Tidak pernah ada dalam bayangan Naila akan berada satu tempat dengan orang yang menjadi pasangan hidupnya, selama ini Benny sendiri memiliki profesi berbeda begitu juga dengan Rafa. Lain halnya dengan Evan yang memang dalam satu tempat hanya saja mereka tidak berada dalam satu departemen atau divisi yang sama, Naila sebenarnya tahu kalau Irwan adalah seorang chef hanya saja tidak menyangka memiliki jabatan yang tinggi. Posisi Irwan dengan Naila sebenarnya sama di H&D Group tapi tidak di hotel atau restoran, Naila berada dibawah Irwan sebagai asistennya dalam menghasilkan menu-menu baru.
“Ganti pakaian kamu sekarang dan ikut setelah ini.” Irwan menatap datar pada Naila yang hanya bisa mengangguk “Kamu tahu dimana pakaian dan juga ruang ganti?” Naila menggelengkan kepala.
Naila menatap Irwan yang berdiri membuka salah satu lemari, melangkah kembali kearahnya dan memberikan bungkusan transparan berisi pakaian. Naila menatap bingung pada Irwan yang tidak bicara sama sekali, kode yang diberikan Irwan seketika membuat Naila tersadar dan langsung masuk ke tempat dimana yang Irwan tunjuk.
Saat Naila keluar tampak Irwan sibuk dengan kertas-kertas yang ada diatas meja, Naila melihat ruangan yang mereka tempati saat ini. Dalam pikiran Naila seorang chef utama berada di tempat yang bagus tapi nyatanya jarak ruangan tidak jauh dari dapur, berjalan dengan duduk dihadapan Irwan yang masih belum menyadari keberadaan Naila dihadapannya.
“Sudah selesai ternyata.” Irwan menatap Naila sekilas “Ayo ikut.”
Naila memegang lengan Irwan yang membuat mereka saling menatap “Kamu akan bilang hubungan kita?”
“Belum waktunya.”
“Kenapa?”
“Kamu mau mereka berpikir kalau kamu masuk sini gara-gara aku?” Naila langsung menggelengkan kepalanya, mendekatkan kepalanya membuat Naila mundur hanya saja pinggang Naila langsung dipegang membuat wajah Irwan semakin mendekat dan mau tidak mau Naila memejamkan matanya sampai merasakan benda kenyal di keningnya “Maaf tadi galak sama kamu.” Irwan membelai pipi Naila pelan “Ayo kita keluar.”
Naila membeku dengan apa yang Irwan lakukan barusan, jantungnya berdetak kencang dan pernikahan mereka yang tidak main-main ini mampu membuat Naila tidak berkutik sama sekali. Tersadar dari lamunannya saat kembali merasakan benda kenyal di bibirnya yang membuat Naila membelalakkan matanya, Irwan tersenyum kecil melihat reaksi Naila sambil merapikan penampilan Naila dengan mengikat rambutnya menjadi tapi.
“Nanti saat di area dapur gunakan pelindung yang baik, jangan sampai rambut kamu jatuh di makanan.” Irwan membelai lembut kembali pipi Naila “Melamunnya nanti kalau dirumah dan kamu bisa bertanya apapun.”
Menatap punggung Irwan yang membuka pintu membuat Naila melakukan hal yang sama, berjalan berdampingan dengan Irwan yang disampingnya menjelaskan ruangan apa saja yang ada disekitar dapur dan tidak tertinggal memperkenalkan mereka satu sama lain. Naila satu per satu mengenal mereka dengan sangat baik, selepas berkenal dengan mereka Irwan menjelaskan lengkap mengenai latar belakang mereka.
“Ini area dapurnya untuk yang tidak perlu melihat pekerjaan kita.” Irwan menunjukkan dapur yang menurutnya dapur kotor “Kita ke dapur yang kalau masak bisa dilihat oleh pengunjung.”
Mereka melangkah keluar dari dapur menuju salah satu ruangan yang tertutup, sebelum membuka pintu Irwan memberikan penutup kepala dan juga mulut. Naila yang melihat itu langsung paham dan mengikuti apa yang Irwan lakukan, masuk kedalam yang sudah mulai ramai membuat Naila menatap sekitar.
“Sudah sampai mana?” tanya Irwan membuat Naila mengalihkan pandangan.
Tatapan Naila tidak lepas dari Irwan yang tampak serius mendengarkan penjelasan orang dihadapannya, Irwan memberi kode pada Naila untuk mengikutinya dan pastinya dilakukan dengan yakin pasalnya bagaimanapun Irwan adalah pimpinan tertinggi di area dapur.
“Waktunya 2 menit.” Irwan mengatakan dengan keras membuat semua menghentikan gerakan dengan menatap Irwan “Sebelah saya ini adalah Naila yang bertugas sebagai asisten saya, Naila bukan hanya asisten saya saja jika nanti saya berhalangan atau ada menu baru dari dia maka dia yang akan berdiri disini, paham?”
“Ya, Chef.” Teriak mereka bersamaan.
“Bagus, jadi hormati Chef Naila sama seperti saya. Sekarang kembali ke posisi sebelumnya dan akan dilanjutkan oleh Chef Derry.” Irwan menatap Derry yang hanya mengangguk.
Naila menatap mereka yang langsung kembali pada posisinya setelah Irwan menutup pembicaraan, mengalihkan pandangan pada Irwan yang berbicara dengan Derry membuat Naila hanya diam mendengarkan. Pembicaraan mereka mengenai hal-hal berkaitan dengan dapur dan juga bahan-bahan persediaan, Naila sendiri tidak tahu bergabung dalam pembicaraan mereka.
“Nanti kita bicarakan kembali.” Irwan berkata dengan santai yang diangguki Derry “Ayo kita lanjut tempat lain.” Naila mengangguk singkat dan memberikan senyum kecil pada Derry setelahnya mengikuti langkah Irwan dari belakang “Nggak usah tebar pesona.”
Memilih tidak membalas perkataan Irwan, tidak lupa mereka melepaskan perlengkapan yang digunakan. Naila memilih menyimpannya dimana Irwan melakukan hal yang sama, langkah mereka sekarang menuju bagian hotel yang menjadi tempat banyak orang lewat. Naila bisa melihat betapa besarnya hotel yang ditempatinya saat ini, dirinya tidak tahu banyak mengenai hotel tempat kerjanya sama sekali. Papanya bilang kalau H&D Group adalah perusahaan besar dan tidak main-main dimana semua orang berlomba untuk bisa sama dengan perusahaan itu, kehidupan anak-anaknya yang berbeda dengan anak-anak kaya pada umumnya.
Terlalu asyik melihat sekitar membuat Naila tidak sadar berada dimana saat ini, menatap sekitar yang tampak bagus membuat Naila memegang ujung baju Irwan. Langkah mereka terhenti dengan saling menatap satu sama lain, dimana tatapan Naila meminta penjelasan dimana mereka saat ini.
“Kita ke ruangan GM yang tidak lain adalah Leo, selanjutnya ke ruangan aku dan kamu sebenarnya.” Irwan menjelaskan membuat Naila mengangguk “Nanti aku minta voucher menginap disini sama Leo buat bulan madu kita.”
“Nggak gitu juga kali, Mas.”
“Ya udah ayo kita ke ruangan Leo.”
Irwan menggenggam tangan Naila yang membuatnya terkejut, memilih diam dan mengikuti langkah Irwan. Langkah Irwan bahkan tidak dihentikan sama sekali oleh seseorang, membuat Naila menatap sekitar mencari keberadaan seseorang.
“Asistennya pasti sedang sibuk, sebenarnya ada lagi hanya saja kalau tidak ada yang penting nggak pernah datang kesini.” Irwan menjelaskan membuat Naila hanya mengangguk.
“Sudah datang Naila?” Leo berdiri menyalami Naila “Rumah sakit dulu?”
“Ya, sudah terlanjur membuat janji dan juga lihat perkembangannya.” Naila menjawab dengan lembut membuat Leo mengangguk.
“Kalian benar nggak mau bulan madu gitu?” tanya Leo menatap Irwan dan Naila bergantian.
“Maunya kasih free buat nikah disini.” Irwan menjawab santai.
“Kaya nggak ada duit aja.” Leo menanggapinya dengan santai “Tadi sudah lihat-lihat?” Naila mengangguk pelan “Sudah lihat kamar khusus buat Irwan?”
“Memang ada?” tanya Naila penasaran menatap Irwan dan Leo berulang kali.
“Pesanan khusus sebelum berangkat ke Surabaya untuk menikah dan minta langsung sama papi.”
Bab 5 ada Typo nama ya? Itu Evan ya bukan Endi
Naila hanya diam saat Irwan mengajaknya masuk dalam ruangan, ruangan yang berada tidak jauh dari tempat Leo. Ruangan yang hanya diisi dengan dua meja kerja beserta kursinya serta sofa, ada juga kamar mandi yang sama dengan ruangan Irwan di dekat dapur hanya saja disini lebih bagus. Naila hanya diam memandang sekitar, saat mengalihkan pandangan dimana Irwan sedang sibuk dengan kertas-kertasnya.“Aku harus melakukan apa?” tanya Naila membuka suara setelah mereka diam selama beberapa saat lalu.Irwan mendadak salah tingkah saat Leo membuka pembicaraan tentang kamar, melihat itu Naila tidak banyak bertanya karena bagaimanapun mereka masih menyesuaikan diri satu sama lain dan saling mengenal.“Tugas kamu sudah dikasih tahu Bu Lila, bukan?” Irwan berkata tanpa melepaskan tatapan dari kertas “Kalau kamu mau menggunakan dapur bisa lakukan didalam kamar.”“Kamar?” ulang Naila memastikan yang diangguki Irwan “Di
Naila menatap Irwan dan Leo yang terlibat dalam pembicaraan serius yang tidak diketahuinya sama sekali, setelah makan mereka memutuskan untuk kembali ke ruangan Leo dan kali ini ada asisten Leo yang baru dikenalkan Naila yaitu Mahe, Mahe sendiri sudah menjadi orang kepercayaan Leo ibarat kata Mahe dan Irwan adalah tangan kanan dan kiri Leo jika tidak ada di tempat.“Naila, bagaimana kalau kamu memegang restoran yang ada di seberang?” tanya Leo secara tiba-tiba membuat Naila bingung dengan menatap Leo serta Irwan bergantian.“Dia baru masuk disini jangan langsung diberikan tanggung jawab besar lagipula restoran itu masih banyak yang harus diubah setelah sidak yang dilakukan Lucas.” Irwan menolak usul Leo membuatnya mendapatkan cibiran.“Pak Lucas sedang membenahi dan apa salahnya Ibu Naila memulai disana dalam kondisi baru perubahan?” tanya Mahe membuat Irwan dan Leo saling memandang satu sama lain.“Kalau gitu bia
“Bagaimana Irwan, Nay?” tanya Fajar saat Naila mendatangi rumah orang tuanya “Baik kan sama kamu?”“Baru beberapa hari jadi belum bisa menilai, Pa.” Naila menjawab dengan santai “Waktu itu alasan apa sih yang buat papa yakin sama Mas Irwan?”“Keseriusan sama latar belakang keluarganya.”“Rafa juga serius loh, Pa.”Fajar mengangguk “Tapi kamu memulai dengan cara nggak baik dan dari awal memang kesan melepaskan tanggung jawab terlihat, kenapa papa dulu setuju kamu sama Rafa karena melihat ketulusan dia dan juga perasaan bersalahnya. Semua ternyata salah dan papa salah melangkah dalam mencarikan kamu pasangan.”“Memang papa yakin sama Mas Irwan?” tanya Naila menatap selidik pada Fajar.“Kita lihat saja, Irwan juga sudah tahu mengenai masa lalu kamu takutnya akan menjadi masalah dalam hubungan kalian nantinya.” Naila membelalakkan mata men
Kedua kali mereka bertemu membuat Naila tidak bisa lagi menghindar, pertama saat membantu Irwan di hari pertamanya bekerja dan sekarang. Pria yang membuat Naila merasakan bagaimana dicintai dan dilukai dalam waktu bersamaan, Benny yang tidak lain adalah mantan Naila dimana keluarganya tidak menyukai dirinya dan melakukan banyak cara agar mereka berpisah dan karena keluarganya itu membuat Naila berada di hotel ini.“Kamu ngapain disini?” tanya Benny dengan memandang curiga.“Bukan urusan kamu.”“Main kamu sudah sampai hotel mewah ya?” Naila menatap tajam pada Benny dengan mencoba bersikap tenang.“Ada apa ini?” tanya sebuah suara yang berada disamping Naila membuatnya terkejut dengan kedatangan Irwan “Apa kalian tidak bisa bertengkar di tempat lain membuat pemandangan beberapa orang disini terganggu.”“Permisi.”Naila memutuskan pergi meninggalkan mereka berdua, tidak tah
Suasana diantara Naila dan Irwan menjadi dingin setelah pengakuan yang keluar dari bibir Irwan mengenai alasan Naila berada di tempat ini, tempat yang sama sekali berbeda dengannya meskipun juga berlatar belakang di cafe tetap saja berbeda.“Aku mandi dulu.” Irwan beranjak dari tempatnya yang tidak dibalas sama sekali oleh Naila.Memilih membereskan piring serta gelas-gelas yang menjadi tempat hidangan mereka, perasaan Naila benar-benar menjadi satu dan tidak menentu. Semua bermula dari pernikahan mendadaknya sampai yang baru saja terjadi, kedepannya kenyataan apa lagi yang akan Naila dapatkan dari Irwan atau keluarganya seperti tadi papanya.Menatap keadaan dapur yang telah rapi, mengingatkan Naila jika sebentar lagi harus ke restoran untuk membuat menu baru. Masuk dalam kamar tidak mendapati Irwan yang sepertinya masih berada didalam kamar mandi, memilih berangkat tanpa berpamitan langsung tapi tetap memberi pesan jika dirinya akan ke restoran.
Naila hanya bisa mengikuti apa yang Irwan rencanakan, liburan berdua dan itu benar-benar mereka lakukan. Setelah semalam mengatakan liburan dan besoknya Irwan meminta Naila bersiap-siap dengan menyiapkan pakaian mereka berdua untuk berlibur, tidak tahu akan dibawa kemana bahkan Naila tidak bisa berpamitan pada anak-anak restoran karena Leo yang memastikan secara langsung.“Memang mas sudah sedekat itu sama mereka?” tanya Naila penasaran saat mereka sudah duduk di pesawat.“Dekat banget tapi kalau sudah berkaitan dengan pekerjaan kita bisa berubah serius.”Naila akhirnya tahu tujuan mereka setelah masuk ke bandara dan melakukan check in, tujuan Lombok yang benar-benar tidak ada dalam benak Naila sama sekali. Irwan sendiri tidak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Naila, seakan takut Naila menghilang dari hadapannya bahkan saat sudah duduk di pesawat.“Nay, kamu mau mendengar kenyataan dulu atau mau senang-senang dulu?&r
“Bagaimana____bagaimana tahu mengenai....?” Naila menutup mulutnya saat mendengar pengakuan Irwan.“Aku menyadari satu hal saat pertama kali kita bertemu setelah lama tidak bertemu, aku melihat kamu di cafe yang awal aku tidak tahu itu kamu, gadis kecil yang pernah aku sukai dulu.” Naila mengerutkan keningnya mendengar pengakuan Irwan “Aku melamar di cafe keluarga kamu atas saran Om Awang, hanya saja papa tidak dengan mudah menerima karyawan dan pada saat itu kondisi tidak memungkinkan pasca meninggalnya dia. Kamu datang dengan penampilan anak kuliah yang baru pulang, penampilan kamu yang alami membuat aku suka, lalu Frida menunjukkan sahabat-sahabatnya selama sekolah dan langsung mengenali kamu. Gadis kecil yang pernah bermain dengan kami dan selalu mengikuti kemana Yudo pergi seakan tidak mau lepas dari dia, wajah kamu sangat menggemaskan.”“Lalu kamu tahu?” potong Naila membuat Irwan tersenyum.“Aku menden
Keputusan sudah diambil Naila dengan memberikan semuanya pada Irwan, bagaimanapun itu semua adalah hak Irwan. Bangun dalam pelukan Irwan tanpa sehelai busana satupun diantara mereka berdua membuat wajah Naila memanas, teringat bagaimana Irwan melakukan semuanya dengan sangat lembut seakan dirinya sangat berharga.“Pagi, Nay.” Irwan mencium pucak kepala Naila “Mau mandi dulu atau bareng?”Pukulan ringan Naila berikan membuat Irwan tertawa “Mas jangan aneh-aneh.”“Aneh bagaimana?” tanya Irwan bingung dan menarik dagu Naila membuat mereka saling menatap satu sama lain “Makasih memberikan hakku dan kamu memang sangat luar biasa.” Irwan mengecup bibir Naila singkat.“Mas, mengenai pekerjaanku?” tanya Naila bingung.“Kerjakan sesuai dengan permintaan pusat, kamu adalah orang pusat bukan bagian dari kami di hotel dan restoran, meskipun begitu kamu bisa masuk didalamnya jika ingi