STORY
Tempat ini, aku hanya merasa sangat dingin berada didalam sini. Namun ada satu titik dimana aku menemukan penyebabnya dan masih merasakan ada hangat cinta yang terselubung dibalik es yang tersimpan jauh didalam sana.
...
Seorang gadis dengan penampilannya yang sedikit maskulin, nampak berdiri didepan jendela besar yang ada di kamar yang ia tempati dengan pandangan kosong. Jauh didalam pikirannya, ia tak pernah menyangka bahwa ia akan sampai pada tempat ini. Dirinya tahu kalau ia sudah menjajakkan dirinya untuk berada dalam pusaran maut. Bersama dengan makhluk yang ia pikir nyaris tak pernah ada dimuka bumi ini dan hanya terdengar dari cerita tua, Kini Mahkluk itu berada didepan matanya.
Mayya, ia sudah hidup sejak kelahirannya di kota ini. Sejak saat dimana pertama kali ia membuka matanya, Mayya sudah mengenal seluk beluk kota ini dari warga desa yang sering berpergian ke hutan mencari kayu. Namun tak banyak, karena setelah ia beranjak usia 10 tahun, seluruh warga memilih untuk bertransmigrasi ke kota yang lebih makmur, seperti Seattle atau New York. Mungkin Mikhaela adalah salah satu contoh dari mereka. Kakak kembarnya lebih memilih mengadu nasib di kota besar dan mencari uang dari pada harus hidup bersamanya di kota Last Town yang kecil ini.
Mikhaela.
Tentu kepergian kakaknya setelah melahirkan Jackson membuat hidupnya pernuh pertanyaan. Ia mulai menerka apa yang terjadi pada kakaknya hingga memilih pulang ke Last Town dalam keadaan tengah hamil besar. Siapa ayah dari anaknya? Dan mengapa segerombolan orang itu datang menyerangnya secara tiba-tiba.
Mungkin, kalau saja ia tidak memilih lompat dari jendela rumahnya, ia takkan bisa berpijak diatas lantai kayu rumah ini. Berbicara soal rumah ini, sejak tadi, tepatnya dua jam setelah dirinya di ijinkan untuk tinggal sementara disini, ia tak mendengar kebisingan apapun. Meski terletak di perumahan, Mayya hanya bisa melihat ke sekelilingnya pepohonan yang tinggi menjulang. Entah yang tadi ia lihat hanya ilusi bahwa rumah ini memiliki petakan yang terbangun disampingnya.
“Apa yang kau pikirkan?”
Mayya membalikkan tubuhnya ke belakang dengan terkejut. Disana wanita bernama Tatiana memandangnya dengan raut penuh tanya. Tentu wanita secantik itu akan tetap cantik meski ia mengerutkan keningnya. Ia akui wanita yang mengakui dirinya adalah vampir itu memiliki sosok hangat layaknya seorang ibu. Entah ia tak merasa takut berdekatan dengannya. Satu hal yang ia takuti dirumah ini, yakni sosok lelaki itu. Mata sipit merahnya menyala saat bertemu pandang dengannya, hal itu yang membuat jantung Mayya hampir terlepas dari dadanya.
“E-Eh... Tidak ada.”
Tatiana berjalan mendekat ke arah ranjang yang diatasnya terletak Jackson yang tengah tertidur pulas. Bayi itu nampak mengerucutkan bibirnya disaat matanya tertutup. Mata merah Tatiana memandang lembut bayi itu. Jackson, hal yang takkan pernah ia miliki. Ia akan menua seperti ini, itulah yang paling ia sesalkan.
“T-Terima kasih sudah mengijinkanku untuk tinggal disini.” Ucap Mayya dengan sedikit ragu. Ia tak tahu harus mengatakan apa lagi. Vampir-vampir ini sudah memberinya tumpangan dirumah ini saja ia sudah merasa bersyukur, meski ia masih mawas diri terhadap ancaman yang diberikan pria itu.
Tatiana menolehkan kepalanya menatap gadis muda yang sedang berdiri didepannya itu. Ia melayangkan pandangan merahnya dari ujung kepala hingga ujung kaki gadis itu. Mayya terlihat seperti manusia biasa lainnya. Bahkan Tatiana tak bisa menebak dengan pasti gender gadis itu. Ia pikir Mayya adalah laki-laki, namun setelah ia mengatakan bahwa bayi itu adalah anaknya, tentu gadis itu adalah seorang perempuan.
“Ya, aku bisa apa. Aku tak mungkin memintamu untuk pergi.” Ucap Tatiana dengan tenang.
Mayya tersenyum getir. Ya, ia tahu meski wanita itu adalah vampir tapi Tatiana tetap seorang wanita. Mungkin tidak untuk Tatiana, tapi pria itu pasti akan mengusirnya kalau saja ia tidak memohon.
“Apa kau takut pada ayahku?” tebaknya.
Mayya tersentak dengan apa yang baru saja ditanyakan oleh Tatiana. Bukan karena pertanyaan itu sendiri, melainkan sosok yang disebutkan disana.
Ayah?
Siapa?
Seperti bisa membaca pikiran gadis itu, Tatiana terkikik pelan. Ya, tentu saja manusia seperti Mayya tentu takkan mengerti hubungan yang terjadi diantara dirinya dan juga ayahnya itu.
“Kau pasti bingung. Pria gila yang tadi menawarkan syarat itu adalah ayahku, Mayya.” Jelasnya namun tak berhenti mengeluarkan kikikan gelinya. Sungguh lucu menggoda gadis muda seperti Mayya.
Mayya tak mengerti dengan ucapan yang terlontar dari mulut Tatiana. Ayah? Pria muda tadi?
Tatiana mendudukkan bokongnya diatas kasur yang berukuran single itu. Satu-satunya benda untuk tidur yang mereka miliki dirumah ini. Tentu saja Vampir tak butuh tidur.
“Dia ayah kandungku, Mayya.”
Mayya membuka mulutnya, syok lebih tepatnya ekspresi yang ia keluarkan saat ini. Kepalanya mendadak pusing mendengar ucapan wanita bernama Tatiana itu. Ini adalah cerita baru baginya. Bukan seperti dongeng yang sering tetangganya ceritakan untuknya saat kecil.
Gadis muda itu berjalan mendekati Tatiana dan terduduk disampingnya. Melihat mata merah yang menyendur itu, tentu Mayya bisa menebak ada kisah pahit dibaliknya. Raut wajah itu sesungguhnya hal yang paling dibenci Mayya.
“Kami hidup di zaman yang sangat tua. Kau tahu? Sebelum presiden Amerika menjabat, kami sudah ada di dunia ini.” Jelasnya. Mungkin akan terdengar jenaka tanpa melihat wajah Tatiana. Namun Mayya tak bisa menganggap itu lelucon.
“Lalu?”
Tatiana menggedikkan bahunya. Ia bangkit. Dari belakang Mayya melihat Tatiana memiliki tubuh yang bagus. Banyak wanita yang memimpikan bokong yang kencang dan juga langsing seperti wanita didepannya. Namun kenyataannya Tatiana bukanlah wanita seperti itu. Ia adalah Vampir. Mungkin saja ini yang tak ia inginkan, tapi jalan yang harus dipilihnya untuk tetap bertahan hidup.
“Yah, kehidupan kami berjalan seperti keluarga lainnya, Mayya. Hanya saja..”
Mayya memiringkan kepalanya hingga rambut hitamnya menutupi sebagian wajahnya.
“Ayahku adalah seorang vampir. Sedangkan ibuku adalah seorang manusia. Mereka bertemu dan saling jatuh cinta. Namun disanalah letak kesalahan yang telah terjadi.” Ungkapnya.
Mayya tertegun. Ternyata Tatiana juga terlahir dari rahim seorang manusia, sama seperti dirinya. Tapi kenyataannya wanita itu berwujud vampir, bukanlah manusia.
“Keduanya menikah dan bahagia. Akan tetapi itu tak berlangsung lama. Saat ibuku tengah mengandungku, dia menderita sakit keras.” Tia menghela napas panjangnya, sebelum akhirnya kembali melanjutkan kalimatanya, “Manusia tidak seharusnya mengandung benih dari vampir. Takdir mereka sangat berbeda, bahkan jauh sekali.”
Vampir dan manusia.
Terlarang?
“Tapi bagi seorang Vampir, memiliki keturunan adalah hal yang mustahil kecuali benih mereka dikandung oleh manusia.” Lanjutnya.
“Bagaimana bisa kau mengetahuinya?” Tanya Mayya dengan suara kecil.
Tatiana terkekeh pelan. Ia kembali berjalan ke arah Mayya dan menduduki tempat yang tadi ia tinggali. “Mungkin itulah istimewanya para vampir seperti kami. Sejak dalam kandungan, kami sudah memiliki ingatan tentang masa lalu.”
Mayya mengangguk pelan. Ia mengerti sekarang. Jadi para vampir sudah mengenal siapa orang tua mereka. Dan hal menakjubkan itu cukup membuatnya iri.
“Setidaknya Kau lebih beruntung.” Ucap Mayya, yang langsung mengundang keheranan pada Tatiana. Gadis itu tersenyum penuh kegetiran.
“Kenapa?”
Mayya tersenyum kecil. “Setidaknya kau masih bisa mengenal siapa ibumu. Sedangkan aku, aku sama sekali tak pernah melihatnya.”
Tatiana turut menyesal. Tidak seharusnya ia berbicara sepeerti itu. pasti sangat menyakitkan ketika mengetahui kau tidak tahu apa-apa tentang wanita yang telah melahirkanmu.
“Maafkan aku.” Ucapnya sesal.
“Tak apa.” Mayya mengibaskan tangannya didepan wajahnya. “Lanjutkan saja.”
Tatiana masih memandang ke arah luar jendela sambil bersedekap. Tatapannya jatuh pada burung yang berterbangan diluar sana. Ia ingin bebas, berlari dibawah guyuran sinar matahari. Namun tempat mereka bukanlah tepat seperti itu. Mungkin jika ia berjalan ke tengah hutan, sinar itu masih ada. Hanya saja ayahnya takkan mengijinkannya.
“Tapi tak seberuntung seperti apa yang kau lihat.” Tatiana menghembuskan napasnya berat. “Ibuku meninggal saat melahirkanku.”
Mayya membekap mulutnya. Mungkin inilah hal yang ia pikir adalah takdir. Seberuntung apapun, kalau tetap bernasib sama akan terasa sama saja. Mereka sama.
“Ayahku berusaha mengubah ibuku menjadi Vampir, namun semuanya sudah terlambat. Dihari ke tiga, dimana harusnya manusia berubah menjadi Vampir, ibuku tak pernah terbangun. Sejak saat itu ayahku membenci manusia. Ia menganggap manusia adalah makhluk paling lemah.” Jelasnya.
Mata hazel Mayya menerawang jauh ke luar sana. Ia pun sependapat dengannya. Ia pikir saat Mikhaela meninggalkannya, kakaknya adalah sosok yang lemah. Ia ingat betul bagaimana wajah bahagia Mikhaela saat melihat wajah Jackson yang masih merah kala itu. meski berada dalam ambang batas kematiannya, Mikhaela tetap berusaha untuk terlihat kuat. Hal itu yang membuat Mayya benci melihat wajahnya sendiri. Ia benci bercermin, karena hanya akn mengingatkannya pada wajah Mikhaela yang menyedihkan.
“Aku pikir dia tak salah.” Ucap Mayya menganggapi.
Tatiana mengernyit. Oh Tuhan, ada satu seperti ayahnya saja ia sudah muak. Bagaimana bisa Mayya memiliki jalan pikiran yang serupa dengannya.
“Saat kakakku meninggal, aku pun berpikiran hal yang sama dengannya. Aku pikir manusia terlahir sebagai makhluk paling lemah. Mereka berusaha untuk terlihat kuat ditengah keterpurukannya. Justru hal itu yang membuat mereka terlihat semakin menyedihkan.”
Tatiana melembutkan wajahnya. Ia memegang bahu Mayya, pelan. Karena ia tahu kalau ia menggunakan sedikit tenaganya, bahu kecil itu akan remuk. “Manusia adalah makhluk yang kuat, Mayya.”
“Kalian sangat kuat. Manusia memiliki kekuatan untuk tetap menjaga eksistensi mereka di dunia. Kelahiran demi kelahiran yang membuat mereka tetap ada di dunia ini. Itulah jalan mereka. Lain halnya dengan kami. Kami hanya makhluk yang mampu hidup ratusan tahun tanpa bisa melahirkan generasi berikutnya. Tanpa adanya manusia, Vampir takkan bisa memiliki keturunan.”
“Meski itu akan mengorbankan nyawa manusia itu sendiri?” Sela Mayya.
Tatiana mengangguk pelan. “Ada cara lain. Mengubahnya menjadi sama seperti kami. Namun harapan itu pun tak banyak. Hanya mereka yang beruntung yang bisa berubah seperti kami.”
“Lalu kau.. apakah saat lahir, kau adalah manusia?” Kali ini Mayya berani mengucapkan nama wanita itu.
“Aku terlahir sebagai setengah manusia dan setengah vampir. Hanya sampai usiaku tujuh tahun, setelahnya darah vampir mengambil alih semua darah manusiaku.” Jelasnya.
“Apakah sakit?” Tanya Mayya. Ia memabayangkan dirinya saat pengambilan darah dulu, membuatnya cukup meringis.
“Tidak. Hanya saja saat itu kami memiliki rasa haus yang sangat tinggi. Kami butuh makan.” Mata Tatiana menyala.
“Kau meminum darah.. darah manusia?” Mayya sulit untuk meneguk air liurnya sendiri. ia takut melihat mata menyala itu. Semakin membangunkan kesadarannya bahwa Tatiana merupakan makhluk buas.
“Awalnya. Seterusnya aku membiasakan diriku untuk meminum darah hewan. Semacam vegetarian.”
“Amazing!” ungkap Mayya, yang tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Untuk manusia menjadi seperti itu saja sulit. Apalagi untuk vampir yang tak memiliki opsi lain untuk menu makanan mereka. Para vampir hanya butuh darah.
“Lalu kemana saja kalian selama ini? Aku sudah bertahun-tahun tinggal di Last Town, tapi aku tak pernah mendengar kalian.”
“Kami bersembunyi di sebuah goa bersama yang lain.” jawab Tatiana.
“Vampir?” tebak Mayya.
“Ya, kau benar. Mereka adalah vampir.” Jelasnya. Mata merah yang dimiliki Tatiana kembali meredup. Banyak pikiran yang menggantung didalam benak Mayya melihat sepertinya sangat sulit menceritakan hal itu bagi Tatiana. Ia cukup mengerti wanita itu pasti bersikap demikian karena memiliki masa lalu yang buruk.
“Kau tak perlu menceritakannya lagi, nona. Aku tak mau membuat dirimu menjadi sedih.” Ucap Mayya.
Tatiana menggeleng pelan. Wanita itu membalikkan tubuhnya menatap Mayya. Ia merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan cerita ini sampai akhir, karena ia juga yang memulainya pertama kali. “Tak apa. Kau tak perlu mengasihaniku. Itu sudah berlalu.”
Mayya menatap nanar Tatiana. Ia tahu sungguh sulit kehilangan kehidupan lama yang sangat nyaman. Sama sepertinya kini. Tak pernah disangkanya jika hari ini ia akan terbangun ditengah hutan dan terjebak dirumah keluarga Vampir. Siapa yang bisa menebaknya? Waktu berjalan begitu cepat.
“Mayya, kau begitu beruntung bisa melahirkannya dengan selamat.” Ujar Tatiana. Mata merah wanita itu melembut melihat bayi Jackson yang nampak nyaman diatas kasurnya.
“Kenapa?” tanya Mayya. Entah mengapa ia tak suka dengan tatapan itu. bukan cemburu, ia seperti merasa ada yang diketahui wanita itu yang tak diketahui olehnya. Tatiana seperti mengetahui sesuatu berkaitan dengan bayinya.
“Tidak ada.” Tatiana menggeleng. Vampir itu berjalan ke arah pintu keluar dengan langkah tenang. Sedangkan dibelakangnya Mayya masih memandangi kepergian wanita itu dengan tatapan penuh tanya. Apakah yang sebenarnya disembunyikan oleh wanita itu mengenai bayinya?
Mengapa ia merasa ada yang janggal dengan sikap Tatiana yang seolah menghindar darinya secara halus?
Ditatapnya lagi wajah mungil Jackson. Mayya mau tak mau tersenyum melihat sang anak yang begitu disayanginya. Hanya Jackson, bayi itu begitu dicintainya hingga dadanya terasa penuh. Bayi itu adalah peninggalan satu-satunya dari Mikhaela. Kakaknya melahirkan Jackson tepat sehari sebelum ulang tahunnya, dan ia ingat betul bagaimana kerasnya suara bayi ini.
“Nak, mungkin kau takkan pernah bisa melihat ibumu. Tapi aku akan menjadi ibu yang baik untukmu.” Bisik Mayya sebelum akhirnya ia memilih untuk membaringkan tubuhnya disamping Jackson. Ia memosisikan tubuhnya di sisi depan wajah bayinya. Tangan kecilnya menepuk pelan bokong Jackson sembari bersenandung. Mata hazelnya perlahan tertutup dengan tenang.
Mayya sadar mungkin ini takdirnya. Tuhan pasti memiliki jalan untuknya dan menghantarkan dirinya ke tempat orang-orang baik. Ia tahu Mikhaela disana pasti sedang melihatnya dan juga bayinya. Ia hanya berharap semoga saja ia bisa melewatinya dengan baik. Meski Mayya meragukan itu semua karena kehadiran sosok itu..
Rowman.
AFRAID OFTidak akan ada yang tahu kapan hidupmu akan berhenti pada satu titik. Mungkin di titik yang lain, atau kembali lagi ke titik yang sama....Seorang pria nampak duduk bersadar pada kursi berlapis kulit miliknya. Rintik sisa gerimis hujan yang membasahi lahan rumahnya menjadi pusat mata merahnya memandang. Hembusan udara dingin tak terasa lagi baginya yang kini tak sudah tak bisa merasakannya. Ia sama dinginnya dengan itu. Bahkan ia sudah lupa bagaimana rasanya sebuah kehangatan.Mungkin inilah yang disebut sebagai sebuah babak baru, atau entah apa namanya. Hari ini, tepat dua jam yang lalu ia telah membuat sebuah perubahan besar dalam hidupnya. Ia telah membawa masuk sosok yang paling ia larang masuk ke dalam lingkaran yang sudah ia buat. Ia sendiri yang telah mengijinkan sosok itu untuk hidup bersama dengannya.Manusia.Ia benci mendengar makhluk itu masih tetap hidup hingga saat ini. Mereka yang
MAJESTYHanya dia yang memiliki keyakinan kuat yang dapat bertahan....Didalam sebuah ruangan yang gelap, nampak sebuah kotak besar yang terletak ditengah-tengahnya. Sesosok tubuh tengah terlelap didalam kota terbuka itu. Tubuh yang terbalut kulit pucat itu tampak seperti seseorang yang tengah tertidur diatas kasur nyamannya. Namun yang tak menyamakannya dengan seseorang yang tengah tertidur lainnya adalah pakaiannya yang terkesan aneh. Sosok itu memejamkan matanya dengan pakaian setelan jas lengkap dengan jubah yang memiliki kerah meninggi, persis seperti pakaian model pada jaman era reinasance.Tak lama ada seseorang yang nampak membuat daun pintu ruangan tersebut. Meski hanya teraram sinar api obor yang tergantung di empat sudut ruangan, namun suara renyitan pintu begitu nyaring terdengar hingga membuat sosok itu terbangun. Tak bernapas, namun kesadaran itu mulai terasa.“Ada apa Sheed?” ucap sosok itu, masih tetap memejamkan kedua matan
PANDANGANKUBolehkan aku hanya melihatmu dari kejauhan?...Seorang anak kecil nampak berjalan sendirian ditengah hutan. Iris coklatnya yang mungil nampak mencari jalan didepannya yang terasa asing. Susunan pohon pinus yang menjulang tinggi membuatnya nampak begitu kecil dan mungil didalam sana. Dengan rasa takut dalam hatinya, gadis kecil itu pun mencoba melangkahkan kakinya mencari jalan, meski rasanya sangat berat.“Halo, kau sendirian?”Gadis kecil itu pun tersentak mendengar suara yang entah berasal dari mana. Ia menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan mencarinya namun yang ia dapatkan hanya udara hampa yang kosong.“Aku dibelakangmu.”Gadis kecil itu pun berbalik dan melihat sepasang kaki yang berdiri menjulang tinggi didepannya. Kepala mungilnya didongakkan ke atas guna melihat siapa sosok yang bertanya tadi padanya. Namun sinar yang menerpa dibelakang sosok itu begitu terang dan menyilaukan, sehingga ia tak mam
HILANG KENDALIBanyak hal yang ingin terucapkan, namun hanya yang berarti yang akan tersampaikan....Mayya memasukkan sebuah teflon ke dalam oven. Ketika ia memasuki dapur minimalis dirumah ini, ia terkejut. banyak sekali perabutan mewah didapur ini. Sejenak saat terpaku melihatnya, Mayya mulai meragukan ucapan dua orang yang mengaku vampir itu. Bagaimana bisa mereka memiliki perabotan masak yang mewah sedangkan mereka tak pernah menggunakannya untuk memasak.Mereka vampir, tentu tak butuh waktu banyak untuk mengolah makanan mereka sendiri. Vampir hanya butuh darah, begitu simpulan yang dapat Mayya tangkap.Jari mungilnya, yang senada dengan bentuk tubuhnya memutar aturan waktu pada oven didepannya. Pagi ini ia memilih untuk membuat sebuah sarapan sederhana. Mungkin kue kecil untuk mengisi perutnya yang sejak kemarin pagi tak terisi. Kejadian tempo hari membuatnya hilang selera. Ia bahkan baru menyadari kalau dirinya sangat kelaparan
“Kau..” Mayya dengan reflek langsung memutar tubuhnya. Namun mata hazelnya langsung di perlihatkan dengan dada bidang milik pria itu. perlahan Mayya menaikkan pandangannya ke atas. Dilihatnya mata merah itu menatapnya dengan tatapan datar. Seketika Mayya merasakan bahwa mata itu begitu mengintimidasinya. Mata merah itu nampak memiliki arti sendiri saat bersitatap dengannya. Mungkin setelah berjam-jam ia berada disini, satu hal yang belum disadarinya. Rowman memiliki mata sipit yang berbentuk seperti musang. Mata pria itu memang memiliki ciri khas bentuk seperti orang asia. “Kau..” Rowman kembali bersuara. Suara berat miliknya menggema diruangan dapur dengan tajam dan menusuk. Mayya berulang kali mencoba meneguk air liurnya sendiri. namun mata itu kembali seperti sedang memenjarakannya. Ia hanya bergeming, mematung ditempatnya. Selalu seperti ini. Saat pertama pertemuan mereka, Rowman pun
Hate Her?Jika membencimu adalah satu-satunya jalan untuk menutup lubang dilukaku, maka aku akan melakukannya seibu kali lebih banyak dari yang bisa kau bayangkan....Mayya berjalan lesu ke arah kamarnya. Setelah kejadian tadi ia lebih banyak memilih untuk mengunci mulutnya rapat-rapat. Ia takut ucapannya akan kembali membawa boomerang baginya. Itu tidak bisa dibiarkan. Selain dirinya, ada Jackson yang mungkin akan terluka karena ulahnya. Bayi itu sudah cukup bernasib buruk kehilangan Mikhaela. Ia tak mau menambah daftar buruk kesialan hidupnya lagi.Andai saja ia tidak diserang pada hari itu, mungkin saat ini ia dan juga Jackson masih bisa menjalani hidup tenang mereka seperti biasa. Mungkin memang sudah salahnya yang memilih masuk ke dalam rumah ini.Dibukanya kenop pintu dan terlihat Tia yang sedang menimang sang anak. Tatapan wanita vampir itu terlihat sangat lembut dari pada dirinya. Caranya menggendong Jackson pun tak canggung,
Forgive MeSuasana pagi itu dikediaman Rowman nampaknya tenang, seakan kembali seperti semula. Tak ada kebisingan suara alumunium yang berdentingan, yang biasanya berasal dari dapur. Pagi ini Rowman membaca koran hariannya dengan tenang. Duduk dikursi anyaman dekat jendela, membuatnya begitu nyaman. Dari balik kacamata transparannya, bait demi bait kata ia baca dengan seksama. Entah mengapa berita pagi ini begitu menrik perhatiannya.Jasad seorang lelaki ditemukan tak bernyawa dekat dermaga. Diduga lelaki itu tewas karena serangan hewan buas.Membaca kalimat itu membuat Rowman terkikik geli. Disana diperlihatnya dengan jelas bekas gigitan yang bersarang dileher lelaki malang itu. Tentu baginya bekas itu tak asing lagi. Bukanlah hewan buas yang sanggup membunuh seorang manusia hanya sebuah gigitan. Seperti biasanya, Hewan hanya akan mengikuti nalurinya untuk berburu. Kalau pun ia lapar, bukankan akan lebih baik jika melahap seluruh tubuh mangsanya. Mengapa ha
Who’s Her?Ketika fajar mengalihkan pandanganmu, jangan pernah menoleh lagi ke belakang. jika itu kau lakukan, maka hanya ada kegelapan yang akan menyambutmu....Tia melihat ayahnya yang baru saja keluar dari kamar Mayya dengan mata penuh selidik. Pria dewasa itu keluar dengan langkah pelan meski tak menyadari jika sang putri tengah memandanginya dari balik pilar yang terbangun didekat anak tangga.Awalnya Tia ingin kembali masuk mengecek keadaan Mayya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat pintu kamar gadis itu terbuka dan ayahnya keluar dari dalam sana. Entah apa yang dilakukan pria itu, namun Tia merasa was-was jika ayahnya kembali menakuti Mayya.“Untuk apa Daddy kesana?” gumamnya. Kepala wanita itu miring kesamping sehingga membuat rambutnya yang berponi menutupi sebelah matanya.Seketika Rowman yang tadinya berjalan ke arah lain langsung terhenti tepat setelah Tia bergumam. Pria itu kemudian berbalik dan memandang
"Jadi kau sudah melihat semuanya ?"Maria hanya bisa menganggukan kepalanya pelan. Ia sudah melihat dengan jelas bagaimana kehidupannya sebagai Mayya dulu. Sosok dirinya yang dulu pernah hidup sebagai seroang smei vampir dan meninggal setelah melahirkan kedua anak kembarnya. Ia juga tahu siapa sosok Rowman yang merupakan belahan jiwanya. Namun, ada hal yang masih mengganjal di dalam benaknya."Apakah setelah semua ini, aku tidak akan bisa mengingat kembali kehidupanku sebgaai Maria ?" Tanyanya Lirih. Entah mengapa ia merasa begitu sedih mengingat bahwa setelah semua ini mungkin saja ia tidak akan bisa lagi mengingat siapa sosok MAria dalam hidupnya. Setelah ini ia akan hidup sebagai Mayya.Celeste hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tahu bahwa semua ini tentu akan berat bagi Maria. Namun, sejak awal kedua orang tua wanita itu sudah memohon agar sang anak bisa hidup kembali meskipun hanya sebagai sebuah cangkang. Sejak awal dalam hembusan napas terak
Rowman masih setia menunggui wanita yang enggan menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan terbangun. Beberapa jam sudah terlewati namun pria itu msih saja enggan meninggalka wanita yang bernama Maria itu seorang diri. Ada sebuah rasa ketakutan ketika membayangkan bahwa sekali lagi ia akan kehilangan wanita ini, seandainya ia lengah sediit saja.Dulu saat Mayya masih hidup, ia bisa mempertimbangkan segala kondisi dan mudahnya mengatakan untuk mengakhiri hubungan mereka. Sewaktu itu ia masih memikirkan situasi yang bisa saja gaduh sejak berita hubungannya dengan Mayya terhendus oleh Shed dan kawanannya. Rowman masih mempertimbangkan keselamatan klannya. Namun, sekarang ia sudah tidak peduli lagi. Baginya kehilangan wanita itu juga merupakan kematian baginya. Harinya yang dulu penuh penantian yang tak pasti nyaris membuatnya gila Hanya demi anak-anaknya saja Rowman masih bisa menjaga kewarasannya. Kalau tidak ada Tia, Jackson, Iris dan Ares, Mungkin saja Rowman sudah menggila
Maria berhenti menatap kilasan masa lalu Mayya, yang merupakan kehidupannya terdahulu. Hidupnya yang merupakan Myya di masa lalu telah membuatnya tahu mengapa ia dipilih sebagai bentuk reinkarnasi dari Mayya. Ia telah terlahir kembali setelah kecelakaan yang seharusnya membuatnya sudah tidak ada lagi di dunia ini.Doa ayah dan ibunya, kedua orang yang telah berjasa melahirkannya ke dunia ini telah meminta para dewa untuk memberikannya sekali lagi kesempatan untuk hidup. Sebagai Maria, yang tentunya ia tetap akan kembali pada keluarga kecilnya di kehidupannya sebelumnya.Dirinya adalah Mayya, seorang semi vampir yang mengasuh Jackson, anak kakak kembarnya dan juga sebelum kematiannya dirinya yang dulu juga telah melahirkan sepasang aak kembar dari rahimnya sendiri. Bersama Rowman, ia telah menjadi belahan jiwa lelaki itu.Mungkinkah ia menerima semua mimpi-mimpinya dulu karena ia harus mengingat dulu semua kisah hidupnya di masa lalu sebelum ber
Seorang lelaki nampak berdiri didepan sosok wanita yang masih setia memejamkan kedua matanya. Ini sudah hari keempat dimana wanita itu tak urung sadarkan diri dari tidurnya. Banyak yang mengatakan bahwa wanita itu hanya sekedar tertidur. Namun dilihat dari jangka waktu kedua mata itu tertutup, ia sangsi jika ini hanyalah sebuah tidur semata. “Mayya, kapan aku akan membuka matamu? Ada sesuatu hal yang harus aku sampaikan padamu.” Ucap lelaki itu. Ia sengaja tak menempatkan dirinya untuk menduduki pinggir tempat tidur. Ia cukup sadar posisinya yang tak pantas untuk berdekatan secara lancang dengan wanita itu. sesuai janjinya dulu, ia akan menjaga wanita itu beserta keturunannya. Dan Mayya, akan menjadi pembayaran sumpahnya dulu. “Maaf karena aku datang terlambat Mayya. Maafkan aku juga
Maria menggelengkan kepalanya. Penyesalah yang diperlihatkan wanita berambut pirang itu sangat kentara dan ia harus mengataka bahwa wanita itu telah membayar semuanya. Celeste, sudah membayar semua kesalahannya dengan mengabulkan doa kedua orang tuanya dan memberikan kesempatan kepadanya dan Mayya untuk hidup sekali lagi."Lantas, bagaimana Mayya bisa meninggal dunia padahal dia adalah vampir ? apakah dia juga telah melakukan pengorbanan ?"Celeste menganggukkan kepalanya. Mayya memang melakukannya. Demi melindungi anak-anaknya, Mayya rela menjadi tameng agar bisa mengalahkan perang yang diciptakan ayahnya dan juga pria yang menjadi ayah dari keponakannya. Semua itu agar ia bisa pergi dengan tenang dan tanpa ada gangguan yang menghampiri keluarga kecilnya."Ya, dia melakukannya agar bisa melindungi orang-orang yang ia cintai."**“Kenapa? Kau terkejut melihat kedatanganku, Ayah?” tan
"Mayya, semi vampir ?"Maria berbisik pada dirinya sendiri begitu kegelapan kembali menemani kesendiriannya. Ia seperti mendapatkan penjelasan mengapa dirinya bisa sampai ke tempat ini. Jika dirinya merupakan reinkarnasi dari wanita itu, maka sudah sewajarnya takdir membawanya ke dalam wilayah ini. Tempat di mana seharusnya ia berada sebelumnya, tapi sampai detik ini ia masih tidak bisa mengingat satu pun kenangan di masa lalunya."Kau pasti bingung ?"Maria pun mendongakkan kepalanya dan melihat sosok wanita berambut emas yang sebelumnya ia temui, dan wanita itu mengaku sebagai ibu dari sosok Mayya, yang bereinkarnasi menjadi dirinya."Ada banyak kata yang harus kau dengarkan jika kau mau terdiam sebentar dan tidak menolak satu pun fakta yang keluar dari mulutku."Wanita itu menunduk dan menimbang. Ia sendiri selama ini hidup dalam ketidak ingatan akan hidupnya sebagai Maria sebelum ia mengalami amnesia, tapi sejak ia terbagun dari kom
“Kau..”Mayya dengan reflek langsung memutar tubuhnya. Namun mata hazelnya langsung di perlihatkan dengan dada bidang milik pria itu. perlahan Mayya menaikkan pandangannya ke atas. Dilihatnya mata merah itu menatapnya dengan tatapan datar.Seketika Mayya merasakan bahwa mata itu begitu mengintimidasinya. Mata merah itu nampak memiliki arti sendiri saat bersitatap dengannya. Mungkin setelah berjam-jam ia berada disini, satu hal yang belum disadarinya. Rowman memiliki mata sipit yang berbentuk seperti musang. Mata pria itu memang memiliki ciri khas bentuk seperti orang asia.“Kau..” Rowman kembali bersuara. Suara berat miliknya menggema diruangan dapur dengan tajam dan menusuk.Mayya berulang kali mencoba meneguk air liurnya sendiri. namun mata itu kembali seperti sedang memenjarakannya. Ia hanya bergeming, mematung ditempatnya. Selalu seperti ini. Saat pertama pertemuan
Seorang gadis dengan penampilannya yang sedikit maskulin, nampak berdiri didepan jendela besar yang ada di kamar yang ia tempati dengan pandangan kosong. Jauh didalam pikirannya, ia tak pernah menyangka bahwa ia akan sampai pada tempat ini. Dirinya tahu kalau ia sudah menjajakkan dirinya untuk berada dalam pusaran maut. Bersama dengan makhluk yang ia pikir nyaris tak pernah ada dimuka bumi ini dan hanya terdengar dari cerita tua, Kini Mahkluk itu berada didepan matanya.Mayya, ia sudah hidup sejak kelahirannya di kota ini. Sejak saat dimana pertama kali ia membuka matanya, Mayya sudah mengenal seluk beluk kota ini dari warga desa yang sering berpergian ke hutan mencari kayu. Namun tak banyak, karena setelah ia beranjak usia 10 tahun, seluruh warga memilih untuk bertransmigrasi ke kota yang lebih makmur, seperti Seattle atau New York. Mungkin Mikhaela adalah salah satu contoh dari mereka. Kakak kembarnya lebih memilih mengadu nasib di kota besar dan mencari
“Halo! Bisakah kami menumpang dirumahmu?” ditangannya terdapat bungkusan berwarna merah muda yang terlihat aneh di mata Tatiana. Ia bisa mengendus bau wanita ini, namun tidak dengan bayinya. Tatiana berjalan maju membelakangi ayahnya. Tubuhnya yang tinggi membuatnya bisa dengan mudah melihat apa yang berada dibalik kain merah muda itu.“Bayi?” tanyanya dengan alis terangkat.Wanita itu kembali tersenyum dan mata hazelnya memancarkan sesuatu yang tak Rowman mengerti. Beruntung tubuh putrinya sedang menutup wajahnya. Kalau tidak mungkin ia akan melihat lebih lagi dari wanita itu.“Halo. Aku Mayya. Bisakah kau memberikan tumpangan untukku dan anakku?”Rowman tertegun. Bau ini begitu memikatnya. Gadis muda mungil itu nampak sangat kecil dimatanya. Ia yang bertubuh besar terlihat seperti seorang raksasa ketika berhadapan dengan gadis muda yang bernama Mayya itu.