, siapa juga yang suka sama dia?" Lanjut Shayra mengelus perutnya lalu kemudian berjalan semakin menjauhi ruang kerja orang yang merusak suasana hatinya barusan. Shayra berniat kembali ke lantai bawah tempat kerjanya, tapi pada saat memainkan ponsel di dalam lift mendadak dia ingin makan sesuatu. Postingan makanan yang diunggah oleh seseorang yang media sosialnya di follow olehnya, membuatnya tergugah selera ingin menikmatinya. "Makanan ini sepertinya tidak jauh dari sini. Enak kali ya, kalau makan langsung dari tempatnya. Hm, Aku langsung ke sana sajalah," putus Shayra dengan yakin. Setelah sampai dilantai bawah, Shayra yang malas segera meminta seorang Office Boy agar mengeluarkan mobil milikn
 Shayra membuka pintu dan memasuki ruang kerjanya Adien dengan seenaknya dan langsung menyeru, "kata Mas Raga, Aku boleh bekerja di ruang mana saja yang Aku inginkan diperusahaan. Benarkah?!" Adian yang sibuk berkutat dengan dokumen mengangguk acuh tanpa menoleh sama sekali. Bukannya pria itu tak perduli dengan Shayra, tapi jujur saja dia memang tak perduli dengan ocehan Shayra yang menurutnya tidaklah penting. "Jadi Aku boleh bekerja di ruangan ini?" Lanjut Shayra memastikan. Lagi-lagi Adien hanya menjawabnya dengan anggukan tanpa melihat ke arah orang yang mengajaknya berbicara. Beruntungnya Shayra tidak mempermasalahkan hal itu dan malah melanjutkan perkataannya, "kalau begitu apalagi yang kamu tunggu?" Adien mengerutkan dahinya dan mengangkat kepala untuk menatap Shayra dengan tidak mengerti.
Adien pulang ke rumah kembali karena takut akan ancaman yang Shayra katakan lewat telepon, takut isteri dan anaknya yang belum lahir itu kenapa-napa. Pria itu terburu-buru mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh dan ketika sudah sampai langsung saja menuju kamar mereka untuk mencari Shayra.Akan tetapi ia tidak menemukan Shayra di sana dan hal itu membuat Adien bertambah khawatir sehingga tidak memperhatikan jalan. Ketika berjalan menuju kamar mandi untuk memastikan keberadaan istrinya di sana, karena terburu-buru Adien yang tidak hati-hati tanpa sengaja tergelincir. Tidak sampai terjatuh, tapi hal itu berhasil membuat pelipisnya terbentur dinding sehingga mengakibatkan luka memar di sana.Mendengar keributan dari arah kamar mandi Shayra yang baru saja datang entah dari mana menghampirinya dan langsung merasa bersalah saat melihat pelipis Adien memar meski tidak berdarah.
Waktu berjalan begitu cepat dan kini usia kandungan Shayra sudah genap tujuh bulan. Ia masih mual dan sering jatuh sakit karenanya, tapi tidak separah awal-awal bulan kehamilannya. Shayra masih bekerja walau acap kali Adien melarangnya ditambah Lisa sering mengusirnya dari kantor. Anehnya hal itu malah membuat Shayra makin semangat bekerja."Aku cuma hamil bukan sakit parah!" Tegas Shayra pada orang-orang yang menentangnya pergi bekerja.Adien yang mendengar hal itu mengusap wajahnya kasar sambil berdecih kesal. "Iya, aku tahu itu, Shayra. Kamu tidak sakit keras, tapi kondisimu yang hamil begini masih saja memaksakan bekerja, pulangnya kamu pasti terus saja mengeluhkan sakit ini sakit itulah ...." Adien mencoba menyadarkan Shayra, tapi sayangnya hal itu tampak tak berhasil."Oh jadi kamu keberatan tiap kali aku minta tolong pijitin kakiku?" Jawab Shayra menjawab sambil menilap t
Kondisi Shayra yang sakit mengakibatkan Adien ekstra menjaga dan merawatnya hingga tak bisa pergi ke kantor.Adien yang tidak percaya pada perawatan dan pengawasan orang lain, membuatnya keras kepala agar merawat sendiri istrinya dengan dibantu perawat juga dokter yang dipercayai oleh keluarganya jika diperlukan.Adien bekerja di rumah dan meja kerjanya pun kini berpindah tempat ke dalam kamarnya bersama Shayra. Pria itu benar-benar posesif tak bisa bisa jauh sedikipun dari Shayra, sebab entah kenapa ia merasakan perasaan tak enak.Penyebabnya ialah laporan dari anak buahnya yang menyelidiki serta bertugas memberi pelajaran pada Aldo, kehilangan jejak Aldo dan juga belum bisa menghajarnya.Firasat Adien mengatakan bahwa dia tak boleh membiarkan Shayranya sedikipun lepas dari pengawasannya. Sampai hal itu mengakibatkan keduanya dua puluh empat jam tak ada hentinya terus-menerus bersama."Aku
Gara-gara insiden menghajar Aurin tanpa belas kasihan, Shayra hampir saja mendekam dibalik jeruji besi. Akan tetapi hal itu tak terjadi, sebab Adien sudah lebih dahulu mengatasinya dengan uang serta kekuasaan yang dimiliki olehnya untu menyelesaikan segalanya.Ditambah kini Aurin tak lagi berani mendekati Adien dan sedikit mengalami trauma. Namun hal itu bukanlah karena diancam Adien, melainkan ingatan kejadian mengerikan penyisaan Shayra terhadapnya membuatnya ngeri dan takut sehingga ia memilih mundur teratur.Tapi perlu diketahui bahwa wanita semacam Aurin yang terkenal agresif dan suka menggoda iman Adien itu belum menyerah. Hei dia hanya mundur teratur bukan mundur berhenti! Yang artinya seorang Aurin punya rencana lebih baik daripada sebelumnya.Mundur perlahan kebelakang, ambil ancang-ancang baru, barulah kemudian menyerang. Hm, untuk beberapa waktu Aurin sudah putuskan agar menjauhi Adien sementara waktu dan bila tiba
Shayra sedang memasak makan malam untuk dirinya dan Adien suaminya. Kali ini dia tidak serius melakukan kegiatannya tersebut. Pipinya yang terasa memanas dan memerah bagaikan tomat busuk tak pernah pudar dan selalu menyelimutinya.Dirinya yang begitu posesif pada Adien di kantor bahkan sampai membuat babak belur wanita pelakor yang menggoda Adien, mengakibatkan Shayra yang memikirkan kejadian tersebut sambil memotong sayuran menjadi tidak konsen. Sehingga membuat potongan sayurannya tidak rata dan berantakan. Ada yang dipotong kekecilan dan ada yang dipotong terlalu besar. Menyadari hal itu Shayra mendengus sebal."Sial, kok bisa-bisanya aku bersikap begitu? Ch, seharusnya aku juga menghajar Adien karena berani menerima tamu seperti itu." Shayra tanpa sadar merutuki dirinya sendiri. "Eh, tapi Adien tidak salah. Aku lihat dia juga sedang berusaha menyingkirkan wanita itu! Hm, artinya aku sudah benar menghajar wanita itu." Lanjut Shayra samb