Share

Bab 2

Author: Jaeho Love
last update Last Updated: 2021-04-04 20:50:19

Setelahnya, lelaki itu berbalik. Mata merahnya menatap para pengikutnya dengan tatapan menusuk. Mata sipitnya layaknya seorang yang berasal dari tanah Asia menjadi daya tarik tersendiri dari wajahnya. Lelaki itu menyeramkan sekaligus tampan, begitulah tatapan para pengikut wanitanya yang masih setia memandangi Tuan mereka.

“Tetaplah setia, maka kalian akan kupastikan selalu aman.” Janjinya. 

Kedua dunia yang berbeda, namun tak ada yang tahu bahwa mereka memliki jalan takdir yang sama. Lelaki itu boleh saja memiliki rencana. Tetapi, diatasnya ada yang lebih bisa mengatur itu semua. Dan tanpa ia sadari janjinya itu akan terulang dimasa yang akan datang. Janji itu akan menjadi sumpah yang tak terbantahkan oleh siapapun. Janji itu pula yang akan membawanya pada belahan jiwanya yang entah berada dimana. 

“Kalian makhluk tak berjiwa, kita akan menyatukan kekuatan untuk melawan para manusia. Mereka makhluk lemah yang tak memiliki rasa kasihan. Kita harus merebut kembali tempat yang seharusnya menjadi milik kita.”

EMPTY

Hamparan benda dingin berwarna putih berangsur-angsru turun dari atas langit.Jalanan beraspal keras terlihat layaknya sebuah kasur yang diselumuti beribu pon kapas yang jatuh dari langit. Pada saat seperti ini tak banyak orang yang menikmati suasana dingin itu diluar rumah. Merek lebih memilih untuk menikmati secangkir coklat panas dan duduk didepan perapian yang hangat.

Ya, hanya ada satu setidaknya yang harus menerobos dinginnya benda putih itu. langkah kecilnya membuat beberapa jejak tercipat diatas sana. Napas orang itu terlihat beigut jelas keluar dari hidung dan mulutnya. Tangannya sudah bersiap melindungi tubuhnya dari udara dingin. 

Last Town. 

Musim dingin di kota terpencil itu memang menjadi topik yang hangat. Kota pinggiran Amerika itu hampir tak pernah bermandikan sinar matahari. Tanaman yang semula berwarna hijau, kini berubah menjadi putih pucat. Tentu karena benda dingin yang turun di sisa bulan akhir tahun. 

“Ah... Sialan. Harusnya si Tuan Jenkins tak meminta hal yang aneh-aneh.” Ucap orang itu. Perjalanan yang ia tempuh cukup jauh untuk sampai ke kota. Last Town hanya segelintir kota yang hampir tak ada penghuninya. Orang-orang lebih memilih untuk merantau dan meninggalkan rumah mereka disini dari pada harus menetap tapi dalam keadaan kelaparan. 

Langkah orang itu semakin cepat ketika ia melangkahkan kakinya ke perbatasan Last Town dan kota tetangga. Semua yang pernah datang ke tempat ini selalu mengatakan bahwa kota Last Town memiliki daya magis yang mengerikan. Banyak dari mereka merasa diintai dan diawasi selama 24 jam. 

Ketika sampai tak jauh dari bangunan yang sudah ia tempati sejak kecil, orang itu pun mulai menajamkan matanya. Didaerah ini hanya ia yang tinggal, tetangganya yang lain memilih untuk bertransmigrasi ke kota lain. Ya, tentu hanya dia sendiri. Namun entah mengapa pandangannya menjadi aneh. Ia melihat sosok wanita berambut pirang tengah berdiri didepan rumahnya. Kaki-kakinya yang jenjang nampak menghentuk ke atas lantai kayu terasnya. 

“Mikhaela?” Orang itu bergumam ragu. Tentu ia kenal betul siapa yang memiliki struktur tubuh seperti itu. ia terlalu mengenali saudara kembarnya itu. Akan tetapi suatu hal mengganjalnya untuk mengenali orang itu. Seingatnya saudaranya itu tak pernah memiliki penyakit serius dan ia tampak selalu cantik setiap saat. Namun apa yang kini berada didepannya bukanlah Mikhaela, meski mereka memiliki bentuk tubuh yang sama. 

“Mikhaela!” 

Kini wanita berambut pirang itu membalikkan tubuhnya. Seketika tubuhnya menegang ketika melihat apa yang sudah berubah pada tubuh wanita itu. Mikhaelanya, tentu itu dia. Tapi, ada yang salah disana. Mikhaela tidak memiliki penyakit seperti yang ia ketahui. Kakak kembarnya begitu sehat dan kuat seperti sapi jantan. Tapi..

“Mayya..” wanita itu tersenyum penuh keteduhan. Matanya yang berwarna abu-abu nampak menyala terang begitu melihat sosok kembarannya yang baru saja pulang entah dari mana. Hatinya membuncah kuat melihat wajah serupa dengannya itu sudah berada didepannya. Beribu perasaan seakan berani menghujam jantungnya dengan keras.

“Mikhaela...” Mayya berjalan semakin cepat menuju saudaranya, bahkan ia sudah mulai berlari. Mata berrwarna hazelnya mulai berembun. Rambut hitam legam yang membungkai wajahnya nampak berterbangan bersama angin saat ia berlari. Tak peduli dingin yang mulai menusuk kulit putih pucatnya. Ia hanya ingin memeluk saudaranya yang sudah tinggal jauh lama di kota Seattle. 

BUK

Mayya menubrukkan tubuhnya ke arah kakak kembarnya itu. mereka saling berpelukan erat seperti tak pernah bertemu untuk sekian lama. Dalam dua puluh tahun hidupnnya, Mayya tak pernah merasa sesesak ini. Bayangan tentang beratnya hidup dengan bekerja serabutan kalah dari apa yang ia rasakan saat ini.

Mikhaela,

Kakaknya, 

Saudara kembarnya. 

Kini wanita itu berada tepat didepannya, dalam pelukannya. 

“Hiks..Hiks...Hikss...” Mayya terisak hebat. Ia begitu merindukan Mikhaela hingga dadanya seperti akan meledak. Kepergian wanita itu lima tahun yang lalu membuatnya kesepian. Ia memilih untuk tetap berada di Last Town lantaran tak ingin meninggalkan rumah peninggalan mendiang ibunya. Satu-satunya tempat yang selalu mengingatkannya akan sosok sang ibu yang tak pernah ditemuinya. 

“Mayya..” Mikhaela menjauhkan tubuh mereka. Mata abu-abunya menatap wajah adik kembarnya dalam-dalam. Ia membelai wajah itu dengan lembut dengan tangan hangatnya. 

“Mikhaela, aku begitu merindukanmu.” Rengeknya. Mayya memang memiliki fisik yang mneyerupai seorang anak laki-laki. Suaranya pun tak selembut suara wanita berusia 20 tahun pada umumnya. Tapi sebenarnya ialah yang memiliki perasaan paling rapuh dan mudh menangis. 

“Aku pun begitu.” Sahut Mikhaela lembut.  

Tak lama tatapan Mayya jatuh pada perut Mikhaela yang membuncit. Keharuan dirinya seperti menguap ketika melihat bagian tubuh saudara kembarnya itu. Ia memang tak pernah melihatnya secara langsung, namun ia tak bodoh. Ia tahu ada sebuah kehidupan yang baru akan dimulai disana. 

“Mikhaela, kau..”

Air mata wanita itu pun mulai berjatuhan. Perasaan sedih mengingat ia mengalami kondisi mengenaskan seperti ini. Ia tak mau saudaranya melihat keadaannya yang seperti ini. Tapi Mikhaela tak bisa berbuat banyak. Bersama Mayya, ia meyakini bahwa itulah tempat berpulang yang paling ia inginkan. 

“Mayya, Disini ada Jackson.”

Mayya menautkan alisnya. Lalu wanita itu bersimpuh didepan Mikhaela. Wajahnya menatap langsung ke arah perut buncit saudaranya itu. Pandangan matanya berubah sendu saat merasakan bahwa bayi didalam sana hidup dengan baik. Manusia kecil itu kini berlindung pada hangatnya tubuh sang saudara. 

Diletakkan tangannya diatas permukaan itu. Ia pun mendekatkan bibirnya ke arah perut Mikhaela dan membisikkan sesuatu disana. 

“Halo, I’m your Auntie.” 

Mikhaela nyaris menumpahkan air matanya lagi. Ia terlalu sesak merasakan dadanya seperti ingin meledak. Ia menyesal bagaimana dulu ia tega meninggalkan adik kembarnya sendirian disini hanya demi beberapa lembar dollar. Ia memilih untuk berkehidupan layak bergelimang uang dari pada hidup bahagian bersama Mayya. Ia sungguh menyesal. 

Jackson, bayi ini mungkin takkan pernah merasakan kehidupannya yang dulu. Bayi ini akan lahir disini, di tanah dimana dirinya lahir. Ia takkan membiarkan anaknya memilih jalan sepertinya. 

“No. You are also his mother.” Sanggah Mikhaela dengan suara bergetar. 

Mayya tak ingin bertanya bagaimana, kenapa, dan siapa mengenai bayi ini. Ia cukup tahu siapa yang ikut andil dalam kehadiran bayi ini ke dunia. Ia cukup sadar bahwa lelaki itu tak mungkin menginginkan Jackson. Itu sudah pasti. Kedatangan Mikhaela  hari ini telah menjawab segala pertanyaan yang seharusnya ia tanyakan. Kediaman saudaranya itu cukup memenuhi rasa penasarannya. 

“Kita akan jaga dia disini.” Ucap Mayya dengan janji penuh harapan. Ia pun mangkit dan berdiri didepan Mikhaela. Mata Hazelnya yang menyala menyiratkan berjuta perasaan untuk kakaknya dan juga calon keponakannya. Ia akan berusaha melindungi keduanya meski harus mempertaruhkan nyawanya sekalipun. 

Berbeda dengan Mikhaela. Ia memandang wajah yang serupa dengannya didepannya itu dengan arti lain. Kedatangannya hari ini tentu bukan untuk memulai kehidupannya yang baru, melainkan memberikan kehidupan yang baru itu kepada adiknya. Ia, takkan pernah menjadi bagian dari kehidupan Jackson atau pun Mayya. Sebentar lagi ia akan pergi, meninggalkan semua yang sudah pernah ia jalani. Ia hanya ingin anaknya tumbuh dengan sosok ibu, dan Mayya mampu melakukannya.

 

“Ya, Tentu saja.” Maafkan aku, Mayya. 

...

Bulan April. 

Gugus bunga berguguran dengan kuncup bunga yang nampak bersemi. Diatas semua itu, udara yang sejuk membawa bayangan nolstagia yang indah bagi siapa saja yang merasakannya. Tumbuhan yang semula hanya berwarna putih pucat kini nampak terlihat keanekaragamannya. Begitu menyejukkan dan indah. 

Mayya Castella. 

Wanita yang memiliki rupa seperti laki-laki itu berjalan ke arah sebuah area pemakaman tua yang berada di Last Town. Letak tempat itu tak jauh dari rumahnya. Disana, didalam sebuah nisan berbentuk persegi panjang berwarna hitam, telah tertidur untuk selama-lamanya sosok yang sangat ia cintai. Kepergian sosok itu bagaikan badai yang sudah menghancurkan seluruh bangunan dihatinya.

Mikhaela Castella. Wanita itu pergi membawa sejuta misteri yang tak pernah ia jelaskan. Wanita itu pergi dalam senyuman setelah berhasil melahirkan bayi merah yang kini terlelap dalam pelukannya. Mikhaela tertidur dan meninggalkannya yang masih tak tahu apapun tentang tahun-tahun terakhir yang terjadi padanya. Hanya Jackson, bayi laki-laki dengan pipi berah itu yang ia punya. Mata birunya yang terbuka ketika dua hari setelah kelahirannya telah mengguncang dunianya untuk sekali lagi. 

Begitu langkahnya sampai didepan nisan Mikhaela, Mayya meletakkan bunga Lily yang berada ditangannya. Ia begitu hati-hati meletakkan bunga itu lantaran ada Jackson yang terlelap ditangannya. Ia tak cukup kaya untuk menyewa seseorang mengasuh bayi itu. Hingga kini Mayya hidup bergantung atas semua uang yang berada dalam rekening saudarinya itu. 

“Mikhaela, lihatlah! Bukankah ia sangat tampan.” Mayya sengaja membawa Jackson yang sudah berusia lima bulan itu ke tempat peristirahatan terakhir Mikhaela. Anak itu berhak mengenal sang ibu.

“Hari ini ia sudah memasuki bulan ke lima. Andai kau ada disini, aku yakin kau akan sangat mencintainya. Kau takkan pernah berhenti tersenyum melihatnya berbicara bahasa yang takkan pernah aku mengerti.”  Kata Mayya. 

Hidup itu sangat rumit. Ia bisa merasakannya. Namun hidup takkan menjadi lebih rumit jika memiliki seseorang yang bertahan dalam susah mau pun senang. Jackson, bayi itu bagaikan kado terindah dalam hidupnya. Kehadirannya membuat hari-hari Mayya berubah total. Merawat bayi itu dalam beberapa waktu sudah mengubah pola pikirnya. Ia saja sampai berpikir untuk memanjangkan rambutnya. Ia tak mau Jacklyn malu dihadapan teman-temannya nanti memilikinya yang nyaris tak ada fisik perempuan yang melekat ditubuhnya. Bokong dan dadanya tak menojol seperti yang lain. Apalagi dengan penampilannya yang jaug dari barang-barang yang sering dipakai Mikhaela dulu. 

“Mungkin aku harus belajar banyak darimu, Mikhaela.”

...

Mayya berjalan diatas aspal yang menuju ke rumahnya. Setelah keluar dari area pemakaman, Jackson terbangun begitu saja. Mata birunya tampak senang begitu melihat Mayya didepannya. Beberapa kali tangan-tangan mungil itu mencoba meraih wajah sang ibu. Tawa khas bayi menggelegar kencang disepanjang jalan. Itu bukanlah tawa yang menyebalkan. Bayi tampan itu memiliki senyuman terindah yang pernah dimiliki oleh siapapun. Mikhaela begitu baik menurunkan gen terbaiknya. 

TAP TAP TAP

Mayya terhenyak mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Ia menoleh segala arah dengan rasa takut yang luar biasa. Namun tak ditemukannya satu pun orang disana. Tak ada satu pun yang berjalan ke arahnya. 

TAP TAP TAP

Suara kaki yang mengehentak tegas kembali terdengar. Suara yang membuat bulu tubuhya berdiri terdengar seperti sekumpulan bala tentara yang siap berperang. Wanita itu mulai mengeratkan pelukannya pada selimut yang membungkus Jackson. Ia tak mau terjadi sesuatu pada bayi mungilnya, tidak untuk melukainya seujung kuku pun. 

“Siapa kalian?” 

Hening. Tak ada jawaban selain suara ranting pohon yang bergoyang. Namun angin itu pun terlihat aneh di mata Mayya. Last Town tak memiliki angin sekencang itu. Kota itu hanya berhujan dan bersalju kencang, tak ada angin yang berhembus sekencang itu di musim semi ini. 

“Mikhaela..” suara berat itu diperdengarkan ke Mayya. Seketika tubuh wanita itu menegang. Suara berat itu terdengar mengalun lembut. Nada suara itu memiliki irama dan bersahaja. Akan tetapi Mayya ketakutan setelah mendengarnya. Suara itu membuat dingin pada tubuhnya merayap. 

“Mikhaela, tatap aku.” Suara itu kembali terdengar dan terkesan mengiba. Tapi Mayya tak melihat siapapun disana. Tak pernah ada seorangpun yang berada didekatnya. 

“Mikhaela.” 

“Siapa kau?” tanya Mayya dengan mencoba mempertahankan keberaniannya. Kalau ia lemah, maka ia takkan pernah bisa melindungi bayinya. Jackson pasti menjadi yang paling lemah disini.

“Mikhaela, aku disini.” Mayya tergidik ngeri. Sosok bayangan hitam terbentuk didepannya. Asap-asap itu entah datang dari mana mulai berkumpul dan menggumpal menyerupai siluet yang tinggi. Mayya menatap tak percaya atas apa yang ada didepannya. Perlahan asap itu pun memiliki warna. Tampaklah sebuah wajah seorang lelaki yang samar-samar menjadi nyata. 

“Mikhaela.” Sosok lelaki yang tercipta dari gumpalan asap hitam itu berdiri tegak didepannya. Mayya melihat wajah tampan itu memiliki mata merah menyala bagaikan kobaran api. Kulit pria itu berwarna senada sepertinya, tapi lebih pucat. Terpaan sinar matahari yang sedikit mengintip dari dahan daun yang lebar membuat lelaki itu terlihat berkilau bagaikan kristal. Mempesona, namun tak lama. 

“S-Siapa kau?”

Lelaki itu tersenyum, namun bukan senyuman yang ramah. Langkahnya pelan, namun seakan mengancap dirinya. Mayya takut. Ia tak tersepsona lagi akan sosok itu. Aura dingin yang memancar dari mata merah itu membuatnya takut. 

“Mikhaela.” Panggilnya lagi. Tangannya terulur untuk menyetuh wajah wanita didepannya. Namun seketika tangannya berhenti diudara, matanya melebar ketika melihat ada yang berbeda disana. Mata hazel itu, Mikhaela tak memilikinya. Mata wanita itu berwarna abu-abu. Mikhaela tak mungkin mengubah warna matanya sendiri. 

“Siapa kau?” Tangan lelaki itu menyentuh wajah Mayya, bukan meremasnya kuat. Amarahnya menguat ketika melihat sosok didepannya bukanlah Mikhaela. Ia mau Mikhaela-nya. 

“Siapa Kau?” teriaknya di depan wajah Mayya. Tangan lelaki itu semakin kuat meremas wajahnya hingga Mayya mengernyit kesakitan. 

Tiba-tiba perasaan takut menyergapnya. Entah mengapa ia juga tak lagi mendengar suara Jackson. Saat tatapannya turun ke bawah, mata biru anak itu tengah menatap lelaki didepannya. Kedua alisnya nampak menyatu, garis keras diwajah mungilnya membentuk ekspresi serius yang seharusnya tak dimiliki oleh bayi sepertinya. 

Entah mendapat kekuatan dari mana, akhirnya ia bisa menghempaskan tangan lelaki itu kencang. Mayya berjalan mundur. Ia melangkahkan kakinya kencang berlari melewati lelaki itu. Dan ia ketakutan sekarang. Lelaki itu begitu mnyeramkan. Ia takut. Mata merah itu, tak biasa. Itu bukan mata manusia. Ia tahu benar. Larinya semakin kencang ketika melihat pintu rumahnya. 

Ia harus masuk ke dalam sana. Ia harus melindungi dirinya. Ia harus memeriksa apa yang salah pada bayinya. 

Dengan kasar, Mayya membuka dan menutup pintu itu hingga berbunyi dentuman yang keras. Napasnya menderu kasar sambil menyandarkan tubuhnya pada daun pintu. Ia ketakutan hingga dadanya terasa kesakitan. Tatapnnya pun turun ke bawah. Dengan napas yang tersengal, ditatapnya wajah mungil itu. Jackson, bayi itu tidak menangis atau pun berteriak. Dia hanya diam menatap wajah Mayya. 

Kini ia ketakutan. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada kakaknya. Mengapa ia berurusan dengan lelaki aneh dan melahirkan anak yang bahkan tapi bisa disebut normal itu. 

“Jacky, kau kenapa?” Mayya menyentuh wajah mungil itu, memeriksa mungkin ada yang salah padanya. Akan tetapi tak ada satu pun. Bayi itu baik-baik saja, terlepas dari raut wajahnya yang menegang sekarang. 

BRUK

Mayya merasakan punggungnya bergetar kuat. Suara tendangan pada daun pintunya begitu kuat. Dengan langkah cepat, ia berlari menaiki anak tanggan menuju kamarnya. Didekapnya tubuh mungil Jackson di dadanya. Mereka harus bersembunyi. 

“Aku tahu kau didalam!” teriak suara itu lagi. 

“Keluarlah..! atau aku akan memaksamu.” 

Mayya memasukki kamarnya. Ia kembali bergelung pada rasa takutnya. Ini menakutkan. Sangat menakutkan. Ia ketakutan, sungguh sangat ketakutan. 

“Ya Tuhan!” 

Tidak ada jalan lain. Ia tak bisa lari, tidak mungkin dirinya lompat terjun ke bawah sana. Kamarnya berada dilantai dua. Dan lagi, tak mungkin ia membawa Jackson untuk melakukan hal berbahaya itu. 

Hanya jendela. Satu-satunya hanya itu. ya, hanya itu. Beruntung ia tak pernah memasang tralis besi pada jendelanya.

Sekali lagi Mayya memandangi Jackson dengan seksama. Bayi itu menatapnya dengan mata biru besarnya, seakan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ya, dia harus tetap hidup demi bayinya. 

“Nak, kita akan segera pergi. Kau siap?”  tanya Mayya berbisik. 

BRAK

Pintu kamar itu terbuka. Lelaki tadi bersama beberapa orang dibelakangnya memandang Mayya dengan penuh amarah. Semuanya bermata merah, dan ia yakin semuanya pun bukan manusia. 

“Tetap disana, atau aku akan membunuhmu.”

Antara rasa takut dan kenekadan. Akhirnya Mayya mengangkat sebelah kakinya menaiki jendelanya. Hanya ini satu-satunya. Ia tak mau mati sia-sia. Kalau pun ia harus mati, setidaknya orang diluar sana akan melihat bayinya dan datang menolongnya. 

“Nak, ibu akan menolongmu.”

Mayya melompat terjung ke bawah sambil mendekap kuat Jackson kecil dalam pelukannya. Dalam posisi yang terlentang, Mayya menerjunkan dirinya ke bawah. Ia menutup kedua matanya ketika merasakan udara disekitarnya berhembus kencang hingga mampu menerbangkan rambutnya sendiri. Kalau pun memang ia harus mati, setidaknya tidak dalam tangan lelaki itu.

 

“Mayya, aku tahu kau mampu menjaganya.” Mikhaela duduk ditepian kasur. Sudah berjam-jam wanita itu mengalami kontraksi hebat dan wajahnya perlahan memucat seperti mayat. 

“Tidak. Kita, kita yang akan menjaganya, Mikhaela.” Mayya terus berada disamping saudari kembarnya. Ia mengecupi tangan Mikhaela yang sudah mulai dingin itu. 

Mikhaela menggeleng pelan. Ia tahu ini akhirnya, hanya saja hatinya tak sanggup mengatakannya pada Mayya. Ia yakin sama seperti lelaki itu, Mayya juga akan memintanya menggugurkan bayi ini. 

“Mikhaela, bertahanlah.” Pinta Mayya dengan wajah yang sudah sembab. Entah sudah berapa lama air matanya tak berhenti mengalir. 

“Berjanjilah apapun yang terjadi, kau akan tetap menyelamatkan anakku. Berjanjilah kalian akan tetap hidup untukku.”

Related chapters

  • Bad Blood   Bab 3

    MATAHARIDi sebuah ruang yang gelap, sosok-sosok itu berjalan bak bala tentara yang siap berperang. Hanya sebuah obor yang dipasang di setiap dinding bata hitam yang menjadi penerangan satu-satunya lorong-lorong itu. Sepasang kaki-kaki itu berjalan senada satu sama lainnya. Tepat berada di depan mereka, sosok pria besar menjadi pemimpin jalannya mereka “Wanita itu harus kutemukan, harus!” Entah terdengar seperti apa kalimat yang baru saja tercetus dari bibir sang pemimpin itu. mata merahnya menyala penuh tekad yang kuat. Pundaknya yang tegak menyiratkan betapa kerasnya kepala pria itu. Ia harus segera menemukan apa yang ia inginkan, kalau tidak ia akan berbuat lebih jauh dari ini. “Tapi, Tuan.. selama wanita itu masih bersama bayinya, kita tidak akan pernah menemukannya.” Sela salah seorang pengikutnya yang merupakan kaki tangannya. Sejujurnya ia takut melakukan hal itu. Namun itu harus dil

    Last Updated : 2021-04-04
  • Bad Blood   Bab 4

    VAMPIREVampir adalah makhluk yang paling dingin. Mereka tak pernah merasakan kehangatan karena mereka makhluk berdarah dingin. Selama hidupnya, mereka hanya bertahan untuk berburu makanan. Darah segar menjadi penghidupan bagi mereka. Dengan taring tajamnya, mereka menusukkan tajam ke salah satu mangsa mereka. Tidak sampai tewas, hanya sampai dahaga mereka terpenuhi. Namun dibalik ke seraman mereka, ada satu yang tak pernah disadari. Mereka membutuhkan sesuatu yang lain untuk bertahan, mereka membutuhkan sesuatu untuk tujuan mereka hidup. Berburu dan meminum darah, tak bisa begitu saja memenuhi lembaran hidup mereka yang panjang.Cinta.Penggambaran yang luas untuk kehidupan mereka yang bahkan bisa hidup sampai ratusan tahun. Mereka tidak bisa mengandalkan hukum rimba untuk menjadikannya seorang pemimpin. Vampir butuh manusia. Meski dimata Vampir manusia adalah makhluk yang rapuh, makhluk yang hanya bertahan hidup tak sampai dari usia para Vampir, namun

    Last Updated : 2021-04-04
  • Bad Blood   Bab 5

    PERTEMUANBanyak yang berkata bahwa setelah pertemuan pertama, akan ada pertemuan yang lainnya. Kalau memang begitu adanya, maka kau akan selalu bertemu dengan orang itu dalam suatu hubungan.“Kami adalah vampir. Lebih baik kau pergi.” Ketus Rowman.Mata hazel Mayya membesar. Lagi, ia harus berurusan dengan orang aneh yang lainnya. Setelah sebelumnya ia harus berlari mencari tempat perlindungan, kini ia harus kembali dihadapkan pada sosok bermata merah.“Daddy..” Tatiana berjalan maju selangkah lagi. Ia memberikan senyuman hangat untuk tamu barunya itu. Wanita itu memiliki mata merah juga sama seperti lelaki muda disampingnya, namun melihat kedalamnya Mayya mampu merasakan sengatan hangat yang menyenangkan. Hatinya tenang setelah wanita paruh itu mulai berbicara “Kami tidak jahat, Mayya.”“Benarkah..” cicit Mayya. Ia memeluk erat Jackson yang kini tertidur. Entah sejak kapan anak itu sudah memasuki alam mimpinya. Padahal baru bebe

    Last Updated : 2021-04-04
  • Bad Blood   Bab 6

    STORYTempat ini, aku hanya merasa sangat dingin berada didalam sini. Namun ada satu titik dimana aku menemukan penyebabnya dan masih merasakan ada hangat cinta yang terselubung dibalik es yang tersimpan jauh didalam sana....Seorang gadis dengan penampilannya yang sedikit maskulin, nampak berdiri didepan jendela besar yang ada di kamar yang ia tempati dengan pandangan kosong. Jauh didalam pikirannya, ia tak pernah menyangka bahwa ia akan sampai pada tempat ini. Dirinya tahu kalau ia sudah menjajakkan dirinya untuk berada dalam pusaran maut. Bersama dengan makhluk yang ia pikir nyaris tak pernah ada dimuka bumi ini dan hanya terdengar dari cerita tua, Kini Mahkluk itu berada didepan matanya.Mayya, ia sudah hidup sejak kelahirannya di kota ini. Sejak saat dimana pertama kali ia membuka matanya, Mayya sudah mengenal seluk beluk kota ini dari warga desa yang sering berpergian ke hutan mencari kayu. Namun tak banyak, karena setelah ia beranjak usia 10 tah

    Last Updated : 2021-04-04
  • Bad Blood   Bab 7

    AFRAID OFTidak akan ada yang tahu kapan hidupmu akan berhenti pada satu titik. Mungkin di titik yang lain, atau kembali lagi ke titik yang sama....Seorang pria nampak duduk bersadar pada kursi berlapis kulit miliknya. Rintik sisa gerimis hujan yang membasahi lahan rumahnya menjadi pusat mata merahnya memandang. Hembusan udara dingin tak terasa lagi baginya yang kini tak sudah tak bisa merasakannya. Ia sama dinginnya dengan itu. Bahkan ia sudah lupa bagaimana rasanya sebuah kehangatan.Mungkin inilah yang disebut sebagai sebuah babak baru, atau entah apa namanya. Hari ini, tepat dua jam yang lalu ia telah membuat sebuah perubahan besar dalam hidupnya. Ia telah membawa masuk sosok yang paling ia larang masuk ke dalam lingkaran yang sudah ia buat. Ia sendiri yang telah mengijinkan sosok itu untuk hidup bersama dengannya.Manusia.Ia benci mendengar makhluk itu masih tetap hidup hingga saat ini. Mereka yang

    Last Updated : 2021-04-04
  • Bad Blood   Bab 8

    MAJESTYHanya dia yang memiliki keyakinan kuat yang dapat bertahan....Didalam sebuah ruangan yang gelap, nampak sebuah kotak besar yang terletak ditengah-tengahnya. Sesosok tubuh tengah terlelap didalam kota terbuka itu. Tubuh yang terbalut kulit pucat itu tampak seperti seseorang yang tengah tertidur diatas kasur nyamannya. Namun yang tak menyamakannya dengan seseorang yang tengah tertidur lainnya adalah pakaiannya yang terkesan aneh. Sosok itu memejamkan matanya dengan pakaian setelan jas lengkap dengan jubah yang memiliki kerah meninggi, persis seperti pakaian model pada jaman era reinasance.Tak lama ada seseorang yang nampak membuat daun pintu ruangan tersebut. Meski hanya teraram sinar api obor yang tergantung di empat sudut ruangan, namun suara renyitan pintu begitu nyaring terdengar hingga membuat sosok itu terbangun. Tak bernapas, namun kesadaran itu mulai terasa.“Ada apa Sheed?” ucap sosok itu, masih tetap memejamkan kedua matan

    Last Updated : 2021-04-04
  • Bad Blood   Bab 9

    PANDANGANKUBolehkan aku hanya melihatmu dari kejauhan?...Seorang anak kecil nampak berjalan sendirian ditengah hutan. Iris coklatnya yang mungil nampak mencari jalan didepannya yang terasa asing. Susunan pohon pinus yang menjulang tinggi membuatnya nampak begitu kecil dan mungil didalam sana. Dengan rasa takut dalam hatinya, gadis kecil itu pun mencoba melangkahkan kakinya mencari jalan, meski rasanya sangat berat.“Halo, kau sendirian?”Gadis kecil itu pun tersentak mendengar suara yang entah berasal dari mana. Ia menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan mencarinya namun yang ia dapatkan hanya udara hampa yang kosong.“Aku dibelakangmu.”Gadis kecil itu pun berbalik dan melihat sepasang kaki yang berdiri menjulang tinggi didepannya. Kepala mungilnya didongakkan ke atas guna melihat siapa sosok yang bertanya tadi padanya. Namun sinar yang menerpa dibelakang sosok itu begitu terang dan menyilaukan, sehingga ia tak mam

    Last Updated : 2021-04-04
  • Bad Blood   Bab 10

    HILANG KENDALIBanyak hal yang ingin terucapkan, namun hanya yang berarti yang akan tersampaikan....Mayya memasukkan sebuah teflon ke dalam oven. Ketika ia memasuki dapur minimalis dirumah ini, ia terkejut. banyak sekali perabutan mewah didapur ini. Sejenak saat terpaku melihatnya, Mayya mulai meragukan ucapan dua orang yang mengaku vampir itu. Bagaimana bisa mereka memiliki perabotan masak yang mewah sedangkan mereka tak pernah menggunakannya untuk memasak.Mereka vampir, tentu tak butuh waktu banyak untuk mengolah makanan mereka sendiri. Vampir hanya butuh darah, begitu simpulan yang dapat Mayya tangkap.Jari mungilnya, yang senada dengan bentuk tubuhnya memutar aturan waktu pada oven didepannya. Pagi ini ia memilih untuk membuat sebuah sarapan sederhana. Mungkin kue kecil untuk mengisi perutnya yang sejak kemarin pagi tak terisi. Kejadian tempo hari membuatnya hilang selera. Ia bahkan baru menyadari kalau dirinya sangat kelaparan

    Last Updated : 2021-04-04

Latest chapter

  • Bad Blood   Bab 110

    "Jadi kau sudah melihat semuanya ?"Maria hanya bisa menganggukan kepalanya pelan. Ia sudah melihat dengan jelas bagaimana kehidupannya sebagai Mayya dulu. Sosok dirinya yang dulu pernah hidup sebagai seroang smei vampir dan meninggal setelah melahirkan kedua anak kembarnya. Ia juga tahu siapa sosok Rowman yang merupakan belahan jiwanya. Namun, ada hal yang masih mengganjal di dalam benaknya."Apakah setelah semua ini, aku tidak akan bisa mengingat kembali kehidupanku sebgaai Maria ?" Tanyanya Lirih. Entah mengapa ia merasa begitu sedih mengingat bahwa setelah semua ini mungkin saja ia tidak akan bisa lagi mengingat siapa sosok MAria dalam hidupnya. Setelah ini ia akan hidup sebagai Mayya.Celeste hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tahu bahwa semua ini tentu akan berat bagi Maria. Namun, sejak awal kedua orang tua wanita itu sudah memohon agar sang anak bisa hidup kembali meskipun hanya sebagai sebuah cangkang. Sejak awal dalam hembusan napas terak

  • Bad Blood   Bab 109

    Rowman masih setia menunggui wanita yang enggan menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan terbangun. Beberapa jam sudah terlewati namun pria itu msih saja enggan meninggalka wanita yang bernama Maria itu seorang diri. Ada sebuah rasa ketakutan ketika membayangkan bahwa sekali lagi ia akan kehilangan wanita ini, seandainya ia lengah sediit saja.Dulu saat Mayya masih hidup, ia bisa mempertimbangkan segala kondisi dan mudahnya mengatakan untuk mengakhiri hubungan mereka. Sewaktu itu ia masih memikirkan situasi yang bisa saja gaduh sejak berita hubungannya dengan Mayya terhendus oleh Shed dan kawanannya. Rowman masih mempertimbangkan keselamatan klannya. Namun, sekarang ia sudah tidak peduli lagi. Baginya kehilangan wanita itu juga merupakan kematian baginya. Harinya yang dulu penuh penantian yang tak pasti nyaris membuatnya gila Hanya demi anak-anaknya saja Rowman masih bisa menjaga kewarasannya. Kalau tidak ada Tia, Jackson, Iris dan Ares, Mungkin saja Rowman sudah menggila

  • Bad Blood   Bab 108

    Maria berhenti menatap kilasan masa lalu Mayya, yang merupakan kehidupannya terdahulu. Hidupnya yang merupakan Myya di masa lalu telah membuatnya tahu mengapa ia dipilih sebagai bentuk reinkarnasi dari Mayya. Ia telah terlahir kembali setelah kecelakaan yang seharusnya membuatnya sudah tidak ada lagi di dunia ini.Doa ayah dan ibunya, kedua orang yang telah berjasa melahirkannya ke dunia ini telah meminta para dewa untuk memberikannya sekali lagi kesempatan untuk hidup. Sebagai Maria, yang tentunya ia tetap akan kembali pada keluarga kecilnya di kehidupannya sebelumnya.Dirinya adalah Mayya, seorang semi vampir yang mengasuh Jackson, anak kakak kembarnya dan juga sebelum kematiannya dirinya yang dulu juga telah melahirkan sepasang aak kembar dari rahimnya sendiri. Bersama Rowman, ia telah menjadi belahan jiwa lelaki itu.Mungkinkah ia menerima semua mimpi-mimpinya dulu karena ia harus mengingat dulu semua kisah hidupnya di masa lalu sebelum ber

  • Bad Blood   Bab 107

    Seorang lelaki nampak berdiri didepan sosok wanita yang masih setia memejamkan kedua matanya. Ini sudah hari keempat dimana wanita itu tak urung sadarkan diri dari tidurnya. Banyak yang mengatakan bahwa wanita itu hanya sekedar tertidur. Namun dilihat dari jangka waktu kedua mata itu tertutup, ia sangsi jika ini hanyalah sebuah tidur semata. “Mayya, kapan aku akan membuka matamu? Ada sesuatu hal yang harus aku sampaikan padamu.” Ucap lelaki itu. Ia sengaja tak menempatkan dirinya untuk menduduki pinggir tempat tidur. Ia cukup sadar posisinya yang tak pantas untuk berdekatan secara lancang dengan wanita itu. sesuai janjinya dulu, ia akan menjaga wanita itu beserta keturunannya. Dan Mayya, akan menjadi pembayaran sumpahnya dulu. “Maaf karena aku datang terlambat Mayya. Maafkan aku juga

  • Bad Blood   Bab 106

    Maria menggelengkan kepalanya. Penyesalah yang diperlihatkan wanita berambut pirang itu sangat kentara dan ia harus mengataka bahwa wanita itu telah membayar semuanya. Celeste, sudah membayar semua kesalahannya dengan mengabulkan doa kedua orang tuanya dan memberikan kesempatan kepadanya dan Mayya untuk hidup sekali lagi."Lantas, bagaimana Mayya bisa meninggal dunia padahal dia adalah vampir ? apakah dia juga telah melakukan pengorbanan ?"Celeste menganggukkan kepalanya. Mayya memang melakukannya. Demi melindungi anak-anaknya, Mayya rela menjadi tameng agar bisa mengalahkan perang yang diciptakan ayahnya dan juga pria yang menjadi ayah dari keponakannya. Semua itu agar ia bisa pergi dengan tenang dan tanpa ada gangguan yang menghampiri keluarga kecilnya."Ya, dia melakukannya agar bisa melindungi orang-orang yang ia cintai."**“Kenapa? Kau terkejut melihat kedatanganku, Ayah?” tan

  • Bad Blood   Bab 105

    "Mayya, semi vampir ?"Maria berbisik pada dirinya sendiri begitu kegelapan kembali menemani kesendiriannya. Ia seperti mendapatkan penjelasan mengapa dirinya bisa sampai ke tempat ini. Jika dirinya merupakan reinkarnasi dari wanita itu, maka sudah sewajarnya takdir membawanya ke dalam wilayah ini. Tempat di mana seharusnya ia berada sebelumnya, tapi sampai detik ini ia masih tidak bisa mengingat satu pun kenangan di masa lalunya."Kau pasti bingung ?"Maria pun mendongakkan kepalanya dan melihat sosok wanita berambut emas yang sebelumnya ia temui, dan wanita itu mengaku sebagai ibu dari sosok Mayya, yang bereinkarnasi menjadi dirinya."Ada banyak kata yang harus kau dengarkan jika kau mau terdiam sebentar dan tidak menolak satu pun fakta yang keluar dari mulutku."Wanita itu menunduk dan menimbang. Ia sendiri selama ini hidup dalam ketidak ingatan akan hidupnya sebagai Maria sebelum ia mengalami amnesia, tapi sejak ia terbagun dari kom

  • Bad Blood   Bab 104

    “Kau..”Mayya dengan reflek langsung memutar tubuhnya. Namun mata hazelnya langsung di perlihatkan dengan dada bidang milik pria itu. perlahan Mayya menaikkan pandangannya ke atas. Dilihatnya mata merah itu menatapnya dengan tatapan datar.Seketika Mayya merasakan bahwa mata itu begitu mengintimidasinya. Mata merah itu nampak memiliki arti sendiri saat bersitatap dengannya. Mungkin setelah berjam-jam ia berada disini, satu hal yang belum disadarinya. Rowman memiliki mata sipit yang berbentuk seperti musang. Mata pria itu memang memiliki ciri khas bentuk seperti orang asia.“Kau..” Rowman kembali bersuara. Suara berat miliknya menggema diruangan dapur dengan tajam dan menusuk.Mayya berulang kali mencoba meneguk air liurnya sendiri. namun mata itu kembali seperti sedang memenjarakannya. Ia hanya bergeming, mematung ditempatnya. Selalu seperti ini. Saat pertama pertemuan

  • Bad Blood   Bab 103

    Seorang gadis dengan penampilannya yang sedikit maskulin, nampak berdiri didepan jendela besar yang ada di kamar yang ia tempati dengan pandangan kosong. Jauh didalam pikirannya, ia tak pernah menyangka bahwa ia akan sampai pada tempat ini. Dirinya tahu kalau ia sudah menjajakkan dirinya untuk berada dalam pusaran maut. Bersama dengan makhluk yang ia pikir nyaris tak pernah ada dimuka bumi ini dan hanya terdengar dari cerita tua, Kini Mahkluk itu berada didepan matanya.Mayya, ia sudah hidup sejak kelahirannya di kota ini. Sejak saat dimana pertama kali ia membuka matanya, Mayya sudah mengenal seluk beluk kota ini dari warga desa yang sering berpergian ke hutan mencari kayu. Namun tak banyak, karena setelah ia beranjak usia 10 tahun, seluruh warga memilih untuk bertransmigrasi ke kota yang lebih makmur, seperti Seattle atau New York. Mungkin Mikhaela adalah salah satu contoh dari mereka. Kakak kembarnya lebih memilih mengadu nasib di kota besar dan mencari

  • Bad Blood   Bab 102

    “Halo! Bisakah kami menumpang dirumahmu?” ditangannya terdapat bungkusan berwarna merah muda yang terlihat aneh di mata Tatiana. Ia bisa mengendus bau wanita ini, namun tidak dengan bayinya. Tatiana berjalan maju membelakangi ayahnya. Tubuhnya yang tinggi membuatnya bisa dengan mudah melihat apa yang berada dibalik kain merah muda itu.“Bayi?” tanyanya dengan alis terangkat.Wanita itu kembali tersenyum dan mata hazelnya memancarkan sesuatu yang tak Rowman mengerti. Beruntung tubuh putrinya sedang menutup wajahnya. Kalau tidak mungkin ia akan melihat lebih lagi dari wanita itu.“Halo. Aku Mayya. Bisakah kau memberikan tumpangan untukku dan anakku?”Rowman tertegun. Bau ini begitu memikatnya. Gadis muda mungil itu nampak sangat kecil dimatanya. Ia yang bertubuh besar terlihat seperti seorang raksasa ketika berhadapan dengan gadis muda yang bernama Mayya itu.

DMCA.com Protection Status